Minggu, 30 Agustus 2009

Kristus Adalah Sumber Damai Sejahtera

Efesus 2:13-18

Sebelum percaya dan meneruma Kristus, kita adalah seteru Allah, terpisah jauh oleh tembok pemisah karena dosa sehingga kita tidak dapat bertemu dengan Allah. Tetapi karena Kasih-Nya kepada manusia, maka Allah yang berinisiatif mencari manusia lewat kedatangan Kristus ke dunia ini. Kristus rela menderita, berkorban dan mati di atas kayu salib serta bangkit pada hari yang ke 3 (tiga), sehingga tembok pemisah itu diruntuhkan dan kita boleh kembali bersekutu dengan Allah.

Waktu mengalami penyaliban, tangan Kristus yang satu seperti memegang tangan kita dan tangan-Nya yang lain menggandeng tangan Allah Bapa. Sehingga kita yang sebelumnya sangat jauh dari Allah menjadi satu dengan Dia oleh pengorbanan dan kematian serta kebangkitan-Nya. Dia membawa dalam diri-Nya manusia yang berdosa dan Allah yang suci sehingga tercipta perdamaian antara Allah dan manusia.

Maka jelas sekali bahwa Yesus Kristus-lah sumber damai sejahtera karena Dia berkuasa untuk mendamaikan manusia dengan Allah Bapa (I Kor 5:19). Oleh pendamaian, kalau kita percaya dan menerima-Nya (Roma 10:9-10), maka status kita di hadapan Allah sebagai orang berdosa telah berubah menjadi orang Kudus bukan orang berdosa lagi (Ibrani 10:10). Kita pun berhak memanggil Allah kita Bapa karena kita adalah anak-Nya (Yohanes 1:12), dan sebagai anak-Nya kita memiliki pengharapan di sorga yang kekal (Filipi 3:20).

Kristus telah memberikan damai sejahtera dalam kehidupan kita dan itu tidak pernah berakhir karena bersumber dari-Nya. (AW)

Selengkapnya...

Sabtu, 29 Agustus 2009

Kita coba posting lagi

Salam kudus,

Hai semuanya ....

Untuk beberapa saat kemarin, belum ada posting yang saya masukkan.
Mudah-mudahan mulai sekarang saya bisa posting lagi.

Gbu



Selengkapnya...

Minggu, 05 Juli 2009

Mengucap Syukur Dalam Damai

II Korintus 2:3

Surat Paulus yang kedua kepada jemaat di Korintus adalah surat yang penuh dengan air mata. Paulus berkata bahwa ia menulis bahkan dengan mencucurkan air mata bagi jemaat di Korintus. Namun satu hal yang menarik adalah surat ini diawali dengan sebuah ucapan syukur yang tak terhingga kepada Allah Bapa yang penuh belas kasihan dan yang menjadi penghibur bagi Paulus.

Dalam keadaan hati yang hancur ia menulis surat ini, namun ia masih bisa mengucap syukur. Sesuatu yang mustahil untuk dilakukan, namun itulah kenyataannya. Paulus mampu melakukannya bukan karena ia cukup hebat dan cukup mampu untuk itu, tapi karena ia cukup merasakan ada damai yang sejati jauh di lubuk hatinya yang paling dalam. Kedamaian yang tidak bisa direnggut oleh situasi, oleh kesedihan bahkan oleh apapun.

Damai sejahtera yang didapatnya dari Allah ini, memampukan Paulus untuk mengucap syukur sekalipun dalam keadaan yang teramat sulit dan mustahil untuk mengucap syukur. Paulus tetap merasa terhibur sekalipun ia tengah menangis, penghiburan itu datang dari Allah, yang memberikan damai sejahtera dalam hati Paulus.

Kita pasti tidak lebih hebat dari Paulus karena kita pun menghadapi masalah. Situasi seperti apa yang sedang kita alami sekarang ini? Apakah kita tengah menangisi sesuatu? Kecewa dengan seseorang, seperti yang dirasakan Paulus terhadap jemaat Korintus? Apakah kita tengah sakit hati pada orang lain? Masih terasakah damai di hati kita? Hanya damai dari Allah yang dapat memampukan kita untuk mengucap syukur pada Allah Bapa dan sumber kedamaian. (CW)

Selengkapnya...

Minggu, 14 Juni 2009

Allah Bersukacita

Mazmur 104:31

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan yang sementara ini, orang percaya mengalami banyak sekali hambatan dalam menikmati sukacita dari Allah. Orang percaya banyak kali menderita atau mengalami pergumulan yang berat tetapi karena dia berada dalam kehidupan yang sementara maka itu berarti pergumulan dan penderitaan pun adalah sementara. Sedangkan sukacita bukanlah hal yang sementara karena sukacita adalah anugerah Allah yang kekal.

Sukacita telah ada bersama Allah dalam kekekalan dan ditunjukkan-Nya pada saat Dia menciptakan alam semesta. Perhatikanlah apa yang terjadi ketika Allah selesai menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. Kata yang ada dalam Alkitab adalah, Allah melihat bahwa semuanya baik. Bukankah itu suatu sukacita?

Dalam kehidupan sementara ini Allah tahu bahwa orang percaya banyak kali terhambat dalam menikmati dan membagikan sukacitanya, maka Allah pun memerintahkan orang percaya agar tetap bersukacita dalam segala hal. Perintah ini tidak berarti bahwa sukacita harus dicari atau dibuat tetapi adalah tanda bahwa orang percaya memilikinya sehingga tidak layak jika tidak dinikmati. Orang percaya yang bersukacita adalah orang yang menikmati kehidupan dari Allah.

Apapun yang terjadi dalam kehidupan orang percaya selama di dunia ini tidak dapat membatalkan bahkan tidak dapat menunda saat dimana dia harus beralih menikmati kehidupan yang sesungguhnya. Allah bersukacita untuk semua yang ada bersama-Nya karena sukacita-Nya adalah kemuliaan-Nya. (SP)

Selengkapnya...

Damai Sejahtera Allah

1 Korintus 1:3

Kita sering sekali menggunakan kata syalom dalam percakapan sehari-hari. Bahkan kadang-kadang kata itu tidak lagi memiliki makna sama sekali, hanya sekedar sebuah salam pembuka dalam pidato, khotbah atau bahkan ketika kita bertemu dengan saudara seiman.

Dalam setiap suratnya, Paulus selalu menggunakan kata yang sama sekalipun dalam bahasa yang berbeda. Karena kata damai dalam bahasa Ibrani adalah syalom sementara dalam bahasa Yunani adalah "eirene". Dua kata ini bukan kata sifat. Namun justru adalah kata benda yang menggambarkan satu situasi. Damai sejahtera hanya satu, tidak ada damai sejahtera yang lain. Dan dalam setiap kata damai sejahtera yang digunakan Paulus dalam semua suratnya selalu menyatakan bahwa itu dilakukan oleh Yesus Kristus.

Jadi, damai sejahtera itu hanya ada dalam Yesus. Damai sejahtera itu hanya diberikan oleh Yesus. Damai sejahatera itu hanya berasal dari Yesus saja. Dalam pengertian bahwa orang-orang di luar Yesus tidak mungkin mengalami damai sejahtera. Hanya mereka yang ada dalam Yesus saja yang akan mampun merasakan damai yang sejati dari Yesus.

Yang menjadi masalah adalah realita sekarang justru sebaliknya. Orang yang ada dalam Yesus tidak menyadari kalau mereka memiliki damai itu, dan justru mereka yang di luar Yesus yang berpikir mereka dalam damai. Keadaan yang menyedihkan memang, karena kita seharusnya menjadi contoh yang nyata tentang damai sejahtera yang sejati dan bukannya malah meragukan Allah yang telah mengaruniakan damai sejahtera itu. (CW)

Selengkapnya...

Memuliakan Allah

Yesaya 43:7

Mengapa kita harus memuliakan Allah? Apakah Allah pantas untuk kita muliakan? Atau apakah Allah kurang mulia sehingga manusia harus memuliakan-Nya?

Jika kita membuat atau membeli sesuatu barang, maka tujuannya adalah supaya kita bisa menggunakan barang tersebut untuk kebutuhan kita. Ketika Allah menciptakan manusia, tujuan-Nya adalah supaya manusia yang ia ciptakan dapat memuliakan Dia. Allah adalah pencipta kita sehingga Dia pantas kita muliakan, pantas kita puji, pantas kita agungkan dan pantas kita sembah.

Kita memuliakan Dia bukan berarti Dia kurang mulia, jikalau kita memuliakan Dia maka Dia tidak terpengaruh apa-apa. Kalau kita memperhatikan, matahari memiliki sumber cahaya sendiri dan kalau kita menggunakan kaca untuk memantulkan sinarnya ke tempat yang agak gelap maka cahaya itu akan menerangi tempat yang agak gelap itu, tetapi kalau kaca itu dipantulkan ke matahari maka matahari tidak terpengaruh atau bertambah terang.

Ilustrasi ini menggambarkan bahwa jikalau manusia memuliakan Allah maka Allah tidak bertambah mulia tetapi manusia wajib untuk memuliakan Allah karena Allah adalah pencipta. Paulus mengatakan muliakanlah Allah dengan tubuhmu, karena tubuhmu adalah bait Allah (Roma 12:1, 1 Kor 3:16). Kadang-kadang kita sebagai orang percaya lupa bahwa tubuh kita ini adalah bait Allah dan Allah berdiam di dalam kita, artinya kemanapun kita pergi, apapun yang kita lakukan dalam kehidupan setiap hari, Allah ada bersama-sama dengan kita.

Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memuliakan-Nya. (AW)

Selengkapnya...

Orang Percaya Hendaklah Bercahaya

Filipi 2:15

Manusia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada alam ini jika tidak ada cahaya. Sekarang pun manusia merasa tidak nyaman jika pada siang hari tiba-tiba mendung tebal menutupi angkasa dan langit menjadi kelabu. Apalagi bila pada malam hati lampu tidak menyala. Pada saat seperti itu manusia selalu menyadari bahwa dia selalu memerlukan cahaya sebagai penerang.

Manusia tidak hanya membutuhkan cahaya yang berhubungan dengan inderanya (fisik) tetapi juga dengan kehidupan rohaninya. Jika cahaya yang berhubungan dengan fisiknya dapat dipenuhi oleh sesuatu yang dapat ditangkap oleh fisik, maka cahaya rohani hanya dapat dipenuhi oleh sesuatu yang rohani, dan itu adalah Tuhan. Tuhan adalah sumber cahaya yang dapat ditangkap oleh fisik maupun oleh rohani manusia. Kegelapan karena dosa hanya dapat disibak oleh Tuhan yang berkuasa atas dosa dengan cara membuka tirai kegelapan dan menciptakan hubungan dengan Dia sumber cahaya tersebut.

Setiap orang yang telah memiliki hubungan dengan Tuhan memiliki cahaya yang harus dipantulkan kepada sesamanya yang dibelenggu kegelapan. Dia tidak boleh hanya menjadi penerima tetapi tidak menjadi penyalur. Ini adalah keharusan, karena orang percaya tidak sepantasnya menahan cahayanya untuk dirinya sendiri. Dia harus terus bercahaya (Mat 5:16, Flp 2:15). Dan cahaya itu adalah kesaksian hidupnya yang memuliakan Allah.

Jika hari ini kita bertanya, "Apakah kita sedang memancarkan cahaya Tuhan ataukah kita sedang menghalangi orang lain melihat cahaya kemuliaan Tuhan dalam diri kita karena kesaksian hidup kita yang jelek?" (SP)

Selengkapnya...

Bersukacita Karena Menderita! Mungkinkah?

Kolose 1:24

Sekilas membaca judul renungan kita kali ini mungkin adalah hal yang biasa. Bukanlah sesuatu yang mengejutkan jika kita mendengar bahwa kita harus tetap bersukacita sekalipun kita ada dalam penderitaan. Khotbah-khotbah bernada seperti ini adalah makanan kita setiap hari. Apalagi ketika kita memikirkan betapa beratnya beban dan persoalan yang kita hadapi di dunia yang serba sulit ini.

Tapi mari kita membacanya dengan lebih seksama. Renungan kali ini bukanlah mengajar kita agar tetap bersukacita sekalipun dalam penderitaan, tapi Kolose 1:24 menulis tentang "bagaimana bersukacitanya seorang Paulus karena ia boleh menderita". Apakah kita telah melihat perbedaan dengan jelas?

Ketika merenungkan bagian ini, ingatlah bahwa orang percaya tidak hanya harus rela bersukacita dalam penderitaan yang kita hadapi tapi juga harus "mampu" bersukacita karena kita menderita dalam pelayanan. Dengan kata lain penderitaan kita adalah alasan mengapa kita harus bersukacita.

Jika saat ini kita sedang dalam sebuah penderitaan karena pelayan kita dan rasanya sulit sekali untuk tetap mengucap syukur atau bersukacita karena penderitaan kita, maka mari kita mulai dengan menjadikan penderitaan kita sebagai alasan untuk bersukacita. Saya percaya jika kita melihat penderitaan sebagai alasan untuk kita bersukacita maka kita pasti akan merasa terbeban dengan penderitaan itu. Di atas segalanya ingatlah bahwa ini adalah penderitaan dalam pelayanan, bukan penderitaan karena kebodohan kita sendiri. (CW)

Selengkapnya...

Allah Mahaada

Yeremia 23:23

Seseorang pernah ditanya, "Mengapa engkau di sini?", dengan santai dijawabnya, "Karena aku tidak di sana". Jawaban ini menyatakan bahwa manusia tidak dapat berada di tempat yang berbeda pada saat yang sama. Teknologi mungkin dapat membuat manusia mengetahui apa yang terjadi di suatu tempat sekalipun dia berada di tempat lain, tetapi entah kapan teknologi dapat membantu manusia berada di tempat yang berbeda pada waktu yang bersamaan. Mungkin manusia harus bekerja lebih keras lagi untuk menciptakan teknologi yang dapat mengubah tubuh manusia dan materi menjadi non materi.

Manusia berbeda dengan Allah karena Allah bukan materi seperti manusia. Allah tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Bukan hanya karena Dia adalah Roh tetapi Dia sempurna. Malaikat juga adalah makhluk roh tetapi malaikat tidak sempurnaa sehingga tidak dapat berada di tempat yang berbeda pada saat yang sama. Demikian juga dengan iblis. Iblis membodohi manusia dengan bertindak seolah-olah dia dapat berada di tempat yang berbeda pada saat yang bersamaan. Iblis tidak mahaada sehingga manusia tidak pantas takut apalagi menghormatinya setara dengan Allah.

