Sabtu, 30 Mei 2009

Allah Berkuasa Atas Alam Semesta

Mazmur 24:10

Tuhan semesta alam bukan hanya Tuhan yang menempatkan bintang-bintang di angkasa raya atau mengatur bumi mengitari matahari, tetapi Dia juga berkuasa membuat ulat menjadi kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu yang indah. Dia juga yang mengubah biji-bijian padi di sawah bertumbuh dan menjadi hamparan kehijauan sebelum menguning dan dipanen. Bahkan Dia pun menempatkan cacing kecil hidup di dalam tanah yang subur dan menggemburkannya sehingga makhluk lain dapat menjalankan kehidupannya.

Di hadapan-Nya tidak ada perbedaan antara bintang di angkasa raya dan ulat kecil serta cacing tanah yang merayap lambat. Tidak ada bedanya antara terangnya cahaya matahari dengan kerlip kecil kunang-kunang di malam hari. Semua itu berada dalam kuasa-Nya dan diaturnya sesuai dengan kehendak-Nya. Dia peduli pada semua hal yang diciptakan-Nya dan tidak ada satupun yang terluput dari perhatian-Nya.

Memiliki Allah yang berkuasa atas alam semesta adalah memiliki jaminan atas segala hal. Tidak seharusnya kita sebagai orang percaya merasa terabaikan dalam dunia ini. Tidak seharusnya kita merasa Tuhan tidak peduli atau mengabaikan kita. Dia mengurus semua hal yang besar dan tidak meninggalkan hal-hal kecil yang seringkali kita tinggalkan. Dia memang Allah kita yang luar biasa.

Dia telah memelihara kita sejak kita masih bakal bayi dalam kandungan ibu kita dan menjadikan kita seperti sekarang ini, itu semua adalah bukti bahwa Tuhan kita adalah Allah yang Mahakuasa. (SP)

Selengkapnya...

Kamis, 21 Mei 2009

Sukacita dan Mahkota

Filipi 4:1

Jemaat Filipi adalah jemaat yang sangat luar biasa. Paling tidak dalam benak Paulus mereka adalah orang-orang yang sangat hebat. Paulus menyapa mereka sebagai orang-orang yang ia kasihi dan rindukan. Artinya jemaat ini mendapat tempat yang istimewa dalam hati Paulus.

Hal yang lain lagi adalah Paulus menyapa mereka sebagai "Sukacita dan Mahkota"-
nya. Wow, hebat sekali bukan? Pujian ini datang bukan dari orang yang biasa-biasa saja, tetapi datang dari seorang yang dianggap luar biasa dedikasinya dalam pelayanan pada waktu itu. Bayangkan saja, "sukacita dan mahkota" kata yang nyaris tak pernah digunakan manusia untuk memuji orang atau kelompok lain.

Namun pujian dari Paulus bagi jemaat Filipi, mereka dapatkan itu bukan tanpa perjuangan. Ada harga yang harus mereka bayar. Mereka harus berjuang, mereka menunjukkan hidup yang penuh kasih, mereka taat dan banyak hal-hal lain yang mereka lakukan sehingga akhirnya mereka dipuji oleh Paulus.

Kita juga memiliki kesempatan yang sama seperti mereka. Kita bisa menjadi mahkota dan sukacita bagi orang lain, bukan untuk kemuliaan dan kebanggaan kita tentu saja tapi untuk kemuliaan Kristus. Kita dapat menjadi seperti jemaat Filipi karena kita sama-sama milik Allah, tetapi yang harus diingat adalah bahwa untuk itu ada harga yang harus kita bayar. Siaplah kita membayar harga untuk menjadi sukacita dan mahkota? Dan sudah cukup pantaskah sikap kita? (CW)

Selengkapnya...