Allah yang tidak terbatas dan yang sempurna adalah Allah yang tidak hanya menciptakan dunia materi tetapi adalah Allah yang juga menciptakan segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Allah inilah yang menciptakan ruang dan waktu dan tidak terikat olehnya. Maka hari ini jika kita menghadapi sesuatu, ingatlah bahwa Allah kita tidak terbatas.

Dia ada di sini dan selalu menolong kita. (SP)

Selengkapnya...

Alasan Utama Bersukacita

Lukas 10:20

Jika kita bertanya pada diri kita sendiri, apakah yang menjadi alasan kita bersukacita? Bukan sumber sukacita tapi alasan utama mengapa kita bersukacita? Apa kira-kira yang akan menjadi jawaban kita? Apa hal pertama yang akan terlintas dalam pikiran kita?

Mungkinkah itu karena kita merasa dikasihi, diterima atau mungkin karena dibelikan sesuatu oleh seseorang? Mendapat banyak uang, mungkin? Kita mungkin akan berkata bahwa itu hanyalah alasan sekunder dan kita mulai mencari alasan lain yang lebih tepat. Tapi sebenarnya inti sukacita kita berhubungan dengan suasana kita. Mungkin kita akan mengatakan karena Tuhan ada di samping kita, karena Ia mengasihi kita dan sederetan alasan yang berhubungan dengan apa yang kita rasakan.

Namun ada satu bagian Alkitab yang menyebut alasan utama mengapa kita harus bersukacita dan sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang kita rasakan adalah karena nama kita terdaftar di Sorga. Wow!!! Betapa hebatnya hal itu.

Adakah orang yang bersukacita karena ia memiliki KTP? Mungkin tidak ada. Orang percaya juga sering melupakan hal ini. Kita cenderung mengutamakan perasaan dikasihi dan diterima oleh Allah dan mengabaikan fakta bahwa nama kita tercatat di sorga. Karena kita adalah warga sorga, maka kita harus bertindak sebagai orang-orang sorga. Dan salah satu ciri orang sorga adalah bersukacita dalam segala keadaan!

Mari bersukacita bukan karena terikat pada satu situasi yang kita rasakan tapi bersukacita karena siapa diri kita di dalam Kristus. (CW)

Selengkapnya...

Minggu, 07 Juni 2009

Sukacita Karena Ketaatan Saudara Seiman

Roma 16:19

Kita sering mendengar berita tentang saudara seiman kita yang diintimidasi bahkan dianiaya oleh orang-orang yang tidak percaya. Mereka diusir dari tempat mereka beribadah atau tempat mereka belajar Alkitab sehingga mereka harus mengungsi dan belajar atau beribadah di tempat terbuka dan di jalanan.

Kita pasti sedih atau mungkin juga geram mendengar dan melihat semua itu. Tetapi ketika saudara-saudara kita tersebut tetap kuat dan tidak pernah kendor menyembah Tuhan, maka ada sesuatu yang mengalir dalam hati kita. Sesuatu itu adalah sukacita.

Kita bangga memiliki saudara seiman yang taat, kuat dan tetap bergantung pada Tuhan. Kita merasa kecil dan tidak punya apa-apa ketika membandingkan diri kita dengan mereka. Mereka adalah anak-anak Tuhan yang luar biasa yang berdiri di garis depan dalam pelayanan. Mereka pantas menjadi pembagi sukacita dari Tuhan sepantas mereka mengalami penderitaan. Mereka berhak menerima kemuliaan karena telah menjadikan setiap orang percaya bersukacita.

Semoga pada suatu saat nanti ada juga saudara seiman kita yang bersukacita karena kita mentaati Tuhan dengan sungguh-sungguh. Dan semoga kita tidak perlu berteriak, "bersukacitalah" apabila kita telah memperlihatkan ketaatan kita dan karena mereka telah mengerti bahwa kita adalah orang-orang yang taat pada Tuhan. Dan mereka pun bersukacita. (YW)

Selengkapnya...

Tuhan Menyapa Kita Hari Ini

Yohanes 1:14

Ketika kita melihat dua orang sahabat saling bersalaman dan menyapa "Hallo, apa kabar?", bagaimana perasaan atau penilaian kita terhadap mereka? Apakah kita juga pernah bertemu dengan seseorang dan menyapanya dengan akrab? Atau pernahkah kita disapa disertai senyuman dari seseorang yang asing bagi kita?

Sebagai manusia yang tidak diciptakan untuk hidup sendirian, kita selalu memiliki perasaan bahagia jika disapa seseorang dengan sopan dan ceria. Sebaliknya kita juga sering mengekspresikan suasana hati kita dengan menyapa orang lain. Sukacita dalam saling menyapa yang ada pada kita sebenarnya bermula dari Allah kita.

Allah Pencipta menyapa kita dengan menggunakan keindahan alam sehingga kita tahu Dia ada. Dia juga menyapa kita dengan Alkitab. Bahkan Dia tidak hanya menyapa kita tetapi menyapa semua manusia bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan menghadirkan Anak-Nya Yang Tunggal hidup di antara manusia.

Dia menyapa manusia karena Dia peduli. Dia mau manusia mengetahui bahwa Dia selalu ada untuk menjadi sahabat dalam situasi apapun dan Dia berkuasa melepaskan manusia dari berbagai masalah. Tetapi sayang sekali sapaan Tuhan tersebut diabaikan sebagian besar manusia, padahal Tuhan menyapa dengan firman-Nya setiap saat.

Dia ingin kita tahu bahwa hari ini Dia sedang berkata, "Aku mengasihimu". Dia telah memberikan kita kemampuan dengan banyak cara untuk menyapa-Nya. Dan Dia pun ingin kita menyapa-Nya dengan doa kita. (SP)

Selengkapnya...

Menjadi Seperti Yesus

Efesus 1:19

Apakah kita suka mendekorasi atau menata sesuatu menjadi menarik dan indah? Apabila kita mempunyai kamar atau rumah sendiri, kita akan mendekorasinya seindah mungkin. Kita akan mendekorasinya dengan baik dan tidak akan berhenti sebelum kamar atau rumah kita itu nyaman dan indah. Kita akan mengubah beberapa bagian dan mungkin akan membuang bagian-bagian yang tidak perlu atau menambahkan sesuatu kepada sesuatu yang kita anggap masih kurang.

Begitu juga dengan Allah. Ketika kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, Roh Kudus ada di dalam hati kita. Ketika Roh Kudus berada di dalam hati kita, Dia akan mulai mengubah hati kita, Kebencian diganti dengan kasih. Dukacita diganti dengan sukacita. Rasa tidak aman diganti dengan damai sejahtera. Dinding-dinding kemarahan dibongkar dan banyak hal dilakukan ketika Dia menata hati kita.

Ketika hati kita ditata, prosesnya tidaklah menyenangkan, apalagi yang harus dibongkar adalah hal yang kita banggakan atau yang kita minati. Pada saat itu akan terjadi sesuatu yang menyakitkan kita karena kita enggan melepaskan apa yang kita banggakan atau minati tersebut. Kita merasa sedang dilukai, padahal sedang diobati.

Allah mempunyai cara penataan hati yang sempurna bagi kita. Allah mau supaya kita menjadi indah, dan Dia tidak akan berhenti sebelum rancangan-Nya selesai. Allah berkuasa mengubah hati karena Dia adalah pemilik kita. Tujuan-Nya menata kehidupan kita adalah karena Dia mau supaya kita menjadi seperti yang diingini-Nya. (YW)

Selengkapnya...

Kata-Kata Hari Ini

Kolose 4:6

Pada waktu kita melihat dan mendengar seorang anak kecil belajar mengucapkan sesuatu, kita selalu tersenyum sekalipun kita tidak mengerti apa yang dimaksudkannya. Dan ketika dia mampu mengucapkan sesuatu yang membuat kita mengerti, betapa bahagianya kita. Kita senang mendengar setiap kata yang keluar dari mulut kecilnya, sehingga tidak jarang kita juga turut serta berkata-kata seperti yang diucapkannya.

Rasanya kita tidak pernah memarahi seorang anak kecil yang dengan cadelnya mengucapkan sesuatu. Kita tidak pernah merasa bahwa apa yang dia ucapkan adalah sesuatu yang tidak benar. Kita bahkan tidak pernah bosan mendengar segala ocehannya. Sepertinya kita sadar bahwa ketika seumur dia kitapun selalu mengeluarkan perkataan yang membuat orang lain gembira dan tidak merasa tersinggung apalagi tersakiti.

Tetapi bagaimana setelah kita telah menjadi dewasa dan menjadi seperti sekarang ini? Masihkah kita senang mendengar kata-kata yang terucap dari mulut seseorang yang telah lancar berbicara sama seperti kita senang mendengar seorang bocah bicara? Masihkah orang lain senang mendengar kata-kata kita? Atau perlukah kita kembali menjadi seperti seorang anak yang sedang belajar mengucapkan sesuatu?

Rasanya kita harus selalu belajar mengeluarkan kata-kata yang menjadi berkat bagi orang lain, karena itu adalah kehendak Tuhan. Hendaklah sejak hari ini, kata-kata kita senantiasa penuh kasih dan tidak hambar sehingga kita menjadi berkat bagi orang lain. (SP)

Selengkapnya...

Beribadah Dengan Sukacita

Mazmur 100:2

Kita telah memahami bahwa orang percaya harus memuliakan Allah atau menyembah Allah lebih daripada orang-orang lain yang menyembah allah mereka. Hal ini harus dilakukan karena orang percaya memiliki Allah yang benar. Dia adalah satu-satunya Allah yang menyatakan diri kepada manusia sebagai pemilik alam raya dan semua yang ada di dalamnya.

Renungan hari ini mengajak orang percaya untuk beribadah kepada Allah dengan sukacita. Ibadah itu terjadi karena orang percaya memahami dengan benar bahwa Allah adalah satu-satunya, pemilik dan pelindung, baik dan kasih setia-Nya untuk selama-lamanya (Maz 100:3,5). Tidak ada allah yang setara dengan Allah yang dimiliki orang percaya karena Dia tidak hanya menerima ibadah orang percaya tetapi Dia juga menjadikan orang percaya bersukacita karena Dia mengkomunikasikan kebenaran-kebenaran tentang-Nya.

Tetapi, ketika orang percaya beribadah maka ibadah tersebut dijalankan bukan hanya karena orang percaya memahami kebenaran yang dinyatakan Allah. Adalah tidak benar jika orang percaya beribadah hanya berdasarkan pemahamannya. Jika hanya berdasarkan pemahaman, maka bisa saja pemahamannya salah. Itulah sebabnya ibadah orang percaya adalah obadah karena Allah benar dan apa yang dinyatakan-Nya adalah benar.

Allah adalah benar dan kebenaran-Nya adalah mutlak sehingga orang percaya yang memahami ini adalah orang percaya yang tahu kepada siapa dia beribadah dan dia akan beribadah dengan sukacita. (YW)

Selengkapnya...

Pujian Hari Ini

Mazmur 145:1-3

Dunia dengan alat komunikasinya yang canggih sekarang ini telah menguasai kita dengan menjejali berita bermuatan gosip dan kritikan bahkan umpatan terhadap orang lain. Kita telah menjadi biasa dengan berita miring yang membangkitkan rasa benci dan permusuhan sehingga tanpa disadari kita lupa bahwa ada bagian dalam hidup kita yang terabaikan. Bagian itu adalah kemampuan memberikan pujian pada sesuatu atau seseorang.

Kita mungkin tidak lagi menyadari bahwa sebenarnya kita selalu merasa senang memberikan pujian kepada orang lain. Hal tersebut tampak jelas ketika kita memuji dengan gemas seorang bayi yang menggemaskan. Atau semangat yang menggebu dari para remaja yang memuji setinggi langit orang yang diidolakannya.

Memberi pujian akan membuat wajah berseri karena hati akan mengenyahkan perasaan yang menyakitkan. Tidak heran jika dalam kehidupan manusia, Tuhan memberikan suatu kemampuan untuk memuji. Kemampuan memberi pujian ini penting terutama untuk diarahkan kepada-Nya bukan hanya karena Dia senang mendengarnya tetapi supaya kita menikmati dampak dari pujian tersebut.

Maka marilah mulai memberikan pujian terutama kepada Tuhan. Marilah mulai memuji Tuhan dengan nyanyian sekalipun itu hanya dalam hati ketika kita sedang membaca renungan ini. Percayalah kita tidak pernah akan kekurangan sesuatu jika kita memuji apalagi memuji Tuhan. (SP)

Selengkapnya...

Kekuatan Dan Sukacita

1 Tawarikh 16:27

Setiap orang mempunyai cara yang berbeda menghadapi permasalahan dalam kehidupannya. Ada yang menggunakan kekuatan tinjunya, kekuatan orang tuanya ataupun kekuatan uangnya. Ketika kita menjadi tua, sudah pasti kita akan kalah dalam bertinju, ketika orang tua kita tidak ada lagi maka kekuatan kita juga hilang, ketika uang kita habis, kekuatan kita juga habis. Masalah datang silih berganti dan tidak peduli apakah kita sedang kalah, kehilangan atau kehabisan.

Semua yang kita banggakan tidak cukup, tidak sempurna dan selalu berubah. Padahal kita perlu dan membutuhkan kekuatan yang cukup, sempurna dan tidak berubah untuk menghadapi permasalahan dalam hidup kita. Nah, jika sudah seperti ini, pertanyaannya sekarang adalah di mana kita mendapatkan kekuatan yang seperti itu? Jawabannya adalah tempat Allah.

Di tempat Allah ada kekuatan. Karena Allah adalah Mahakuasa, maka kuasa-Nya tidak terbatas, kuasa-Nya sempurna dan kuasa-Nya tidak berubah. Tidak hanya kekuatan untuk menghadapi masalah, di tempat Allah juga ada sukacita. Di situ ada keagungan dan semarak yang tidak pernah ada dan tak akan ada di tempat lain termasuk di tempat yang dianggap ada allah lainnya.

Ketika kita datang kepada Tuhan dalam doa, kita berada di tempat Allah. Kita bicara dengan Allah berhadap-hadapan dan mencurahkan segala pergumulan kita. Pada saat itu kita menerima sukacita dan kekuatan karena kita berada pada sumbernya. Mari kita ke tempat Allah dengan beriman kepada-Nya. (YW)

Selengkapnya...

Kamis, 04 Juni 2009

Sukacita Karena Diajak Beribadah

Mazmur 122:1

Beberapa orang di antara kita senang menikmati suasana pesta. Motivasi kehadiran dan kenikmatanpun berbada-beda. Ada yang senang diperhatikan dan dipuji, ada juga yang senang bertemu dengan orang-orang yang dikenal dan lama tidak bertemu dan lain sebagainya. Demikian juga ada di antara kita yang senang mengajak orang lain untuk menikmati suasana indah dan ceria. Motivasinya pun berbeda-beda.

Hal yang samapun terjadi dalam kehidupan beribadah atau ke persekutuan atau ke gereja. Ada yang sangat senang menikmati persekutuan dan ada juga yang sangat senang mengajak orang lain. Motivasinya pun berbeda-beda dan nyaris tidak terlihat karena bersembunyi dengan rapi di balik sikap yang ada.

Daud dalam nyanyian ziarahnya menyatakan bahwa dia bersukacita ketika ada orang yang mengajaknya ke rumah Tuhan. Sukacitanya muncul karena dia memiliki motivasi yang benar. Dia memahami bahwa di rumah Tuhan adalah tempat dia dan orang-orang bersyukur kepada Tuhan dan memohon kesejahteraan bagi mereka. Di situ dia ingin berbuat baik bagi saudara-saudara sebangsanya dengan berbagi berkat. Tidak heran jika dia bersukacita ketika bersama dengan saudara-saudaranya berada di rumah Tuhan.

Hari ini, apakah kita juga memiliki sukacita yang sama dengan Daud? Apakah kita bersukacita ketika ada orang yang mengajak kita beribadah? Ataukah kita dengan sukacita mengajak orang lain beribadah dan bersama mereka menikmati persekutuan dengan Tuhan? (SP)

Selengkapnya...

Pilihlah Hal Yang Benar

Yosua 24:15

Semua orang pasti pernah berhadaoan dengan yang namanya membuat keputusan. Sadar atau tidak setiap pagi hari waktu bangun dari peraduan kita sudah mengambil keputusan untuk bangun, kemudian mengambil keputusan untuk mandi dan sebagainya. Tapi hal-hal seperti itu mungkin bukan keputusan yang berat untuk diputuskan walaupun sebenarnya sangat penting dan sangat berpengaruh pada kehidupan kita.

Apakah kita memutuskan untuk memilih hal yang benar ketika kita diperhadapkan pada pilihan yang sulit? Atau kita berpikir ... ya namanya juga manusia, jadi tidak menjadi masalah apabila salah memilih karena itu kan manusiawi. Atau kita sama sekali tidak tahu harus memilih sesuatu dengan tepat sehingga kita tidak bisa memutuskannya. Kebingungan kita menentukan pilihan sebenarnya secara tidak sadar untuk beberapa saat, kita sudah mengambil keputusan untuk tidak memilih.

Sebagai orang percaya dan dikasihi Allah, dalam menghadapi banyak pilihan yang harus kita putuskan, kita pun harus menentukan apa yang akan kita pilih. Dan yang pasti kita harus memutuskan untuk memilih hal yang berkenan kepada Allah, hal yang memuliakan Kristus karena itu adalah pilihan sudah pasti benar. Ketika kita bangun pagi hari, pilihan yang sudah pasti benar untuk kita pilih adalah pilihan yang sama dengan yang dipilih Yosua yaitu "beribadahlah kepada Tuhan".

Jika Yosua telah menentukan pilihannya, kitapun dapat memilih hal yang benar. Marilah kita memilih untuk beribadah kepada Tuhan setiap hari. (YW)

Selengkapnya...

Sukacita Karena Perbuatan Tuhan

Mazmur 92:5

Sebagai orang percaya kita harus selalu menyadari bahwa kita dimiliki dan memiliki Tuhan pemilik alam raya bahkan alam yang akan datang. Tuhan kita adalah Tuhan yang mengatur seluruh alam dengan aturan-Nya sendiri dan semuanya berjalan dalam kontrol-Nya. Dia tidak pernah serampangan melakukan sesuatu. Dia menata milik-Nya dan melihatnya dalam keindahan dan sukacita-Nya. Sehingga kitab Kejadian mencatat semua yang diciptakan-Nya sebagai "sungguh amat baik".

Selain melihat keindahan alam manusiapun dapat melihat keindahan dirinya sebagai ciptaan Tuhan dan dengan itu pun manusia dapat dengan mudah memahami bahwa Tuhan yang menciptakannya adalah Tuhan sumber keindahan. Dengan demikian dia dapat membayangkan dengan sesederhana mungkin bahwa pada saat Tuhan menciptakannya pastilah Tuhan menciptakannya dalam suasana ceria dan sukacita.

Semua keindahan yang ditata Tuhan menunjukkan betapa dia menciptakannya dengan sukacita dan untuk sukacita-Nya sendiri. Dia menempatkan dan merawat agar ciptaan-Nya terutama manusia yang menikmatinya bersukacita. Dapat dikatakan bahwa sukacita dalam kehidupan manusia adalah anugerah Tuhan yang telah dikerjakan-Nya pada saat penciptaan langit dan bumi dan segala isinya. Dan sukacita itu menjadi milik orang percaya yang memiliki Tuhan.

Maka benarlah perkataan pemazmur, "Tuhan telah membuat aku bersukacita dengan pekerjaan dan perbuatan tangan-Nya". (SP)

Selengkapnya...

Sukacita Karena Firman Tuhan

Nehemia 8:11

Nats Alkitab kali ini memberikan pelajaran tentang apa yang dialami orang Israel. Mereka adalah satu-satunya bangsa di dunia yang memiliki Allah yang benar dan memiliki kitab Taurat. Tetapi mereka tidak menikmati kebenaran-kebenarannya selain kerna memang mereka banyak kali tidak mematuhinya, pada saat itu mereka juga mengalami serangan dari bangsa-bangsa di sekitar mereka. Karena hal inilah maka mereka tidak lagi menyadari bahwa kitab Taurat yang mereka banggakan tersimpan di rumah Tuhan.

Kitab tersebut telah rusak dan baru ditemukan kembali pada masa pemerintahan raja Yosia (2 Taw 34). Dan pada waktu Nehemia menjadi Bupati dan Ezra menjadi imam, kitab Taurat dibacakan dan diberi penjelasan. Orang Israel yang telah lama hidup dalam tekanan dan begitu merindukan Allah menjadi sangat terharu sehingga dengan segera menyembah Allah (Neh 8:7,10).

Sesuatu yang luar biasa terjadi pada saat mereka mendengar Firman Tuhan. Mereka sangat terharu, sehingga mereka harus diingatkan bahwa ketika mereka memahami Firman Tuhan mereka tidak boleh berdukacita tetapi mereka harus bersukacita. Firman Tuhan seharusnya menghadirkan sukacita dan bukan sebaliknya.

Nah, apakah kita juga seperti orang Israel yang merindukan dan menerima Firman Tuhan? Apakah kita bersukacita ketika memahami kebenaran Firman Tuhan? Jika belum atau tidak, maka hari ini adalah saatnya kita memulainya. Bersukacitalah karena kita memiliki dan memahami Firman Tuhan. (YW)

Selengkapnya...

Mengapa Harus Bersukacita?

Roma 12:12

Dr. Billy Graham pernah mengatakan; "sukacita adalah karakter illahi yang memampukan anak-anak Tuhan melewati masa-masa sukar". Lebih lanjut dikatakannya, sukacita membuat kita tetap dalam keadaan sehat, baik jasmani maupun rohani. Tetapi pertanyaan yang biasa dilontarkan adalah "bagaimana saya bisa bersukacita, sementara saya berada dalam keadaan krisis yang amat sukar?". Alkitab mengajarkan walaupun dalam keadaan sukar tetaplah bersukacita. Orang percaya yang didalamnya Kristus ada pasti dapat bersukacita.

Dalam Alkitab, ada banyak tokoh yang tetap bersukacita sekalipun di tengah krisis yang menekan kehidupan mereka. Salah satu contohnya adalah Paulus. Dia tetap bersukacita sekalipun dalam penjara. Rahasia sukacitanya adalah karena dia ada dalam Kristus.

Siapapun kita pasti suatu saat akan meninggalkan dunia ini, tetapi selama kita masih hidup di dunia ini maka banyak persoalan dan kesulitan hidup yang akan kita hadapi. Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa selama di dunia ini orang percaya akan bebas dari persoalan, permasalahan dan kesulitan hidup. Tetapi janji Tuhan, jika kita meninggalkan dunia ini kita pasti ke sorga. Ini adalah pengharapan kita dan kalau kita selalu mengingat hal ini, maka akan membuat kita tetap bersukacita walaupun keadaan kita sulit. Dalam Kristus kita mempunyai pengharapan kekal.

"Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga." (Luk 10:20). (AW)

Selengkapnya...

Doa Hari Ini

1 Tesalonika 5:17

Sebagai orang percaya, saudara pasti selalu berdoa, begitu juga (mungkin) orang lain yang saudara kenal. Tetapi jika kepada saudara atau orang yang saudara kenal ditanya apa alasan berdoa, maka jawabannya tidak akan persis sama. Bahkan mungkin ada orang berdoa tanpa tahu mengapa dia harus berdoa.

Biasanya dalam berdoa kita mencurahkan segala macam perasaan, kekaguman, permohonan dan janji kita kepada Tuhan. Tetapi jika diamati maka akan didapati bahwa doa kita paling banyak berisi permintaan sehingga dapat disimpulkan bahwa alasan berdoa kita adalah karena kita ingin meminta sesuatu kepada Tuhan. Jarang sekali kita menyadari bahwa alasan yang sangat penting mengapa orang percaya harus berdoa adalah karena berdoa adalah perintah Tuhan. Artinya, jika orang percaya tidak berdoa maka dia melanggar perintah Tuhan dan itu artinya dia melakukan dosa (1 Yoh 3:4).

Tuhan Yesus memberikan contoh bagaimana seharusnya berdoa. Dia berdoa untuk menjalankan perintah Bapa-Nya dan menyerahkan permohonan-Nya pada kehendak Bapa-Nya bukan untuk menyenangkan hati-Nya atau untuk memenuhi kehendak-Nya. Demikian juga ketika Dia mengajar murid-murid-Nya berdoa.

Jadi, jika kita berdoa hari ini, berdoalah dengan sukacita bukan hanya karena ingin meminta sesuatu dari Tuhan, tetapi karena mau taat pada-Nya. Jika itu yang kita lakukan maka kita akan siap menerima semua jawaban doa kita. Kita akan bersyukur dalam segala hal karena kita berada dalam kehendak-Nya. (SP)

Selengkapnya...

Sukacita Yang Sempurna

Filipi 2:2

Pernahkah kita membaca artikel dalam sebuah majalah atau koran yang tidak ada sambungannya? Pernahkah kita melihat lukisan yang tidak selesai? Atau bagaimana jika kita mendengar lagu yang tidak selesai dinyanyikan? Atau mungkin khotbah yang tidak selesai? Atau yang lebih dekat mungkin sinetron yang nggak ada endingnya? Apa yang kita rasakan?

Ketika berada dalam penjara, Paulus tetap bersukacita karena ia menyadari bahwa itu terjadi akibat dari tindakannya membela Injil. Namun dalam bagian ini, Paulus menempatkan sukacita sebagai objek. Dan objek itu harus lengkap. Paulus meminta jemaat Filipi untuk menyempurnakan sukacitanya bukan karena sukacita yang ia rasakan itu belum sempurna, namun ia ingin menikmatinya secara utuh.

Dalam menjalani hidup sehari-hari pun kadang-kadang kita diperhadapkan dengan situasi, keadaan dan kondisi yang kerap kalo mencuri sukacita kita, sekalipun sukacita itu tidak bergantung pada sesuatu yang fana, namun karena kita pada dasarnya adalah manusia yang fana, jadi kita membiarkan keadaan mempengaruhi sukacita.

Sukacita yang lengkap bukan hanya sesuatu yang kita rasakan. Tidak hanya sebatas itu saja, karena sukacita yang seutuhnya adalah berhubungan dengan apa yang kita rasakan, yang kita pikirkan dan apa yang kita lakukan. Bersukacitalah secara utuh dan lengkap. Tunjukkan sukacita itu lewat apa yang kita rasakan, apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan. (CW)

Selengkapnya...

Berkat Tuhan Hari Ini

Ratapan 3:22,23

Alkitab memberikan pernyataan bahwa Tuhan yang kita sembah bukan Tuhan yang hanya berjanji akan memberikan berkat, tetapi Tuhan yang telah dan selalu memberikan berkat. Dia tidak berjanji dan setelah itu tenggelam dalam kesibukan-Nya sehingga akhirnya melupakan apa yang Dia janjikan. Atau berjanji tetapi setelah itu kehabisan persediaan bahan untuk memenuhi janji-Nya.

Berkat Tuhan tersedia setiap hari ketika kita memasuki hari baru, atau saat kita terlelap dalam peristirahatan kita (Maz 127:2) dan kita tidak menyadari bahwa kita selalu menerimanya. Kita jarang bersyukur untuk berkat-berkat ini, mungkin karena kita telah terbiasa dengan berkat sehingga hal tersebut tidak lagi menyentuh perasaan kita. Seperti kita terbiasa bernafas sehingga lupa bahwa nafas yang ada pada kita adalah berkat atau rahmat Tuhan yang selalu baru setiap hari.

Seharusnya kita menyadari bahwa sebenarnya kita tidak layak menerima berkat dari Tuhan, tetapi karena kasih-Nya maka semuanya bisa terjadi. Berkat Tuhan yang selalu baru setiap hari tidak pernah ditarik-Nya kembali karena Dia bukan Tuhan yang selalu memperhitungkan apa yang Dia berikan. Dia memberikan dalam kekayaan anugerah-Nya sehingga sudah sepantasnya kita bersyukur dan mengasihi-Nya lebih dari apapun.

Tuhan tidak hanya memiliki berkat, tetapi Tuhan juga memiliki hari. Semuanya adalah milik-Nya, maka apapun yang ada pada kita, itu adalah dari Tuhan sumber segala berkat. Apakah layak kita meragukannya? (SP)

Selengkapnya...

Menghadapi Persoalan Dengan Sukacita

Filipi 4:4

Krisis ekonomi di USA telah menyebabkan krisis global, dan hampir seluruh negara kita ikut merasakan dampaknya. Berdasarkan data yang ada jumlah karyawan yang diPHK mencapai 250 ribu orang sedangkan di seluruh dunia mencapai jutaan orang. Hal ini menimbulkan persoalan yang serius dan mempengaruhi semua bidang kehidupan, termasuk orang percaya.