Minggu, 17 Mei 2009

Allah Semesta Alam

Mazmur 8:4

Biasanya kita akan terkagum-kagum melihat pesta kembang api pada malam hari. Warna-warni yang indah bertebaran di angkasa malam membentuk pemandangan yang menakjubkan. Tetapi keindahan tersebut tidak pernah lama berlangsung karena kembang api itu berjatuhan dan akhirnya lenyap. Tetapi jika mata kita masih tetap menatap angkasa malam maka terlihat kerlap-kerlip bintang di kejauhan yang tidak berjatuhan padahal dia tidak bergantung pada sesuatu.

Pernahkah kita berpikir bagaimana Tuhan meletakkan bintang-bintang itu di atas sana? Bagaimana Dia melakukannya? Demikian juga pertanyaan yang sama akan kita ajukan terhadap kehadiran matahari dan perputaran bumi, angin yang berhembus, hutan yang lebat, hujan yang membasahi bumi, gurun yang tandus dan sebagainya. Bagaimana semua itu bisa teratur?

Banyak kali kita hanya melihat Tuhan sebagai Tuhan yang melakukan hal-hal yang berhubungan dengan persoalan kita. Kita jarang memikirkan bahwa Tuhan kita adalah Tuhan atas semesta alam. Dia mengatur semuanya dan membuatnya begitu indah. Dia tidak tergantung pada ciptaan. Artinya Dia tetap melakukan kehendak-Nya tanpa terganggu oleh situasi alam semesta.

Dia mengatur dan mengubah musim dan membuat ikan tetap berenang sekalipun gelombang lautan mengganas. Demikian juga dengan manusia yang diberi-Nya kemampuan beradaptasi dengan alam dimanapun dia berada. Dia memang Tuhan semesta alam yang harus dipuji. (SP)

Selengkapnya...

Persembahan Yang Hidup

Roma 12:1

Seorang kaya bertanya kepada pendetanya : "Kenapa setiap orang selalu mengkritik saya sebagai orang yang pelit? Padahal mereka tahu bahwa saya telah berjanji, ketika saya mati nanti, semua kekayaan saya akan saya sumbangkan ke yayasan sosial." Pendetanya menjawab : "Saya mempunyai cerita tentang seekor babi dan seekor sapi perahan.

Suatu hari babi datang menyampaikan keluhan hatinya pada sapi perahan. Babi berkata : "Orang-orang selalu membicarakan tentang kebaikan dan kelemahlembutan dirimu. Padahal, kamu hanya memberikan susumu, sedangkan saya sudah memberikan jauh lebih banyak dari diri saya kepada mereka. Saya memberikan seluruh daging saya untuk mereka makan, tetapi tetap saja tidak seorangpun yang menyukai saya. Sebanyak apapun yang saya berikan, saya saya tetap seekor babi yang dianggap jelek dan kotor". Setelah berpikir sejenak, sapi perahan menjawab : "Mungkin itu karena saya memberikan milik saya ketika saya masih hidup!".

Kapankah kita mulai belajar memberikan apa yang kita miliki kepada orang lain? Apakah kita seperti seekor babi, yang harus mati dulu baru bisa berguna bagi orang lain, ataukah kita akan menjadi sama seperti seekor sapi yang bisa menjadi berkat selagi hidup? Si orang kaya dalam renungan ini tidak mengerti bahwa pemberian selagi masih hidup adalah sangat berarti.

Yesus Kristus sudah memberikan seluruh hidup-Nya sampai Ia mati di salib, darah-Nya tercurah di golgota. Sekarang apa yang sudah kita berikan kepada-Nya? (AW)

Selengkapnya...

Allah Yang Mahatinggi

Mazmur 57:3

Ungkapan Allah Mahatinggi adalah pengakuan bahwa tidak ada yang setara dengan-Nya. Itu juga adalah penghormatan kepada Allah yang berarti menempatkan Dia sebagai satu-satunya yang patut dihormati. Tidak ada lagi yang dapat ditempatkan sebagai yang tertinggi dalam kehormatan maupun kuasa selain Dia.