Memang dalam menghadapi persoalan orang percaya berbeda dengan orang belum percaya. Bagi orang percaya persoalan atau kesulitan akan dihadapi dengan sukacita. Alkitab, (PB maupun PL) mencatat 150 kali kata "Sukacita". Kata sukaria yang masih serumpun dengannya dicatat sebanyak 24 kali. Tentunya ini merupakan hal yang serius dan patut mendapat perhatian dari kita semua.

Dalam bahasa Ibrani, sukacita diterjemahkan "simkha"; berasal dari kata kerja "sameakh". Yang berarti kegembiraan yang berlimpah yang bisa dilihat secara lahiriah oleh orang yang di sekitar kita. Juga berarti, kegembiraan yang keluar dalam hati seseorang di saat-saat sukar dan tidak mungkin bergembira.

Sedangkan dalam Perjanjian Baru sukacita menggunakan kata Yunani khah'ee-ro; berasal dari kata kerja "khara". Kata lain yang masih mempunyai arti yang sama adalah "agalliasis" yang berarti sukacita yang besar, yang tak tertahankan lagi, sukacita yang meluap setiap saat dan tidak dipengaruhi oleh kondisi buruk yang ada di sekitarnya. Maksudnya, apapun yang terjadi tetap bersukacita, sekalipun pada saat yang tidak mendukung dan menguntungkan secara pribadi. (AW)

Selengkapnya...

Kedaulatan Allah Dan Penciptaan

Yesaya 45:12

Ketika Allah menciptakan alam semesta dan segala isinya, Dia tidak meminta pendapat dari luar diri-Nya. Dia juga tidak harus memesan atau mengambil sesuatu di tempat lain sebagai bahan awal atau bahan pelengkap untuk menciptakan alam semesta. Semua berasal dari diri-Nya sendiri dan digunakan sesuai dengan rencana dan kehendak-Nya. Dia menciptakan dengan kuasa-Nya yang tidak terhingga sehingga semua patuh dan bergantung pada-Nya.

Dia tidak meminta nasihat siapapun karena tidak ada sesuatu entah benda atau pribadi yang ada bersama-Nya ketika Dia menciptakan alam semesta, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Tidak ada sesuatu yang dapat menyatakan bahwa ada pihak lain yang turut serta dalam penciptaan atau merasa membari bantuan kepada Allah. Allah sendiri yang melakukan dan Dia berdaulat menciptakan apa yang menurut-Nya baik dan untuk kemuliaan-Nya.

Semua yang dia ciptakan diatur-Nya berdasarkan sifat-Nya sendiri karena Dia bebas dari apapun. Dia juga tidak meminta pertolongan pihak lain untuk memelihara ciptaan-Nya karena Dia sendiri yang melakukannya, sehingga apapun yang berhubungan dengan penciptaan berarti berhubungan dengan Allah entah manusia mempercayai-Nya atau tidak.

Orang lain boleh saja meragukan allah mereka atau mungkin mencoba menentang kewibawaannya karena itu memang pantas. Tetapi bagi kita Allah adalah Allah yang berdaulat, dalam menciptakan dan memelihara kita. (SP)

Selengkapnya...

Orang Yang Berbahagia

Roma 4:7

Apakah definisi kita tentang orang berbahagia? Atau apa yang terlintas dalam benak kita ketika kita berkata bahwa ia adalah orang berbahagia? Apakah kita mengidentifikasikan sebagai orang yang punya banyak uang? Orang yang memiliki kekuasaan hebat? Atau barangkali mereka yang menjadi orang-orang populer?

Firman Tuhan mengidentifikasikan orang yang berbahagia dengan cara yang unik. Roma 4:7-8 adalah definisi Alkitab tentang orang yang berbahagia. Dengan jelas bisa dilihat bahwa kebahagiaan itu tidak tergantung pada harta, kekuasaan ataupun popularitas. Orang yang berbahagia adalah otang yang diampuni pelanggarannya, ditutupi dosa-dosanya dan tidak diperhitungkan oleh Allah kesalahannya. Itulah definisi orang yang berbahagia.

Intinya adalah kebahagiaan itu tidak tergantung pada sesuatu yang fana. Dan segala sesuatu yang ada di bawah kolong langit ini adalah fana. Jadi, tidak ada jaminan kebahagiaan di bawah kolong langit ini. Kebahagiaan itu hanya terletak pada Allah saja. Allah satu-satunya yang tidak fana. Dan dalam bagian ini semua hal yang dikaitkan dengan kebahagiaan itu adalah berhubungan dengan keselamatan yang telah Allah sediakan bagi kita.

Adalah berbahagia apabila pelanggaran kita telah diampuni, adalah berbahagia apabila dosa kita telah ditutupi dan adalah berbahagia apabila kesalahan kita tidak diperhitungkan oleh Allah. Jika kita termasuk dalam bilangan itu, maka tidak ada alasan fana yang bisa membuat kita tidak berbahagia. Mari kita bersukacita karena Allah saja. (CW)

Selengkapnya...

Kedaulatan Allah

Yesaya 43:10-13

Sifat Allah yang berdaulat adalah sifat yang banyak diabaikan manusia ketika manusia menuntut sesuatu dari Tuhan. Manusia percaya bahwa Allah itu Mahakuasa, Mahakasih dan kudus serta tidak berubah tetapi manusia mengabaikan kebenaran kedaulatan-Nya. Kesalahan mendasar dari pengabaian ini adalah karena manusia tidak memahami dan menghormati kedaulatan Allah.

Kedaulatan artinya kepala, keutamaan, yang tertinggi. Ini berarti Dia melaksanakan hak-Nya untuk melakukan apa yang dikehendaki-Nya atas ciptaan-Nya. Kedaulatan mula-mula berbicara tentang kedudukan Allah sebagai Pribadi yang utama di alam semesta, kemudian tentang Allah adalah pemilik kuasa tertinggi di alam semesta. Dengan kedaulatan-Nya Allah memerintah seluruh ciptaan-Nya dan untuk itu Dia Mahatahu, Mahakuasa dan bebas dari apapun.

Seandainya ada sesuatu hal bahkan yang paling kecil sekalipun yang tidak diketahui-Nya maka berakhirlah kedudukan-Nya. Dan seandainya ada sedikit kuasa yang tidak ada pada-Nya maka berakhirlah kekuasaan-Nya. Allah akan menjadi sesuatu yang sama saja dengan sesuatu yang lain karena ternyata Dia memiliki kekurangan. Tetapi hal itu tidak demikian. Allah adalah Allah dan hanya Dia. Tidak ada yang setara dengan Dia.

Allah berdaulat adalah Allah yang bebas melakukan apapun yang Dia kehendaki tanpa harus tergantung pada sesuatu yang lain kecuali Allah berhubungan dengan sifat-Nya yang lain seperti kasih dan kebaikan-Nya. Apakah kita mau menghormatinya sekarang? (SP)

Selengkapnya...

Membenci Kejahatan

Matius 5:39

Bolehkah orang kristen melawan orang yang berbuat jahat kepadanya? Kalau ada yang berbuat jahat pada kita, atau berlaku tidak adil, bagaimana sikap dan perlakuan kita? Mengapa Tuhan Yesus mengajarkan tidak boleh membalas orang yang berbuat jahat pada kita? Mengapa kalau pipi kanan kita ditampar harus berikan juga pipi kiri?

Untuk mengerti hal ini, kita harus mengerti bahwa ajaran Kristus tidaklah sama dengan "Pasifisme" (faham yang melarang segala bentuk kekerasan dalam segala situasi) yang mempengaruhi Mahatma Gandhi dengan ajaran "Ahimsa" dalam perjuangannya. Prinsip Gandhi adalah "Satyagraha" (tenaga kebenaran) yaitu usaha memenangkan hati lawannya dengan teladan penderitaan yang diderita dengan sukarela. Negara dibayangkan Gandhi ialah Penjara-penjara diubah menjadi sekolah, dakwa mendakwa diganti dengan perundingan damai.

Pandangan Pasifisme tidaklah Alkitabiah! Makna sesungguhnya dari panggilan untuk tidak melawan yang dimaksud Alkitab bukan tawaran untuk berkompromi dengan dosa atau iblis. Kata To Ponero (yang jahat) dalam bahasa Yunani yang digunakan dalam Matius ini adalah maskulin, dan bukan netral. Artinya orang kristen bukan dilarang untuk melawan kejahatan pada umumnya, tetapi dilarang untuk melawan orang yang jahat/berbuat jahat.

Jadi kejahatan harus kita benci, tumpas dan hancurkan tetapi orang yang melakukannya tetap kita harus kasihi. Jadi prinsip utamanya adalah kasih sebagai ganti membenci, orang yang mengasihi akan membalas kejahatan dengan kebaikan. (AW)

Selengkapnya...

Allah Yang Mahabahagia

1 Timotius 1:11

Kita sangat mengetahui bahwa Allah kita Mahatahu, Mahakuasa dan Mahahadir, demikian juga dengan Maha-maha yang lainnya. Tetapi ungkapan bahwa Allah mahabagia, jarang diketahui apalagi disebut dalam ibadah orang percaya, padahal kebahagiaan adalah berasal dari Dia dan tidak mungkin Dia tidak bahagia.

Jika kita melihat kisah penciptaan yaitu ketika Tuhan Allah menciptakan langit dan bumi, kita dapat merasakan bahwa Dia melakukannya dengan perasaan bahagia yang tiada tara. Dia menempatkan semuanya untuk kebahagiaan-Nya, termasuk ketika Dia menciptakan manusia. Di balik itu Dia juga menghendaki agar manusia menikmati kebahagiaan dalam kehidupan sehingga Dia menempatkan manusia di Eden yang berkelimpahan dengan segala hal yang membahagiakan.

Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, hal tersebut menghilangkan kebahagiaan manusia, tetapi Allah masih menganugerahkan keselamatan kepada manusia dengan kabar yang membahagiakan yaitu bahwa manusia yang berdosa masih dapat kembali kepada-Nya. Demikian juga Dia membuat malaikat di sorga bersorak gembira ketika orang yang terhilang kembali kepada-Nya. Termasuk ketika Dia membuat kita bahagia saat menerima sesuatu dari-Nya, apalagi ketika kita menerima keselamatan.

Pernahkah kita pikirkan bahwa jika Allah sebagai Pencipta tidak bahagia, dapatkah kita sebagai ciptaan merasakan kebahagiaan? Dapatkah kita membahagiakan orang lain yang kita kasihi? Saat ini apakah kita bahagia karena memiliki Allah yang Mahabahagia? (SP)

Selengkapnya...

Berdiri Teguh

Filipi 4:1

Bagian awal dari Filipi 4:1 yang menjadi nats kita kali ini adalah sapaan dan mahkotanya. Kemudian dalam bagian selanjutnya Paulus meminta agar jemaat Filipi berdiri teguh. Kita bisa membayangkan tiang yang tertancap ke tanah, kita juga bisa membayangkan batu karang yang kokoh, atau bisa juga kita bayangkan sebuah pohon berdiri teguh. Namun bisakah kita membayangkan "kita" yang berdiri teguh?

Firman Tuhan mengajar dan mendorong kita untuk berdiri teguh dan jangan goyah sekalipun dalam situasi dan kondisi yang membuat kita goyang bahkan seandainya kejatuhan dan kegoyahan itu wajar buat kita. Untuk ini, tentu saja kita tidak mampu melakukannya. Apalagi jika dalam pelayanan, kita berhadapan dengan bukan hanya situasi dan kondisi yang mengoyahkan kita tetapi justru berhadapan dengan sesama anak Tuhan yang membuat kita goyang. Namun, apakah itu mustahil terjadi?

Untuk berdiri teguh, kita memang tidak bisa melakukannya sendirian tetapi kita pasti bisa jika kita bersandar pada Allah. Bukan kita yang berdiri teguh tetapi kita bergantung dan berpegang pada sesuatu yang tidak tergoyahkan. Dan berita hebatnya adalah bahwa kita tidak hanya berpegang pada-Nya, namun Ia juga memegang kita jika kita berserah pada-Nya.

Hanya saja ada masalah yang paling berbahaya dalam kehidupan kita saat ini yaitu apakah mungkin kita sedang menjadi penyebab orang lain goyah. Apakah demikian? (CW)

Selengkapnya...

Senin, 01 Juni 2009

Tuhan Menempatkan Gunung-gunung

Amos 4:13

Jika hari libur tiba, orang-orang yang setiap hari sibuk di kota-kota besar sering menggunakan waktu mereka untuk berada di luar kota dan menikmati indahnya alam pegunungan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa jika kita berada di atas sebuah gunung dan menikmati keindahannya, kita akan merasakan betapa luarbiasanya alam ini dan betapa agungnya sang Pencipta alam raya.

Kita menikmati ciptaaan Tuhan dan kita tidak tahu bagaimana Dia melakukannya atau darimana Dia mendapatkan ilham untuk menatanya sehingga menjadi demikian indah. Tetapi dari apa yang telah diciptakan-Nya kita dapat mengetahui bahwa Dia memiliki hikmat yang sangat luar biasa termasuk ketika pertama kali Dia memisahkan daratan dan lautan (Kej 1:9-10).

Seandainya Dia hanya memisahkannya tanpa menciptakan perbukitan dan gunung-gunung maka kita akan dengan mudah dapat membayangkan bahwa ketinggian daratan akan sama dengan ketinggian air bahkan dapat dipastikan bahwa air sewaktu-waktu akan menggenangi daratan. Dan yang namanya daratan tidak akan tetap ada. Betapa hebatnya Dia menempatkan gunung-gunung untuk mempertegas adanya daratan.

Dari keindahan pegunungan, Pemazmur mengetahui bahwa pertolongan yang dia butuhkan datang dari Tuhan yang telah menciptakan semuanya (Maz 121:1-2). Gunung-gunung yang diciptakan Tuhan menjadi pengingat bahwa Tuhan selalu ada dan memisahkan daratan dari lautan, demikian juga akan selalu memisahkan kita dari masalah ketika kita merasa tidak ada yang akan menolong kita. (SP)

Selengkapnya...

Dedikasi

1 Korintus 15:58


Kuantitas dan kualitas waktu yang kita berikan kepada suatu perkara akan menunjukkan seberapa besar perhatian, prioritas dan dedikasi kita kepadanya. Orang yang setiap hari berolahraga, pastilah orang yang memprioritaskan kesehatan tubuhnya. Orang yang suka berdoa dan membaca Alkitab pastilah orang yang memprioritaskan hubungannya dengan Tuhan. Suami yang selalu menyediakan waktu makan atau berkumpul bersama-sama dengan istri dan anak-anaknya, pastilah suami yang berdedikasi tinggi terhadap keluarganya.

Nelson Mandela adalah pemimpi pembebasan kaum kulit hitam dari politik Apartheid yang diberlakukan orang kulit putih Afrika Selatan. Dia telah mendedikasikan waktu, tenaga pikiran bahkan kebebasannya sendiri, demi persamaan hak orang kulit hitam. Ia dikenal bukan karena ia ganteng atau berkharisma, tetapi karena kurang lebih 20 tahun menghabiskan waktunya di penjara. Semua dilakukannya dengan dedikasinya yang penuh pada keadilan.

Dedikasi yang penuh berbicara tentang mengalokasikan semua sumber daya yang kita miliki kepada satu prinsip yang kita pegang dan kita yakini. Sehingga terkadang menuntut kita berkorban. Karena orang yang berdedikasi penuh tidak pernah hitung-hitungan. Sekarang pertanyaan bagi kita apakah kita adalah orang yang berdedikasi dalam melakukan pekerjaan Tuhan? Apakah kita adalah orang yang berdedikasi penuh dalam melakukan persekutuan atau ibadah dengan Tuhan? Kita tahu bahwa jerih payah yang kita lakukan untuk pekerjaan Tuhan, tidak akan sia-sia. (AW)

Selengkapnya...

Sabtu, 30 Mei 2009

Allah Berkuasa Atas Alam Semesta

Mazmur 24:10

Tuhan semesta alam bukan hanya Tuhan yang menempatkan bintang-bintang di angkasa raya atau mengatur bumi mengitari matahari, tetapi Dia juga berkuasa membuat ulat menjadi kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu yang indah. Dia juga yang mengubah biji-bijian padi di sawah bertumbuh dan menjadi hamparan kehijauan sebelum menguning dan dipanen. Bahkan Dia pun menempatkan cacing kecil hidup di dalam tanah yang subur dan menggemburkannya sehingga makhluk lain dapat menjalankan kehidupannya.

Di hadapan-Nya tidak ada perbedaan antara bintang di angkasa raya dan ulat kecil serta cacing tanah yang merayap lambat. Tidak ada bedanya antara terangnya cahaya matahari dengan kerlip kecil kunang-kunang di malam hari. Semua itu berada dalam kuasa-Nya dan diaturnya sesuai dengan kehendak-Nya. Dia peduli pada semua hal yang diciptakan-Nya dan tidak ada satupun yang terluput dari perhatian-Nya.

Memiliki Allah yang berkuasa atas alam semesta adalah memiliki jaminan atas segala hal. Tidak seharusnya kita sebagai orang percaya merasa terabaikan dalam dunia ini. Tidak seharusnya kita merasa Tuhan tidak peduli atau mengabaikan kita. Dia mengurus semua hal yang besar dan tidak meninggalkan hal-hal kecil yang seringkali kita tinggalkan. Dia memang Allah kita yang luar biasa.

Dia telah memelihara kita sejak kita masih bakal bayi dalam kandungan ibu kita dan menjadikan kita seperti sekarang ini, itu semua adalah bukti bahwa Tuhan kita adalah Allah yang Mahakuasa. (SP)

Selengkapnya...

Kamis, 21 Mei 2009

Sukacita dan Mahkota

Filipi 4:1

Jemaat Filipi adalah jemaat yang sangat luar biasa. Paling tidak dalam benak Paulus mereka adalah orang-orang yang sangat hebat. Paulus menyapa mereka sebagai orang-orang yang ia kasihi dan rindukan. Artinya jemaat ini mendapat tempat yang istimewa dalam hati Paulus.

Hal yang lain lagi adalah Paulus menyapa mereka sebagai "Sukacita dan Mahkota"-
nya. Wow, hebat sekali bukan? Pujian ini datang bukan dari orang yang biasa-biasa saja, tetapi datang dari seorang yang dianggap luar biasa dedikasinya dalam pelayanan pada waktu itu. Bayangkan saja, "sukacita dan mahkota" kata yang nyaris tak pernah digunakan manusia untuk memuji orang atau kelompok lain.

Namun pujian dari Paulus bagi jemaat Filipi, mereka dapatkan itu bukan tanpa perjuangan. Ada harga yang harus mereka bayar. Mereka harus berjuang, mereka menunjukkan hidup yang penuh kasih, mereka taat dan banyak hal-hal lain yang mereka lakukan sehingga akhirnya mereka dipuji oleh Paulus.

Kita juga memiliki kesempatan yang sama seperti mereka. Kita bisa menjadi mahkota dan sukacita bagi orang lain, bukan untuk kemuliaan dan kebanggaan kita tentu saja tapi untuk kemuliaan Kristus. Kita dapat menjadi seperti jemaat Filipi karena kita sama-sama milik Allah, tetapi yang harus diingat adalah bahwa untuk itu ada harga yang harus kita bayar. Siaplah kita membayar harga untuk menjadi sukacita dan mahkota? Dan sudah cukup pantaskah sikap kita? (CW)

Selengkapnya...

Minggu, 17 Mei 2009

Allah Semesta Alam

Mazmur 8:4

Biasanya kita akan terkagum-kagum melihat pesta kembang api pada malam hari. Warna-warni yang indah bertebaran di angkasa malam membentuk pemandangan yang menakjubkan. Tetapi keindahan tersebut tidak pernah lama berlangsung karena kembang api itu berjatuhan dan akhirnya lenyap. Tetapi jika mata kita masih tetap menatap angkasa malam maka terlihat kerlap-kerlip bintang di kejauhan yang tidak berjatuhan padahal dia tidak bergantung pada sesuatu.

Pernahkah kita berpikir bagaimana Tuhan meletakkan bintang-bintang itu di atas sana? Bagaimana Dia melakukannya? Demikian juga pertanyaan yang sama akan kita ajukan terhadap kehadiran matahari dan perputaran bumi, angin yang berhembus, hutan yang lebat, hujan yang membasahi bumi, gurun yang tandus dan sebagainya. Bagaimana semua itu bisa teratur?

Banyak kali kita hanya melihat Tuhan sebagai Tuhan yang melakukan hal-hal yang berhubungan dengan persoalan kita. Kita jarang memikirkan bahwa Tuhan kita adalah Tuhan atas semesta alam. Dia mengatur semuanya dan membuatnya begitu indah. Dia tidak tergantung pada ciptaan. Artinya Dia tetap melakukan kehendak-Nya tanpa terganggu oleh situasi alam semesta.

Dia mengatur dan mengubah musim dan membuat ikan tetap berenang sekalipun gelombang lautan mengganas. Demikian juga dengan manusia yang diberi-Nya kemampuan beradaptasi dengan alam dimanapun dia berada. Dia memang Tuhan semesta alam yang harus dipuji. (SP)

Selengkapnya...

Persembahan Yang Hidup

Roma 12:1

Seorang kaya bertanya kepada pendetanya : "Kenapa setiap orang selalu mengkritik saya sebagai orang yang pelit? Padahal mereka tahu bahwa saya telah berjanji, ketika saya mati nanti, semua kekayaan saya akan saya sumbangkan ke yayasan sosial." Pendetanya menjawab : "Saya mempunyai cerita tentang seekor babi dan seekor sapi perahan.

Suatu hari babi datang menyampaikan keluhan hatinya pada sapi perahan. Babi berkata : "Orang-orang selalu membicarakan tentang kebaikan dan kelemahlembutan dirimu. Padahal, kamu hanya memberikan susumu, sedangkan saya sudah memberikan jauh lebih banyak dari diri saya kepada mereka. Saya memberikan seluruh daging saya untuk mereka makan, tetapi tetap saja tidak seorangpun yang menyukai saya. Sebanyak apapun yang saya berikan, saya saya tetap seekor babi yang dianggap jelek dan kotor". Setelah berpikir sejenak, sapi perahan menjawab : "Mungkin itu karena saya memberikan milik saya ketika saya masih hidup!".

Kapankah kita mulai belajar memberikan apa yang kita miliki kepada orang lain? Apakah kita seperti seekor babi, yang harus mati dulu baru bisa berguna bagi orang lain, ataukah kita akan menjadi sama seperti seekor sapi yang bisa menjadi berkat selagi hidup? Si orang kaya dalam renungan ini tidak mengerti bahwa pemberian selagi masih hidup adalah sangat berarti.

Yesus Kristus sudah memberikan seluruh hidup-Nya sampai Ia mati di salib, darah-Nya tercurah di golgota. Sekarang apa yang sudah kita berikan kepada-Nya? (AW)

Selengkapnya...

Allah Yang Mahatinggi

Mazmur 57:3

Ungkapan Allah Mahatinggi adalah pengakuan bahwa tidak ada yang setara dengan-Nya. Itu juga adalah penghormatan kepada Allah yang berarti menempatkan Dia sebagai satu-satunya yang patut dihormati. Tidak ada lagi yang dapat ditempatkan sebagai yang tertinggi dalam kehormatan maupun kuasa selain Dia.

Ketika kita mencoba membayangkan apa yang kita maksudkan dengan ungkapan Allah Mahatinggi itu sangat berbeda dengan membayangkan seorang raja yang duduk di atas tahta dan memerintah dengan semaunya. Juga bukan seseorang yang memiliki kekuatan yang kita harapkan dapat menolong kita setiap saat. Hal-hal yang kita bayangkan tersebut masih terlalu kecil untuk menggambarkan Allah.

Sebagai raja atau apalah namanya, di samping orang-orang tersebut pasti masih ada raja atau orang kuat lain yang mungkin setara atau mungkin lebih dari mereka. Orang-orang tersebut masih duduk atau bertahta di suatu tempat dan berlindung di bawah suatu atap. Artinya mereka masih berada di bawah sesuatu. Sementara yang dimaksudkan dengan Allah Mahatinggi adalah Dia tidak berada di atas sesuatu apalagi berada di bawah sesuatu.

Dia adalah satu-satunya sehingga apapun yang dilakukan-Nya pasti tidak dapat dilakukan pihak lain. Allah Mahatinggi adalah tempat kita minta tolong dan yang menyelesaikan semuanya bagi kita. Adalah suatu kenaifan jika kita mengatakan kita memiliki Allah Mahatinggi tetapi kita tidak menghormati-Nya sebagai yang tertinggi dari apapun yang kita kenal atau yang kita miliki. (SP)

Selengkapnya...

Warga Negara Sorga

Filipi 3:20

Pernahkah saudara melihat di televisi berita-berita tentang para TKW dan TKI yang berjuang di Negara orang? Perhatikanlah apa yang mereka alami. Ada yang mengalami penganiayaan yang sangat berat bahkan ada juga beberapa orang yang dipulangkan karena dianggap melanggar hukum. Mereka diperlakukan demikian karena mereka bukan warga negara di tempat di mana mereka berada dan bekerja.

Kita orang percaya yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah warga negara sorga. Kita hanya menumpang di bumi dan suatu ketika akan pergi ke sorga saat Kristus datang menjemput kita. Sampai di pemahaman ini, kehidupan kita terlihat begitu ideal. Namun bagaimana dengan realitanya selama kita ada di bumi?

Seharusnya, karena kita adalah warga negara sorga maka hal yang harus kita ingat adalah kita tengah membawa 'reputasi sorga' ketika kita hidup di dunia ini. Kita bukan hanya seperti TKW dan TKI. Kita lebih dari itu. Jadi seharusnya kita bertindak, berpikir dan berlaku seperti layaknya warga sorga. Jangan malah menjadi seperti orang dunia. Kita harus menunjukkan sikap kita sebagai orang sorga. Jangan kompromi dengan dunia. Karena sadar atau tidak, kadang kita terbawa arus. Kadang kita lupa, siapa diri kita yang sebenarnya.

Saat ini, mari mulai menjalani hidup sebagai orang sorga yang tinggal di bumi, agar ketika dunia melihat kita mereka benar-benar melihat Kristus lewat apa yang kita katakan dan lakukan. (CW)

Selengkapnya...

Allah Yang Adil

Yesaya 30:18

Tahun-tahun bahkan hari-hari terakhir ini kita selalu menyaksikan orang-orang berdemonstrasi menentang suatu keputusan para hakim di pengadilan yang dianggap tidak adil. Pengadilan yang seharusnya memberikan keadilan, bagi sebagian orang terasa tidak pernah terjadi (Pkh 3:16). Hal ini tidak perlu membingungkan kita, karena manusia yang berdosa tidak mungkin dapat berlaku adil bagi semua orang. Keadilan manusia sangat subjektif.

Satu-satunya yang adil hanyalah Allah. Dia mengetahui segala sesuatu dengan sangat jelas sehingga Dia tidak perlu duduk merenung dan berpikir apa yang harus Dia putuskan agar semuanya berjalan seimbang. Dia tidak dapat dikelabui oleh berbagai akting atau apapun yang menuntut keadilan-Nya. Dia Mahatinggi dan itu berarti untuk menentukan tindakan-Nya Dia tidak pernah meminta masehat kepada seseorang atau kepada sesuatu di luar diri-Nya. Dia adalah penentu segala sesuatu.

Allah yang adil adalah Allah adalah adil, artinya Allah tidak berlaku adil atau melakukan keadilan karena sesuatu di luar diri-Nya. Dia tidak harus menyesuaikan diri dengan sesuatu atau peraturan di luar diri-Nya. Maka ketika kita menerima semua keputusan atau tindakan Allah mungkin pada awalnya kita memiliki alasan untuk meragukan bahkan mungkin membantahnya tetapi setelah itu kita akan sadar bahwa tindakan Allah selalu adil sebesar kuasa dan kasih-Nya kepada kita.

Allah adil karena selain sebagai Hakim, Dia adalah Pembela dan Penuntut. Maka pernahkah kita merasakan keadilan Allah dalam hidup kita? (SP)

Selengkapnya...

Pemberian Kita Dihargai Oleh Tuhan

Ketika sedang mengadakan perjalanan keliling Amerika dengan kereta api, pada suatu hari Presiden Wilson berhenti di Billings, Montana, untuk memberikan pidato singkat di peron kereta. Di sampingnya berdiri Nyonya Wilson dan beberapa orang penting di negara itu.

Entah bagaimana dua anak kecil berhasil lolos dari barisan penjagaan polisi dan berlari ke arah Presiden, dan salah seorang dari mereka memberikan bendera Amerika yang telah dilambai-lambaikan. Nyonya Wilson turun dari peron dan menerima bendera itu dari tangan anak tersebut, sambil mengucapkan terima kasih kepadanya atas hadiah itu.

Anak yang satunya lagi berdiri dengan wajah sedikit sedih. Dia tidak membawa apa-apa untuk diberikan. Kemudian tiba-tiba dia merogoh sesuatu dari sakunya. Akhirnya dia menemukan sesuatu dan menggenggamnya. Itu adalah uang logam receh. Sambil memandang ke atas, dia memberikan uangnya itu kepada presiden AS itu. Presiden Wilson menunduk ke bawah dan menerima uang receh itu. Kemudian dia mengucapkan terima kasih.