Ketika kita mencoba membayangkan apa yang kita maksudkan dengan ungkapan Allah Mahatinggi itu sangat berbeda dengan membayangkan seorang raja yang duduk di atas tahta dan memerintah dengan semaunya. Juga bukan seseorang yang memiliki kekuatan yang kita harapkan dapat menolong kita setiap saat. Hal-hal yang kita bayangkan tersebut masih terlalu kecil untuk menggambarkan Allah.

Sebagai raja atau apalah namanya, di samping orang-orang tersebut pasti masih ada raja atau orang kuat lain yang mungkin setara atau mungkin lebih dari mereka. Orang-orang tersebut masih duduk atau bertahta di suatu tempat dan berlindung di bawah suatu atap. Artinya mereka masih berada di bawah sesuatu. Sementara yang dimaksudkan dengan Allah Mahatinggi adalah Dia tidak berada di atas sesuatu apalagi berada di bawah sesuatu.

Dia adalah satu-satunya sehingga apapun yang dilakukan-Nya pasti tidak dapat dilakukan pihak lain. Allah Mahatinggi adalah tempat kita minta tolong dan yang menyelesaikan semuanya bagi kita. Adalah suatu kenaifan jika kita mengatakan kita memiliki Allah Mahatinggi tetapi kita tidak menghormati-Nya sebagai yang tertinggi dari apapun yang kita kenal atau yang kita miliki. (SP)

Selengkapnya...

Warga Negara Sorga

Filipi 3:20

Pernahkah saudara melihat di televisi berita-berita tentang para TKW dan TKI yang berjuang di Negara orang? Perhatikanlah apa yang mereka alami. Ada yang mengalami penganiayaan yang sangat berat bahkan ada juga beberapa orang yang dipulangkan karena dianggap melanggar hukum. Mereka diperlakukan demikian karena mereka bukan warga negara di tempat di mana mereka berada dan bekerja.

Kita orang percaya yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah warga negara sorga. Kita hanya menumpang di bumi dan suatu ketika akan pergi ke sorga saat Kristus datang menjemput kita. Sampai di pemahaman ini, kehidupan kita terlihat begitu ideal. Namun bagaimana dengan realitanya selama kita ada di bumi?

Seharusnya, karena kita adalah warga negara sorga maka hal yang harus kita ingat adalah kita tengah membawa 'reputasi sorga' ketika kita hidup di dunia ini. Kita bukan hanya seperti TKW dan TKI. Kita lebih dari itu. Jadi seharusnya kita bertindak, berpikir dan berlaku seperti layaknya warga sorga. Jangan malah menjadi seperti orang dunia. Kita harus menunjukkan sikap kita sebagai orang sorga. Jangan kompromi dengan dunia. Karena sadar atau tidak, kadang kita terbawa arus. Kadang kita lupa, siapa diri kita yang sebenarnya.

Saat ini, mari mulai menjalani hidup sebagai orang sorga yang tinggal di bumi, agar ketika dunia melihat kita mereka benar-benar melihat Kristus lewat apa yang kita katakan dan lakukan. (CW)

Selengkapnya...

Allah Yang Adil

Yesaya 30:18

Tahun-tahun bahkan hari-hari terakhir ini kita selalu menyaksikan orang-orang berdemonstrasi menentang suatu keputusan para hakim di pengadilan yang dianggap tidak adil. Pengadilan yang seharusnya memberikan keadilan, bagi sebagian orang terasa tidak pernah terjadi (Pkh 3:16). Hal ini tidak perlu membingungkan kita, karena manusia yang berdosa tidak mungkin dapat berlaku adil bagi semua orang. Keadilan manusia sangat subjektif.

Satu-satunya yang adil hanyalah Allah. Dia mengetahui segala sesuatu dengan sangat jelas sehingga Dia tidak perlu duduk merenung dan berpikir apa yang harus Dia putuskan agar semuanya berjalan seimbang. Dia tidak dapat dikelabui oleh berbagai akting atau apapun yang menuntut keadilan-Nya. Dia Mahatinggi dan itu berarti untuk menentukan tindakan-Nya Dia tidak pernah meminta masehat kepada seseorang atau kepada sesuatu di luar diri-Nya. Dia adalah penentu segala sesuatu.