Tapi cerita itu tidak berhenti di situ. Lima tahun kemudian, Presiden Wilson meninggal. Dalam keadaan sedang berduka cita, Nyonya Wilson membuka dompet suaminya. Di dalamnya, di tempat terpisah dan dibungkus dengan rapi dengan secarik kertas, tersimpan uang receh dari anak laki-laki dahulu. Selama lima tahun uang receh itu telah menyertai dan ada bersama presiden setiap hari, ke mana pun dia pergi. Dia menghargai uang itu sehingga menyimpannya sepanjang sisa hidupnya.

Cerita tadi menyatakan sikap Tuhan. Betapa kayanya Dia! Tapi bila anak-anak-Nya memberi-Nya hadiah, Dia menerimanya dan menghargainya, mengingat dan memberkatinya.

-John B. Wilder-

Selengkapnya...

Minggu, 10 Mei 2009

KETIKA SEORANG BERPENYAKIT KUSTA BERTEMU TUHAN YESUS (Lukas 5:12-16)

24 Agustus 2008 …

Dia adalah penderita kusta, penyakit yang sangat menakutkan, menjijikkan dan dianggap dosa oleh orang-orang di sekitarnya. Bahkan menurut peraturan agama, apabila di tubuh manusia ada penyakit kusta maka imam harus menyatakan bahwa hal tersebut najis. Itu berarti pengidapnya harus dikucilkan sampai dinyatakan sembuh oleh para imam berdasarkan beberapa peraturan yang ketat (Imamat 13-14). Selama dia belum dinyatakan sembuh, dia harus menjauhkan diri dari orang-orang di sekitarmu.

Dalam penderitaannya dia melihat seluruh tubuhnya telah dipenuhi oleh penyakit ini. Semua hal yang dialaminya membuat hatinya tertekan. Hidup tidak lagi berharga, tetapi dia masih hidup. Dia masih memiliki nafas yang sama dengan orang lain. Rasanya harapan menikmati kehidupan hanya sampai hari ini saja, karena untuk tiba di esok hari rasanya masih terlalu, bahkan sangat jauh.

Bila hari menjelang Sabat, dia tepekur sendiri mengingat keluarga atau orang-orang yang sehat bersiap diri menikmati hari peristirahatan setelah sepanjang minggu bekerja. Dia membayangkan indahnya berada di bait Allah dan menyembah Allah yang suci. Tetapi setiap kali mengingat hal tersebut dia makin merasa betapa najisnya dia. Betapa berdosanya dia. Betapa tidak layaknya dia di hadapan Tuhan yang suci.

Pada suatu hari dia melihat orang-orang berbondong-bondong menuju ke rumah ibadat. Dari percakapan mereka dia mendengar bahwa ada seorang Guru yang begitu istimewa yang tidak hanya mengajar tetapi juga membuat mujizat dengan menyembuhkan orang-orang sakit yang datang pada-Nya. Mendengar semua itu, hatinya berbunga. Penyakit tidak lagi menjadi sesuatu yang menyakitkan baginya. Ternyata masih ada harapan memiliki kesempatan untuk hidup seperti orang lain dan menikmati masa hidup bersamaan dengan hadirnya sang Mesias.

Beberapa saat setelah itu dia juga mendengar bahwa Yesus sedang berada di bukit dan akan memasuki kota di dekatnya. Dia berpikir inilah saatnya bertemu Mesias. Dia tidak lagi peduli apabila orang-orang akan mengusirnya atau bahkan akan melontarinya dengan batu. Dia ingin menyembah Mesias sebagai tanda bahwa dia tidak melupakan Tuhan dalam kenajisannya.

Dia ingin pada saat Yesus turun dari bukit, dia dapat melihat-Nya dan menyapa-Nya untuk menyampaikan hormat dan permohonan. Dan ketika rombongan besar orang mulai terdengar menuruni bukit dia tidak sabar lagi untuk segera sampai di kota tetapi dia sadar bahwa dia tidak seharusnya berada di dalam kota dan di tengah kerumunan orang banyak. Maka diarahkannya kakinya ke pinggiran kota dekat gerbang jalan yang akan dilalui Yesus untuk menunggu Yesus di sana.

Dia tidak takut dan tidak peduli lagi menghadapi orang-orang yang membencinya. Dia hanya peduli pada Mesias dan dirinya. Dia sangat yakin Mesias akan menerimanya dan mampu menyembuhkan penyakit yang dideritanya.

Saat orang ramai tiba, dia melihat Yesus. Diterobosnya kerumunan orang-orang dan di depan Yesus dia tersungkur sujud bukan hanya sebagai tanda hormat tetapi adalah tanda dia menyembah Mesiasnya.

“Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku”, suaranya bergetar penuh hormat dan harapan. Tiba-tiba Yesus menjamahnya dan berkata, “Aku Mau. Jadilah engkau tahir”.

Dia kaget. Bagaimana mungkin seorang yang suci seperti Yesus mau menyentuh dirinya yang najis? Bagaimana mungkin Yesus tidak tahu bahwa orang seperti dia tidak layak disentuh bahkan oleh orang yang berdosa sekalipun? Selagi dia berpikir, tiba-tiba dia melihat tubuhnya telah tahir. Penyakitnya lenyap.

Kemudian dia mendengar perintah Yesus kepadanya, “Jangan beritahukan kepada siapapun tentang hal ini. Pergilah, perlihatkan dirimu kepada imam dan persembahkanlah korban pentahiranmu, persembahan seperti yang diperintahkan Musa sebagai bukti bagi mereka”.

Dia tahu bahwa Yesus menghendaki dia menjadi orang yang mentaati perintah Tuhan dan tidak menghendaki orang lain yang akan menyampaikan kesembuhannya kepada para imam. Dia sendiri yang harus menjadi saksi kuasa Yesus yang telah terjadi atas dirinya. Tetapi dalam sukacitanya dia tidak dapat menahan diri untuk tidak menceritakan kepada orang lain seperti yang Yesus perintahkan. Dia menceritakan apa yang dialaminya kepada semua orang yang dijumpainya dan tanpa sadar dia akhirnya membuat Yesus sibuk mengurus orang-orang sakit yang datang pada-Nya.

Selengkapnya...

Pelajaran dari Guru Tanpa Kelas

Cita-citanya menjadi seorang guru, tetapi nasib membawanya menjadi seorang yang duduk lumpuh di pinggir jalan menanti uluran kasih orang-orang yang lalu-lalang di sekitarnya. Tangannya tak pernah berhenti menadahkan harapan untuk sesuap nasi di hari-harinya.

Ada beberapa orang yang menunduk menyodorkan recehan untuknya dan diterimanya dengan hormat dan riang hati. Ada juga yang melemparkan recehan logam dan menggelinding di antara langkah kaki orang-orang di belakang si pelempar. Dia merangkak menggapai uang tersebut sambil berterima kasih kepada si hati mulia yang telah dengan rela melemparkannya.

Debu yang berterbangan di antara asap knalpot mobil yang lalu-lalang tidak pernah membuatnya takut bahwa paru-parunya akan bermasalah. Dia tidak lagi memikirkan paru-parunya akan sakit, karena saat ini dia sedang sakit. Yang penting baginya adalah bisa makan untuk hari ini.

Tiba-tiba di sampingnya berjongkok seorang anak muda berpakaian rapi menyapanya,
“Pak, saya haus dan ingin beli minuman dingin tapi uang saya tidak cukup. Boleh nggak saya minta uang Bapak untuk menambah uang saya membeli minuman?”
Dia tatapi si pemuda dengan senyum kecil tanpa suara. Tangan tuanya yang keriput dan kotor merogoh sajunya dan memberikan beberapa keping recehan. Si pemuda menerimanya dan langsung pergi tanpa ucapan terima kasih. Ditatapnya punggung si pemuda sambil tersenyum.

Beberapa saat kemudian si pemuda kembali dan berjongkok di sampingnya, sambil memegang tangannya dan mengusapnya dengan air muka yang bangga.
“Kenapa Bapak memberikan uang Bapak kepada saya?”
“Saya kasihan melihat kamu kehausan. Saya sudah biasa lapar dan haus, makanya saya tahu apa yang kamu rasakan”, jawabnya dengan gagap.

Si pemuda memeluknya dan menyodorkan uang 1 juta rupiah dan menuntunnya berdiri. “Saya tidak haus, Pak. Saya hanya ingin mengetahui apakah orang-orang seperti Bapak peduli kepada orang lain. Saat ini Bapak sedang mengudara di TV Nasional untuk suatu acara. Bapak adalah guru di kelas dunia ini. Terima kasih Pak!”

Dan keduanya tersenyum damai.

Selengkapnya...

“BAGAIMANA KALAU ALLAH PUNYA ANSWERING MACHINE?”

Bayangkan bila pada saat kita berdoa dan mendengar ini:

“Terima kasih, Anda telah menghubungi Rumah Bapa.
Pilihlah salah satu :
• Tekan 1 untuk ‘meminta’
• Tekan 2 untuk ‘mengucap syukur’
• Tekan 3 untuk ‘mengeluh’
• Tekan 4 untuk ‘permintaan lainnya’.”

Atau, bagaimana jika Allah memohon maaf seperti ini :
“Saat ini semua malaikat sedang membantu pelanggan lain. Tetaplah menunggu. Panggilan Anda akan dijawab berdasarkan urutannya.”

Bisakah anda bayangkan bila pada saat berdoa, anda mendapat respons seperti ini :
“Jika Anda mau bicara dengan Malaikat Gabriel, tekan 1.
Dengan Malaikat Mikhail, tekan 2.
Dengan malaikat lainnya, tekan 3.
Jika Anda ingin mendengar nyanyian Raja Daud saat Anda menunggu, tekan 4.”


“Untuk mengetahui apakah orang yang Anda kasihi akan dipanggil ke Rumah Bapa, masukkan nomor KTPnya.
Untuk pesan tempat di Rumah Bapa, tekanlah Y, O, H, A, N, E, S dan tekan 3, 1, 6.”

“Untuk jawaban pertanyaan tentang dinosaurus, umur bumi, dan di mana bahtera Nuh berada, silahkan tunggu sampai Anda tiba di sini.”

Atau bisa juga anda mendengar ini :
“Komputer kami menunjukkan bahwa Anda telah satu kali menelpon hari ini.
Silahkan mencoba kembali esok hari.”
“Kantor ini ditutup pada akhir minggu. Silahkan menelpon kembali hari Senin setelah pukul 9 pagi.”

Namun PUJI TUHAN, Allah kita mengasihi kita, anda dapat menelpon-Nya setiap saat!!!

Anda hanya perlu untuk memanggilnya sekali dan Tuhan mendengar anda. Karena Yesus, anda tidak akan pernah mendapat nada sibuk. Tuhan menerima setiap panggilan dan mengetahui siapa pemanggilnya secara pribadi.

Ketika anda memanggil dan Tuhan akan menjawab; anda akan menangis minta tolong dan DIA akan berkata : “Ini AKU” (Yesaya 58:9)

Ketika anda memanggil, gunakan Nomor Telepon Darurat di bawah ini :
• Saat berduka cita, putar Yohanes 14.
• Ketika dikecewakan sesama, putar Mazmur 27.
• Jika anda ingin berbuah, putar Yohanes 15.
• Ketika anda berdosa, putar Mazmur 51.
• Ketika anda khawatir, putar Matius 6:25-34.
• Ketika anda dalam bahaya, putar Mazmur 91.
• Ketika Tuhan terasa jauh, putar Mazmur 139.
• Ketika Iman anda perlu dikuatkan, putar Ibrani 11.
• Ketika anda merasa sendiri dan takut, putar Mazmur 23.
• Ketika hidup anda sedang dalam kepahitan, putar 1 Korintus 13.
• Untuk rahasia kebahagiaan Paulus, putar Kolose 3:12-17.• Untuk arti kekristenan, putar 2 Korintus 5:15-19
• Ketika anda merasa kecewa dan ditinggalkan, putar Roma 8:31-39.
• Ketika anda menginginkan kedamaian dan ketenangan, putar Matius 11:25-30.
• Ketika dunia terlihat lebih besar dari Tuhan, putar Mazmur 90.
• Ketika anda ingin jaminan kekristenan, putar Roma 8:1-30.
• Ketika anda meninggalkan rumah untuk bekerja atau bepergian, putar Mazmur 121.
• Untuk penemuan/kesempatan besar, putar Yesaya 55.
• Ketika anda membutuhkan keberanian untuk suatu tugas, putar Yosua 1.
• Supaya dapat bergaul dengan baik terhadap sesama, putar Roma 12.
• Ketika anda memikirkan kekayaan, putar Markus 10.
• Saat anda mengalami depresi, putar Mazmur 27.
• Jika anda kesulitan keuangan, putar Mazmur 37.
• Jika anda kehilangan kepercayaan terhadap orang, putar 1 Korintus 13
• Jika orang di sekitar kita tampak berlaku tidak baik, putar Yohanes 15.
• Ketika anda putus asa dengan pekerjaan, putar Mazmur 126.
• Jika anda menemukan bahwa dunia mengecil dan anda merasa besar, putar Mazmur 19.

Nomor-nomor tersebut dapat langsung dihubungi. Operator tidak diperlukan. Seluruh saluran ke sorga terbuka 24 jam sehari !!!. Bagikan daftar telepon ini kepada orang-orang di sekeliling kita. Mana tahu mungkin mereka sedang membutuhkannya. Jika perlu ajaklah berdoa bersama.

Selamat merenungkan.

Selengkapnya...

ORANG PERCAYA YANG MENGGUNAKAN WAKTU

03 Agustus 2008 ...

Harus dipahami dan diakui bahwa ada perbedaan yang jelas dan sangat jauh antara waktu Tuhan dan waktu manusia. Waktu Tuhan tidak terbatas sementara waktu manusia sangat terbatas. Manusia sebagai ciptaan tidak dapat menciptakan waktu atau mengubah waktu dengan menambahkan atau menguranginya. Bagi manusia waktu adalah anugerah Tuhan yang harus dipahami bahwa waktu tersebut ada saat akhirnya.

Tuhan menciptakan waktu bagi manusia dan Dia berada di luar waktu manusia tetapi Dia dapat menggunakan waktu manusia dengan tepat. Hal penggunaan waktu pertama dapat dilihat pada saat Dia menciptakan alam semesta. Pada saat itu Dia melakukannya dengan perhitungan dan urutan yang tepat, sekalipun dapat saja dilakukan-Nya dalam sekejap dan sekaligus. Dia tidak pernah menggunakan waktu-Nya tanpa perhitungan sehingga tidak ada satupun yang tercecer atau terabaikan.