Allah yang adil adalah Allah adalah adil, artinya Allah tidak berlaku adil atau melakukan keadilan karena sesuatu di luar diri-Nya. Dia tidak harus menyesuaikan diri dengan sesuatu atau peraturan di luar diri-Nya. Maka ketika kita menerima semua keputusan atau tindakan Allah mungkin pada awalnya kita memiliki alasan untuk meragukan bahkan mungkin membantahnya tetapi setelah itu kita akan sadar bahwa tindakan Allah selalu adil sebesar kuasa dan kasih-Nya kepada kita.

Allah adil karena selain sebagai Hakim, Dia adalah Pembela dan Penuntut. Maka pernahkah kita merasakan keadilan Allah dalam hidup kita? (SP)

Selengkapnya...

Pemberian Kita Dihargai Oleh Tuhan

Ketika sedang mengadakan perjalanan keliling Amerika dengan kereta api, pada suatu hari Presiden Wilson berhenti di Billings, Montana, untuk memberikan pidato singkat di peron kereta. Di sampingnya berdiri Nyonya Wilson dan beberapa orang penting di negara itu.

Entah bagaimana dua anak kecil berhasil lolos dari barisan penjagaan polisi dan berlari ke arah Presiden, dan salah seorang dari mereka memberikan bendera Amerika yang telah dilambai-lambaikan. Nyonya Wilson turun dari peron dan menerima bendera itu dari tangan anak tersebut, sambil mengucapkan terima kasih kepadanya atas hadiah itu.

Anak yang satunya lagi berdiri dengan wajah sedikit sedih. Dia tidak membawa apa-apa untuk diberikan. Kemudian tiba-tiba dia merogoh sesuatu dari sakunya. Akhirnya dia menemukan sesuatu dan menggenggamnya. Itu adalah uang logam receh. Sambil memandang ke atas, dia memberikan uangnya itu kepada presiden AS itu. Presiden Wilson menunduk ke bawah dan menerima uang receh itu. Kemudian dia mengucapkan terima kasih.

Tapi cerita itu tidak berhenti di situ. Lima tahun kemudian, Presiden Wilson meninggal. Dalam keadaan sedang berduka cita, Nyonya Wilson membuka dompet suaminya. Di dalamnya, di tempat terpisah dan dibungkus dengan rapi dengan secarik kertas, tersimpan uang receh dari anak laki-laki dahulu. Selama lima tahun uang receh itu telah menyertai dan ada bersama presiden setiap hari, ke mana pun dia pergi. Dia menghargai uang itu sehingga menyimpannya sepanjang sisa hidupnya.

Cerita tadi menyatakan sikap Tuhan. Betapa kayanya Dia! Tapi bila anak-anak-Nya memberi-Nya hadiah, Dia menerimanya dan menghargainya, mengingat dan memberkatinya.

-John B. Wilder-

Selengkapnya...

Minggu, 10 Mei 2009

KETIKA SEORANG BERPENYAKIT KUSTA BERTEMU TUHAN YESUS (Lukas 5:12-16)

24 Agustus 2008 …

Dia adalah penderita kusta, penyakit yang sangat menakutkan, menjijikkan dan dianggap dosa oleh orang-orang di sekitarnya. Bahkan menurut peraturan agama, apabila di tubuh manusia ada penyakit kusta maka imam harus menyatakan bahwa hal tersebut najis. Itu berarti pengidapnya harus dikucilkan sampai dinyatakan sembuh oleh para imam berdasarkan beberapa peraturan yang ketat (Imamat 13-14). Selama dia belum dinyatakan sembuh, dia harus menjauhkan diri dari orang-orang di sekitarmu.

Dalam penderitaannya dia melihat seluruh tubuhnya telah dipenuhi oleh penyakit ini. Semua hal yang dialaminya membuat hatinya tertekan. Hidup tidak lagi berharga, tetapi dia masih hidup. Dia masih memiliki nafas yang sama dengan orang lain. Rasanya harapan menikmati kehidupan hanya sampai hari ini saja, karena untuk tiba di esok hari rasanya masih terlalu, bahkan sangat jauh.

Bila hari menjelang Sabat, dia tepekur sendiri mengingat keluarga atau orang-orang yang sehat bersiap diri menikmati hari peristirahatan setelah sepanjang minggu bekerja. Dia membayangkan indahnya berada di bait Allah dan menyembah Allah yang suci. Tetapi setiap kali mengingat hal tersebut dia makin merasa betapa najisnya dia. Betapa berdosanya dia. Betapa tidak layaknya dia di hadapan Tuhan yang suci.

Pada suatu hari dia melihat orang-orang berbondong-bondong menuju ke rumah ibadat. Dari percakapan mereka dia mendengar bahwa ada seorang Guru yang begitu istimewa yang tidak hanya mengajar tetapi juga membuat mujizat dengan menyembuhkan orang-orang sakit yang datang pada-Nya. Mendengar semua itu, hatinya berbunga. Penyakit tidak lagi menjadi sesuatu yang menyakitkan baginya. Ternyata masih ada harapan memiliki kesempatan untuk hidup seperti orang lain dan menikmati masa hidup bersamaan dengan hadirnya sang Mesias.

Beberapa saat setelah itu dia juga mendengar bahwa Yesus sedang berada di bukit dan akan memasuki kota di dekatnya. Dia berpikir inilah saatnya bertemu Mesias. Dia tidak lagi peduli apabila orang-orang akan mengusirnya atau bahkan akan melontarinya dengan batu. Dia ingin menyembah Mesias sebagai tanda bahwa dia tidak melupakan Tuhan dalam kenajisannya.

Dia ingin pada saat Yesus turun dari bukit, dia dapat melihat-Nya dan menyapa-Nya untuk menyampaikan hormat dan permohonan. Dan ketika rombongan besar orang mulai terdengar menuruni bukit dia tidak sabar lagi untuk segera sampai di kota tetapi dia sadar bahwa dia tidak seharusnya berada di dalam kota dan di tengah kerumunan orang banyak. Maka diarahkannya kakinya ke pinggiran kota dekat gerbang jalan yang akan dilalui Yesus untuk menunggu Yesus di sana.

Dia tidak takut dan tidak peduli lagi menghadapi orang-orang yang membencinya. Dia hanya peduli pada Mesias dan dirinya. Dia sangat yakin Mesias akan menerimanya dan mampu menyembuhkan penyakit yang dideritanya.

Saat orang ramai tiba, dia melihat Yesus. Diterobosnya kerumunan orang-orang dan di depan Yesus dia tersungkur sujud bukan hanya sebagai tanda hormat tetapi adalah tanda dia menyembah Mesiasnya.

“Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku”, suaranya bergetar penuh hormat dan harapan. Tiba-tiba Yesus menjamahnya dan berkata, “Aku Mau. Jadilah engkau tahir”.

Dia kaget. Bagaimana mungkin seorang yang suci seperti Yesus mau menyentuh dirinya yang najis? Bagaimana mungkin Yesus tidak tahu bahwa orang seperti dia tidak layak disentuh bahkan oleh orang yang berdosa sekalipun? Selagi dia berpikir, tiba-tiba dia melihat tubuhnya telah tahir. Penyakitnya lenyap.

Kemudian dia mendengar perintah Yesus kepadanya, “Jangan beritahukan kepada siapapun tentang hal ini. Pergilah, perlihatkan dirimu kepada imam dan persembahkanlah korban pentahiranmu, persembahan seperti yang diperintahkan Musa sebagai bukti bagi mereka”.