Begitu juga ketika Dia mengutus Tuhan Yesus Kristus Anak-Nya memasuki waktu manusia. Tuhan Yesus lahir sebagaimana normalnya manusia biasa. Dia bertumbuh dalam rahim Maria dan bertumbuh setelah kelahiran-Nya dalam waktu yang juga dihidupi manusia. Demikian juga ketika Dia mengikuti segala aturan agama. Dia berbicara sebagai seorang remaja yang telah diperbolehkan menyampaikan pendapat pada saat Dia berusia dua belas tahun dan mulai mengadakan pelayanan-Nya pada saat Dia berusia tiga puluh tahun.

Tuhan Yesus menggunakan waktu yang diberikan kepada-Nya dengan efektif dan efisien. Dia melaksanakan tugas yang diberikan pada-Nya pada waktu yang tepat. Dan dalam pelaksanaan tugas-Nya tersebut, tidak berarti Dia tidak menikmatinya. Dia tidak menjadi seorang yang begitu serius sehingga Dia tidak dapat menikmati kehidupan-Nya.

Dia menggunakan waktu-Nya dalam mengajar murid-murid-Nya pada saat Dia menikmati keindahan alam. Dia menggunakan keindahan bunga bakung dan burung pipit yang beterbangan di sekeliling-Nya sebagai bagian dari pengajaran-Nya. Dia berbicara dan bercengkerama dengan anak-anak dan membuat mereka contoh bagaimana menjalani kehidupan sebagai orang yang ingin memiliki kenikmatan dalam waktu yang tidak terbatas. Dia mengunjungi orang sakit dan turut serta dalam kesedihan orang yang ditinggal mati orang yang dikasihi mereka. Dan begitu banyak kegiatan lainnya yang dilakukan-Nya dalam mengisi dan menggunakan waktu sebagai Allah yang menjadi manusia.

Orang percaya dan orang tidak percaya hidup bersama dalam waktu yang dianugerahkan Tuhan. Tetapi penggunaan waktu keduanya seharusnya jauh berbeda sekalipun mungkin kegiatannya sama. Perbedaan penggunaan waktu orang percaya dengan orang tidak percaya adalah dalam hal alasan dan akibat. Waktu orang percaya selalu berhubungan dan berakibat dengan dan pada kekekalan. Apa saja yang diperbuatnya seharusnya selalu berasal dari Tuhan dan disadari bahwa semuanya berada dalam perhatian Tuhan.

Memang semua hal atau apa saja yang manusia lakukan dalam hidup selama waktu yang Tuhan anugerahkan akan berakibat pada kekekalan. Orang tidak percaya akan menikmati penderitaan dalam kekekalan karena terpisah dari Tuhan. Sebaliknya orang percaya akan menikmati hidup bahagia bersama dengan Tuhan.

Bagi orang percaya, kehidupan bersama dengan Tuhan sudah dimulai ketika dia masih berada dalam waktu yang terbatas dalam dunia. Ketika dia tidak menggunakan waktunya sesuai dengan yang dikehendaki Tuhan, maka pada saat dia memasuki waktu kekekalan dia tidak akan memiliki waktu lagi untuk mengubah apa yang telah dilakukannya dan ini akan membuatnya merasa kehilangan kesempatan karena tidak memuliakan Tuhan di waktu yang terbatas di antara orang-orang yang tidak percaya.

Tuhan menyatakan bahwa segala sesuatu ada waktunya. Artinya manusia termasuk orang percaya tidak dapat mengubah waktu. Yang dapat dilakukannya hanyalah mempergunakan dan mengisi waktu yang telah Tuhan sediakan. Kesempatan menggunakan waktu dengan mengisinya dengan hal-hal yang akan dinikmatinya dalam kekekalan telah Tuhan sediakan saat ini. Jika orang percaya tidak menggunakannya dengan tepat maka orang percaya akan dirugikan dan tidak bertanggungjawab atas anugerah Tuhan.

Tuhan dapat masuk ke dalam waktu manusia dan ada saatnya manusia akan dimasukkan dalam waktu-Nya Tuhan yaitu kekekalan. Maka orang percaya yang telah mendapat jaminan akan masuk ke dalam waktu-Nya Tuhan, saat ini seharusnya mengisi waktu yang sementara ini dengan hal-hal yang berhubungan dengan kekekalan. Sehingga pada saat tiba waktu-Nya Tuhan, orang percaya akan masuk dengan sukacita.

Selama masih di dunia ini, Paulus mengingatkan orang percaya; “Pergunakanlah waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat” (Efs 5:16).

Selengkapnya...

Memberinya Kesempatan 30 Menit

Karena sakit, saya tidak dapat mengikuti ujian salah satu mata kuliah dan akibatnya saya harus bertemu dengan dosen yang mengajarkan mata kuliah tersebut. Sayangnya dosen tersebut tidak begitu kenal dengan saya, maka saya benar-benar dibuat sport jantung. Saya tidak dilayani di kantornya tetapi disuruh menemuinya di rumahnya untuk melaksanakan ujian tersebut.

Karena saya tahu dosen saya tersebut tidak seagama dengan saya maka pada saat tiba di depan rumahnya dengan canggung saya memberi salam menurut kebiasaan mereka. Dia menyambut saya dengan ramah. Sesaat rasa canggung saya lenyap. Ternyata dia seorang yang ramah dan akrab tidak seperti yang saya temui di kampus.

Saya tidak langsung disodori tugas untuk ujian saya tetapi dia mengajak saya ngobrol dengan akrab. Mungkin karena nama saya tidak berbau kristen maka arah pembicaraannya langsung ke kelemahan dan kebobrokan orang-orang kristen yang diketahuinya. Dia bicara begitu berapi-api dan memuntahkan semua kegeramannya terhadap orang kristen.

Saya benar-benar pusing dibuatnya. Saya heran, mengapa dia sebagai seorang dosen, tidak dapat melihat setiap peristiwa dengan objektif. Selain itu saya berada dalam posisi yang sulit karena saat ini saya datang untuk ujian. Telinga saya hampir tidak mampu lagi menerima semua yang dia katakan.

Saya benar-benar bergumul selama kurang lebih tiga puluh menit membiarkan dia berbicara tentang saudara-saudara seiman saya bahkan sebenarnya tentang saya sendiri. Saya tidak dapat mengiyakan semua yang dia katakan, maka sayapun menyatakan pengakuan saya.

“Pak, saya adalah orang kristen dan saya tidak memungkiri sebagian apa yang Bapak katakan.” Mendengar pengakuan saya, dia tersentak dan gelagapan.

Spontan pembicaraan yang tadinya menjelekkan orang kristen langsung berubah. “Tapi memang orang kristen itu baik. Moral mereka sangat tinggi. Saya punya teman-teman yang baik …”

Saya diam saja karena saya berpikir ujia saya pasti batal. Tetapi ternyata tidak. Saya lulus dengan baik. Saya hanya menyesal mengapa membiarkan dia berbicara selama tiga puluh menit untuk menjelekkan orang kristen. (Mufty)

Selengkapnya...

ORANG PERCAYA YANG SABAR

27 Juli 2008 …

Sabar itu subur, demikian ungkapan umum yang ada di sekitar orang percaya. Sabar, adalah kata yang sering diungkapkan setiap kali ada orang yang tertimpa musibah atau masalah sebagai tanda memberi kekuatan dan penghiburan. Demikian juga jika melerai orang yang sedang bersitegang karena dalah pengertian atau karena sesuatu hal.

Alkitab menyatakan sabar atau kesabaran sejajar dengan kata, ‘tinggal, bertahan, menanggung, tetap dan tekun’. Dan kata-kata ini berhubungan dengan suatu masalah yang dihadapi manusia. Kata ini jarang, bahkan tidak pernah muncul pada saat manusia dalam keadaan normal apalagi dalam keadaan gembira.

Sebenarnya sabar hanya cocok dikenakan pada Tuhan karena itu adalah salah satu sifat-Nya. Alkitab menyatakan kesabaran Tuhan nyata pada saat manusia ciptaan-Nya berontak pada-Nya. Kesabaran Tuhan adalah kesabaran dalam kekekalan-Nya. Artinya Dia sabar karena Dia tidak terhingga. Dia tetap dan tidak berubah. Tidak ada yang dapat mengubah Dia, sedangkan manusia selalu berubah. Tidak heran jika untuk sabar manusia harus diperintahkan Tuhan.

Pada saat manusia (Adam dan Hawa) jatuh ke dalam dosa, Tuhan menunjukkan kesabaran-Nya. Dia tidak langsung melenyapkan manusia meskipun saat itu Dia berhak melakukannya dan bisa saja Dia menciptakan manusia baru yang lebih taat pada-Nya. Tetapi tidak dilakukan-Nya. Mengapa? Karena Dia sabar. Dia tidak dapat diubah oleh apapun, termasuk oleh pelanggaran manusia terhadap aturan-Nya. Dengan sabar Dia mencari manusia dan menantinya berbalik kembali serta memberi kesempatan manusia untuk melihat kesabaran-Nya.

Tetapi manusia memang tidak pernah sadar bahwa dia memiliki Tuhan yang sabar. Manusia tidak sabar dalam menempuh hidupnya. Manusia lebih senang dengan cara hidup yang tidak tetap. Seperti manusia (Adam dan Hawa) tidak sabar dalam menahan diri dari godaan iblis yang membuatnya berontak kepada Tuhan, manusiapun tidak sabar atau tidak tekun dalam mentaati Tuhan.

Manusia lebih memilih bertindak sendiri daripada sabar menanti apa yang telah Tuhan siapkan baginya. Manusia tidak sabar menunggu tindakan Tuhan, padahal manusia tidak mampu bertahan dalam menanggung penderitaan akibat dari melawan Tuhan. Dan jika Tuhan tidak sabar, bukankah Dia dapat saja mengabaikan manusia dan bahkan menghukumnya saat itu juga?

Tuhan menunjukkan bahwa Dia tetap sabar terhadap semua tindakan manusia sampai suatu saat nanti Dia harus menunjukkan bahwa manusia akan menerima akibat dari ketidaksabaran manusia mendengar dan menerima kebaikan Tuhan. Tuhan telah menunjukkan bahwa sekalipun dosa telah memisahkan diri-Nya dengan manusia dan mengharuskan Dia mengusir manusia dari taman Eden tetapi Dia masih memberikan kesempatan kepada manusia untuk menlanjutkan kehidupannya di bumi.

Dalam sifat-Nya ini Tuhan menyelamatkan manusia dan setiap orang yang percaya kepada-Nya diberi-Nya kemampuan untuk hidup dalam kesabaran dalam menanti penggenapan janji-Nya. Orang percaya dapat dan harus bersabar dalam menjalani kehidupan di antara orang-orang yang tidak percaya. Orang percaya harus menunjukkan sifat Tuhan dalam diri-Nya kepada dunia agar dunia tahu bahwa ada Tuhan yang peduli pada manusia yang berdosa.

Orang percaya menjadi simbol kesabaran Tuhan. Itu sebabnya orang percaya harus menyadari dan dapat menjawab pertanyaan, ‘mengapa Tuhan tidak langsung membawanya ke sorga ketika dia menerima keselamatan dari Tuhan?’ Dengan demikian orang percaya akan terus bertahan dalam berbagai godaan yang mencoba membuatnya mengeluh dan tetap tekun berdiri menanggung berbagai masalah dalam kehidupannya.

Ketika orang percaya berada dalam kesulitan dan merasa seolah Tuhan meninggalkannya, pada saat itu sebenarnya Tuhan sedang menempatkan dalam diri orang percaya bagian dari sifat Tuhan yaitu kesabaran. Sifat ini memang bukan sifat manusia secara natural, tetapi adalah sifat Tuhan yang dikenakan kepada milik kepunyaan-Nya. Dan sifat ini seharusnya muncul pada saat orang percaya memandang masalah dalam hidupnya sebagai sesuatu yang tidak dapat membuatnya gagal mencapai penggenapan keselamatan dalam sorga.

Orang percaya yang menyadari bahwa dirinya terletak sifat Tuhan yang sabar adalah orang percaya yang akan membagi pemahaman atau kesadarannya tersebut kepada saudaranya yang lain. Demikian sehingga setiap orang percaya dapat menerapkan kehidupan yang penuh kesabaran, termasuk dalam membimbing orang lain yang hidup dalam tekanan.

Orang percaya yang sabar menanggung segala sesuatu adalah orang percaya yang menyadari benar apa artinya janji Tuhan. Dia tidak pernah goyah dan tidak akan mengecewakan Tuhannya.

Selengkapnya...

Timothy

Anak ketiga, itulah posisinya dalam nomor urut keluarga. Urutan yang menurut terori beberapa orang adalah urutan yang banyak kali terabaikan karena selalu dianggap telah memahami apa yang harus menjadi aturan dalam keluarga. Teori ini memang seperti teori yang lain, tidaklah benar 100%, tetapi memiliki kebenaran yang unik.

Orangtua biasanya memberikan banyak sekali aturan dan didikan kepada anak sulung, dan ketika anak kedua lahir, semangat memberikan aturan dan pendidikan masih tetap berapi-api. Sedangkan pada saat anak keempat dan seterusnya lahir, anak yang sulung telah mampu menjelaskan peraturan-peraturan yang berlaku dalam keluarga. Anak ketiga berada di posisi pada saat orangtua mulai mengabaikan pendidikan dan aturan, sementara kakak-kakaknya belum cukup mampu mengajarkan dan menjadi contoh dalam menerapkan aturan-aturan yang ada. Di posisi ini biasa sang anak akan menjadi seorang yang rela mengalah kepada kakak-kakak yang tidak mampu dilawannya dan mengalah demi adik-adik yang sangat dikasihinya.

Teori di atas memang tidak cukup berpengaruh dalam kehidupan Timothy karena dia selalu menjadi perhatian dan curahan kasih sayang. Dia juga sangat memperhatikan saudara-saudaranya dan ceria menjalani hidupnya. Teori tidak berhak mengatur hidupnya. Dialah yang hidup, dan kehidupannya adalah anugerah Tuhannya.