Dia tahu bahwa Yesus menghendaki dia menjadi orang yang mentaati perintah Tuhan dan tidak menghendaki orang lain yang akan menyampaikan kesembuhannya kepada para imam. Dia sendiri yang harus menjadi saksi kuasa Yesus yang telah terjadi atas dirinya. Tetapi dalam sukacitanya dia tidak dapat menahan diri untuk tidak menceritakan kepada orang lain seperti yang Yesus perintahkan. Dia menceritakan apa yang dialaminya kepada semua orang yang dijumpainya dan tanpa sadar dia akhirnya membuat Yesus sibuk mengurus orang-orang sakit yang datang pada-Nya.

Selengkapnya...

Pelajaran dari Guru Tanpa Kelas

Cita-citanya menjadi seorang guru, tetapi nasib membawanya menjadi seorang yang duduk lumpuh di pinggir jalan menanti uluran kasih orang-orang yang lalu-lalang di sekitarnya. Tangannya tak pernah berhenti menadahkan harapan untuk sesuap nasi di hari-harinya.

Ada beberapa orang yang menunduk menyodorkan recehan untuknya dan diterimanya dengan hormat dan riang hati. Ada juga yang melemparkan recehan logam dan menggelinding di antara langkah kaki orang-orang di belakang si pelempar. Dia merangkak menggapai uang tersebut sambil berterima kasih kepada si hati mulia yang telah dengan rela melemparkannya.

Debu yang berterbangan di antara asap knalpot mobil yang lalu-lalang tidak pernah membuatnya takut bahwa paru-parunya akan bermasalah. Dia tidak lagi memikirkan paru-parunya akan sakit, karena saat ini dia sedang sakit. Yang penting baginya adalah bisa makan untuk hari ini.

Tiba-tiba di sampingnya berjongkok seorang anak muda berpakaian rapi menyapanya,
“Pak, saya haus dan ingin beli minuman dingin tapi uang saya tidak cukup. Boleh nggak saya minta uang Bapak untuk menambah uang saya membeli minuman?”
Dia tatapi si pemuda dengan senyum kecil tanpa suara. Tangan tuanya yang keriput dan kotor merogoh sajunya dan memberikan beberapa keping recehan. Si pemuda menerimanya dan langsung pergi tanpa ucapan terima kasih. Ditatapnya punggung si pemuda sambil tersenyum.

Beberapa saat kemudian si pemuda kembali dan berjongkok di sampingnya, sambil memegang tangannya dan mengusapnya dengan air muka yang bangga.
“Kenapa Bapak memberikan uang Bapak kepada saya?”
“Saya kasihan melihat kamu kehausan. Saya sudah biasa lapar dan haus, makanya saya tahu apa yang kamu rasakan”, jawabnya dengan gagap.

Si pemuda memeluknya dan menyodorkan uang 1 juta rupiah dan menuntunnya berdiri. “Saya tidak haus, Pak. Saya hanya ingin mengetahui apakah orang-orang seperti Bapak peduli kepada orang lain. Saat ini Bapak sedang mengudara di TV Nasional untuk suatu acara. Bapak adalah guru di kelas dunia ini. Terima kasih Pak!”

Dan keduanya tersenyum damai.

Selengkapnya...

“BAGAIMANA KALAU ALLAH PUNYA ANSWERING MACHINE?”

Bayangkan bila pada saat kita berdoa dan mendengar ini:

“Terima kasih, Anda telah menghubungi Rumah Bapa.
Pilihlah salah satu :
• Tekan 1 untuk ‘meminta’
• Tekan 2 untuk ‘mengucap syukur’
• Tekan 3 untuk ‘mengeluh’
• Tekan 4 untuk ‘permintaan lainnya’.”

Atau, bagaimana jika Allah memohon maaf seperti ini :
“Saat ini semua malaikat sedang membantu pelanggan lain. Tetaplah menunggu. Panggilan Anda akan dijawab berdasarkan urutannya.”

Bisakah anda bayangkan bila pada saat berdoa, anda mendapat respons seperti ini :
“Jika Anda mau bicara dengan Malaikat Gabriel, tekan 1.
Dengan Malaikat Mikhail, tekan 2.
Dengan malaikat lainnya, tekan 3.
Jika Anda ingin mendengar nyanyian Raja Daud saat Anda menunggu, tekan 4.”


“Untuk mengetahui apakah orang yang Anda kasihi akan dipanggil ke Rumah Bapa, masukkan nomor KTPnya.
Untuk pesan tempat di Rumah Bapa, tekanlah Y, O, H, A, N, E, S dan tekan 3, 1, 6.”

“Untuk jawaban pertanyaan tentang dinosaurus, umur bumi, dan di mana bahtera Nuh berada, silahkan tunggu sampai Anda tiba di sini.”

Atau bisa juga anda mendengar ini :
“Komputer kami menunjukkan bahwa Anda telah satu kali menelpon hari ini.
Silahkan mencoba kembali esok hari.”
“Kantor ini ditutup pada akhir minggu. Silahkan menelpon kembali hari Senin setelah pukul 9 pagi.”

Namun PUJI TUHAN, Allah kita mengasihi kita, anda dapat menelpon-Nya setiap saat!!!

Anda hanya perlu untuk memanggilnya sekali dan Tuhan mendengar anda. Karena Yesus, anda tidak akan pernah mendapat nada sibuk. Tuhan menerima setiap panggilan dan mengetahui siapa pemanggilnya secara pribadi.

Ketika anda memanggil dan Tuhan akan menjawab; anda akan menangis minta tolong dan DIA akan berkata : “Ini AKU” (Yesaya 58:9)

Ketika anda memanggil, gunakan Nomor Telepon Darurat di bawah ini :
• Saat berduka cita, putar Yohanes 14.
• Ketika dikecewakan sesama, putar Mazmur 27.
• Jika anda ingin berbuah, putar Yohanes 15.
• Ketika anda berdosa, putar Mazmur 51.
• Ketika anda khawatir, putar Matius 6:25-34.
• Ketika anda dalam bahaya, putar Mazmur 91.
• Ketika Tuhan terasa jauh, putar Mazmur 139.
• Ketika Iman anda perlu dikuatkan, putar Ibrani 11.
• Ketika anda merasa sendiri dan takut, putar Mazmur 23.
• Ketika hidup anda sedang dalam kepahitan, putar 1 Korintus 13.
• Untuk rahasia kebahagiaan Paulus, putar Kolose 3:12-17.• Untuk arti kekristenan, putar 2 Korintus 5:15-19
• Ketika anda merasa kecewa dan ditinggalkan, putar Roma 8:31-39.
• Ketika anda menginginkan kedamaian dan ketenangan, putar Matius 11:25-30.
• Ketika dunia terlihat lebih besar dari Tuhan, putar Mazmur 90.
• Ketika anda ingin jaminan kekristenan, putar Roma 8:1-30.
• Ketika anda meninggalkan rumah untuk bekerja atau bepergian, putar Mazmur 121.
• Untuk penemuan/kesempatan besar, putar Yesaya 55.
• Ketika anda membutuhkan keberanian untuk suatu tugas, putar Yosua 1.
• Supaya dapat bergaul dengan baik terhadap sesama, putar Roma 12.
• Ketika anda memikirkan kekayaan, putar Markus 10.
• Saat anda mengalami depresi, putar Mazmur 27.
• Jika anda kesulitan keuangan, putar Mazmur 37.
• Jika anda kehilangan kepercayaan terhadap orang, putar 1 Korintus 13
• Jika orang di sekitar kita tampak berlaku tidak baik, putar Yohanes 15.
• Ketika anda putus asa dengan pekerjaan, putar Mazmur 126.
• Jika anda menemukan bahwa dunia mengecil dan anda merasa besar, putar Mazmur 19.