Dia telah melewati masa yang cukup sulit dalam hidupnya. Dia mengalami saat tidak dapat melangkahkan kakinya dalam keceriaan. Dia harus diam sendiri, karena kakinya patah. Hari-hari itu adalah ujian yang harus dijalaninya tanpa harus mengeluh, dan dia lulus. Dia dapat kembali bercanda dengan cerianya kehidupan menjelang remaja. Dia dapat berlari berkejaran bersama sahabat-sahabatnya. Baginya kesulitan telah berlalu dan kini dia bebas. Meskipun masih ada deretan kesulitan dan ujian yang terbentang di hadapannya, tetapi dia masih tetap berada dalam kehidupan dari Sang Pemilik Kehidupan.

Ketika beberapa saat yang lalu dia menghadapi ujian akhir di sekolahnya, dia tidak mungkin menghindar, apalagi melarikan diri. Ujian ini adalah ujian yang akan membuka masa depannya. Ujian ini adalah pengulangan atas semua yang ada di pengertiannya dan tergantung pada dirinya sendiri,karena ada Tuhan di sisinya dalam kesetiaan, dan dia berhasil lulus.

Selengkapnya...

ORANG PERCAYA YANG HIDUP KUDUS

20 Juli 2008 …

Pada saat orang berdosa menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya maka pada saat itu dia menjadi milik Tuhan. Dia berpindah dari mati kepada hidup. Dia menjadi manusia baru yang memiliki hidup kekal. Dia sudah dipindahkan dari kehidupan dalam dosa kepada kekudusan sehingga dia pasti akan menikmati kehidupan yang mulia di sorga yang kudus.

Alkitab mencatat bahwa orang percaya adalah orang-orang kudus. Maka seharusnyalah orang percaya menunjukkan sikap dan tingkah lakunya sebagai orang-orang kudus. Ini bukan sebuah tuntutan tetapi adalah sebuah fakta. Tidak ada alasan bagi orang percaya untuk tidak hidup kudus karena ia telah memiliki status sebagai orang kudus. Tetapi yang menjadi masalah dalam kehidupan orang percaya dalam hubungan dengan kekudusan adalah bahwa dia masih hidup dalam natur dosa. Memang dia telah memiliki status kudus tetapi alam kehidupannya masih di lingkungan yang dikuasai oleh dosa. Artinya selain status, segi hidupnya yang lain masih memiliki natur dosa.

Ini adalah masalah dalam kehidupan orang percaya. Dia telah memiliki status sebagai orang kudus tetapi secara praktis atau dalam hidup kesehariannya dia masih berjuang untuk tidak melakukan dosa. Seharusnya memang dia tidak perlu berjuang karena pada saat dia menerima status sebagai orang kudus status itu diperolehnya karena anugerah Tuhan semata bukan akibat dari perjuangannya. Mengapa sekarang dia harus berjuang untuk hidup kudus? Mengapa Tuhan tidak menganugerahkannya sekaligus?

Manusia, termasuk orang percaya mengira Tuhan memberikan anugerah hanya terbatas pada perubahan status dari orang berdosa menjadi orang kudus di mata Allah. Maka rasanya wajar jika orang percaya mengajukan pertanyaan dan sudah sepantasnya mendapat jawaban yang wajar. Dan jawaban yang harus didapatkan orang percaya adalah dari Tuhan yang telah menganugerahkan status kudus tersebut. Manusia termasuk orang percaya memang tidak memahami bahwa sebenarnya sebelum pertanyaan tersebut diajukan, Tuhan telah terlebih dahulu menyatakan apa yang harus dipahami manusia.

Orang percaya yang mengajukan pertanyaan di atas adalah orang percaya yang tidak memahami bahwa anugerah Tuhan itu tidak terbatas. Tuhan adalah Tuhan yang Mahabesar dan berlimpah dengan anugerah. Bukankah orang percaya memiliki Tuhan yang lebih besar dari dosa? Apakah Tuhan yang demikian tidak mampu memberikan anugerah kepada orang kudus untuk hidup kudus di tengah natur dosanya? Siapa yang dapat mengukur apalagi membatasi anugerah Tuhan?

Orang percaya harus menyadari dan memahami bahwa kepadanya Tuhan juga menganugerahkan kemampuan untuk hidup kudus. Karena pada saat dia masih status berdosa, dia tidak memiliki kemampuan untuk hidup menyenangkan Tuhan sehingga apapun yang dilakukannya tidak pernah dikenan Tuhan. Tetapi ketika dia diselamatkan atau dikuduskan, dia dianugerahkan kemampuan untuk hidup kudus dan Tuhan berkenan atasnya. Maka yang dihadapi dan harus dijalani orang percaya setelah memperoleh status sebagai orang yang telah dikuduskan adalah dia harus hidup mentaati Tuhan yang telah menguduskannya. Orang percaya telah dianugerahkan kemampuan untuk hidup kudus dan dengan kemampuan itu Tuhan menuntut orang percaya untuk hidup dalam ketaatan.

Orang percaya tidak harus menjaga statusnya karena itu adalah bagian Tuhan. Yang harus dilakukan orang percaya adalah bahwa dia harus menunjukkan kepada sesamanya bahwa dia telah menerima status sebagai orang kudus. Dan status itu diperolehnya oleh anugerah Tuhan semata, dengan demikian dia menjadi saksi Tuhan dan menjadi alat Tuhan untuk menarik orang berdosa ke dalam anugerah Tuhan tersebut. Inilah yang disebut sebagai kehidupan yang harus dimenangkan orang percaya.

Tuhan tidak akan menuntut ketaatan dari orang-orang belum dikuduskan-Nya karena mereka tidak memiliki hubungan dengan-Nya. Mereka tidak atau belum menjadi bagian dalam kekudusan yang Tuhan anugerahkan. Tetapi orang percaya yang telah dikuduskan adalah orang-orang yang dapat memahami hal-hal kudus yang dimiliki dan yang dikehendaki Tuhan. Sehingga orang percaya harus menjalaninya.

Tuhan tidak sekedar menganugerahkan kepada orang percaya kemampuan untuk hidup kudus tetapi juga agar orang percaya hidup dalam kekudusan. Hidup dalam persekutuan yang berbeda dengan dunia yaitu persekutuan dengan sesama orang percaya untuk saling menguatkan dan saling membantu. Hidup dalam kekudusan ini adalah hidup dalam kedamaian satu dengan lain dan menjadi gambaran kepada orang yang belum percaya apa yang dimaksud Tuhan dengan kekudusan.

Selengkapnya...

Minggu, 03 Mei 2009

Apokrifa: Kisah Petrus dan Paulus

Pada saat Kaisar Nero berkuasa, murid-murid Tuhan giat mengabarkan kasih Tuhan, yang menimbulkan kemarahan rakyat dan Nero. Oleh seorang tukang sihir bernama Simon yang sangat dibanggakan Nero, Paulus dan Petrus diminta dijatuhi hukuman mati karena Petrus menantang Simon dengan mengatakan bahwa sihirnya tidak akan berguna di hadapan Petrus.

Simon dan Nero menantang Petrus dengan cara menunjukkan sihirnya dengan cara terbang dari sebuah menara. Pada saat Simon sedang memperagakan sihirnya, Petrus berdoa sehingga Simon jatuh ke tanah dan tubuhnya terbelah menjadi empat bagian. Kejadian ini semakin menambah murka Nero yang akhirnya menangkap Petrus dan memenjarakannya untuk dihukum mati.

Sebelum pelaksanaan hukuman, Petrus berhasil melarikan diri ke luar kota Roma. Di gerbang kota Roma dia bertemu dengan seorang pria yang akan memasuki kota tersebut.

Petrus : Tuan, ke manakah Tuan hendak pergi? (Bhs. Latin : Quo vadis domine?)
Pria : Aku pergi ke Roma untuk disalibkan.

Mendengar suara pria tersebut Petrus sadar bahwa itu adalah suara Tuhan Yesus.

Petrus : Tuhan, bukankah Engkau hanya sekali disalibkan?
Tuhan : Karena engkau melarikan diri maka Aku akan menggantikanmu.
Petrus : Tuhan, aku akan kembali untuk pergi memenuhi perintah-Mu.
Tuhan : Jangan takut, Aku menyertaimu.

Kemudian Petrus kembali ke Roma dan dengan sukacita menjalani hukuman matinya. Ketika hendak disalib, Petrus meminta agar dia disalib terbalik dengan kakinya di atas, karena dia tidak layak disalib seperti Tuhannya.

Kepada orang percaya dia berkata, "Janganlah bersedih, melainkan bersukacitalah karena hari ini aku telah menerima hasil pekerjaanku."

Marsellus, seorang yang terkenal pada waktu itu, mengambil jenazah Petrus secara diam-diam dan menempatkannya di sebuah gua tempat orang Kristen beribadah (Katakombe) bersama-sama dengan jebazah Paulus dan menjaganya selama satu setengah tahun sampai kuburan bagi mereka dibangun. Jenazah Petrus dikuburkan di Vatikan, sedangkan jenazah Paulus dikuburkan di Via Ostia.

Pada akhir abad kedua, Gayus, Imam di Roma, mendirikan monumen di kuburan Petrus dan Paulus, namin pada tahun 258 kerangka Petrus dipindahkan ke Katakombe San Sebastiano, kemudian pada tahun yang sama, di Vatikan didirikan sebuah Basilika (sebuah gedung untuk orang Kristen, setelah agama Kristen diakui pemerintah), dan Basilika tersebut diberi nama Basilika Petrus. (Dikutip dari Apokrifa: Kisah Petrus dan Paulus

Selengkapnya...

ORANG PERCAYA YANG BERSUKACITA

13 Juli 2008 ...

Jika seseorang menata miliknya dengan apik dan indah, orang lain akan dapat dengan mudah menyimpulkan bahwa pemilik atau penata tersebut adalah seorang yang penuh keceriaan. Dia pasti seorang yang melakukan atau memperlakukan miliknya dengan ceria dan sukacita. Tetapi jika seseorang mendapati sesuatu berantakan dan tidak teratur maka dapat dipastikan orang tersebut tidak memiliki hati yang ceria atau sukacita. Dia pasti akan dinilai sebagai seorang yang sangat sibuk dan mungkin dengan terpaksa harus mengabaikan miliknya.

Orang percaya harus selalu menyadari bahwa dia dimiliki dan memiliki Tuhan Pemilik alam raya bahkan alam yang akan datang. Tuhannya adalah Tuhan yang mengatur seluruh alam dengan aturan-Nya sendiri dan semuanya berjalan dalam kontrol-Nya. Dia tidak pernah serampangan melakukan sesuatu karena Dia selalu melihat sesuatu dalam keindahannya sendiri. Dia menata milik-Nya dan melihatnya dalam sukacita-Nya.

Jika manusia melihat keindahan dirinya sebagai ciptaan Tuhan maka sebenarnya manusia dapat dengan mudah memahami bahwa Tuhan yang menciptakannya adalah Tuhan sumber keindahan. Dan dengan demikian dia dapat membayangkan dengan sesederhana mungkin bahwa pada saat Tuhan menciptakannya pastilah Tuhan menciptakannya dalam suasana yang ceria dan sukacita. Tuhan menempatkan bulan dan bintang-bintang pada tempat yang tepat sehingga cahaya lembutnya dapat dinikmati dalam ketenangan malam. Dia menata lembah dan aliran sungai dengan riak air yang mengalir tempat ikan-ikan berenang. Demikian juga ketika dia menempatkan pepohonan rindang dan bebungaan tempat burung-burung berkicau.

Semua keindahan yang ditata Tuhan menunjukkan betapa Dia menciptakannya dengan sukacita dan untuk sukacita. Dia menempatkannya dan merawatnya agar ciptaan-Nya terutama manusia menikmatinya dalam sukacita. Dapat dikatakan bahwa sukacita dalam kehidupan manusia adalah anugerah Tuhan yang telah dikerjakan-Nya pada saat penciptaan langit dan bumi dan seisinya.

Memiliki Tuhan yang mengatur segala sesuatu dengan indah adalah anugerah terindah dalam hidup orang percaya. Dengan hanya menikmati keindahan ciptaan Tuhan di luar diri orang percaya saja sudah dapat dipastikan bahwa orang percaya akan bersukacita, apalagi menikmati karya Tuhan dalam hidupnya. Hal ini menunjukkan bahwa sukacita tidak seharusnya tersembunyi dalam diri orang percaya.

Sukacita orang percaya tidak akan terselubung dalam kehidupan yang menurut kacamata orang yang tidak percaya adalah kehidupan yang penuh perjuangan sehingga tidak ada waktu untuk melihat indahnya kuasa Tuhan. Orang percaya memang tidak hidup dalam dunia yang berbeda dengan orang tidak percaya, tetapi orang percaya berbeda dalam melihat dan menikmati hidup. Orang percaya memang berjuang, tetapi perjuangannya bukan tanpa sukacita, karena orang percaya tahu bahwa hidupnya adalah keajaiban ciptaan Tuhan yang dianugerahkan dari kesukacitaan.

Orang percaya harus menyadari bahwa di dunia ini dia hidup sementara dan tidak ada satupun kuasa yang dapat melepaskan dia dari kasih Tuhannya. Kesementaraan dunia ini adalah kenikmatan yang sementara sehingga adalah suatu kerugian jika dia tidak menjalaninya dengan sukacita. Tetapi orang percaya tidak pernah terikat oleh kesementaraan dunia ini.

Orang percaya memiliki kepastian hidup kekal sehingga kehidupan dalam dunia ini adalah kehidupan yang dipersiapkan baginya oleh Tuhan untuk menikmati kehidupan kekal bersama dengan Tuhannya. Apapun yang terjadi dalam kehidupannya selama di dunia ini tidak dapat membatalkan bahkan tidak dapat menunda saat dimana dia harus beralih menikmati kehidupan yang sesungguhnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan yang sementara ini, orang percaya mengalami banyak sekali hambatan dalam menikmati sukacita dari Tuhan. Orang percaya banyak kali menderita atau mengalami pergumulan yang berat tetapi karena dia berada dalam kehidupan yang sementara maka itu berarti pergumulan dan penderitaanpun adalah sementara. Sedangkan sukacita bukanlah hal yang sementara karena sukacita adalah anugerah dari Tuhan yang kekal. Sukacita telah ada bersama-Nya dalam kekekalan dan ditunjukkan-Nya pada saat Dia menciptakan alam semesta.

Dalam kehidupan sementara ini Tuhan tahu bahwa orang percaya banyak kali terhambat dalam menikmati dan membagikan sukacitanya, maka Tuhanpun memerintahkan orang percaya agar tetap bersukacita dalam segala hal. Perintah ini tidak berarti bahwa orang percaya memilikinya sehingga tidak layak jika tidak dinikmati. Orang percaya yang bersukacita adalah orang yang menikmati kehidupan dari Tuhan.

Selengkapnya...