Nomor-nomor tersebut dapat langsung dihubungi. Operator tidak diperlukan. Seluruh saluran ke sorga terbuka 24 jam sehari !!!. Bagikan daftar telepon ini kepada orang-orang di sekeliling kita. Mana tahu mungkin mereka sedang membutuhkannya. Jika perlu ajaklah berdoa bersama.

Selamat merenungkan.

Selengkapnya...

ORANG PERCAYA YANG MENGGUNAKAN WAKTU

03 Agustus 2008 ...

Harus dipahami dan diakui bahwa ada perbedaan yang jelas dan sangat jauh antara waktu Tuhan dan waktu manusia. Waktu Tuhan tidak terbatas sementara waktu manusia sangat terbatas. Manusia sebagai ciptaan tidak dapat menciptakan waktu atau mengubah waktu dengan menambahkan atau menguranginya. Bagi manusia waktu adalah anugerah Tuhan yang harus dipahami bahwa waktu tersebut ada saat akhirnya.

Tuhan menciptakan waktu bagi manusia dan Dia berada di luar waktu manusia tetapi Dia dapat menggunakan waktu manusia dengan tepat. Hal penggunaan waktu pertama dapat dilihat pada saat Dia menciptakan alam semesta. Pada saat itu Dia melakukannya dengan perhitungan dan urutan yang tepat, sekalipun dapat saja dilakukan-Nya dalam sekejap dan sekaligus. Dia tidak pernah menggunakan waktu-Nya tanpa perhitungan sehingga tidak ada satupun yang tercecer atau terabaikan.

Begitu juga ketika Dia mengutus Tuhan Yesus Kristus Anak-Nya memasuki waktu manusia. Tuhan Yesus lahir sebagaimana normalnya manusia biasa. Dia bertumbuh dalam rahim Maria dan bertumbuh setelah kelahiran-Nya dalam waktu yang juga dihidupi manusia. Demikian juga ketika Dia mengikuti segala aturan agama. Dia berbicara sebagai seorang remaja yang telah diperbolehkan menyampaikan pendapat pada saat Dia berusia dua belas tahun dan mulai mengadakan pelayanan-Nya pada saat Dia berusia tiga puluh tahun.

Tuhan Yesus menggunakan waktu yang diberikan kepada-Nya dengan efektif dan efisien. Dia melaksanakan tugas yang diberikan pada-Nya pada waktu yang tepat. Dan dalam pelaksanaan tugas-Nya tersebut, tidak berarti Dia tidak menikmatinya. Dia tidak menjadi seorang yang begitu serius sehingga Dia tidak dapat menikmati kehidupan-Nya.

Dia menggunakan waktu-Nya dalam mengajar murid-murid-Nya pada saat Dia menikmati keindahan alam. Dia menggunakan keindahan bunga bakung dan burung pipit yang beterbangan di sekeliling-Nya sebagai bagian dari pengajaran-Nya. Dia berbicara dan bercengkerama dengan anak-anak dan membuat mereka contoh bagaimana menjalani kehidupan sebagai orang yang ingin memiliki kenikmatan dalam waktu yang tidak terbatas. Dia mengunjungi orang sakit dan turut serta dalam kesedihan orang yang ditinggal mati orang yang dikasihi mereka. Dan begitu banyak kegiatan lainnya yang dilakukan-Nya dalam mengisi dan menggunakan waktu sebagai Allah yang menjadi manusia.

Orang percaya dan orang tidak percaya hidup bersama dalam waktu yang dianugerahkan Tuhan. Tetapi penggunaan waktu keduanya seharusnya jauh berbeda sekalipun mungkin kegiatannya sama. Perbedaan penggunaan waktu orang percaya dengan orang tidak percaya adalah dalam hal alasan dan akibat. Waktu orang percaya selalu berhubungan dan berakibat dengan dan pada kekekalan. Apa saja yang diperbuatnya seharusnya selalu berasal dari Tuhan dan disadari bahwa semuanya berada dalam perhatian Tuhan.

Memang semua hal atau apa saja yang manusia lakukan dalam hidup selama waktu yang Tuhan anugerahkan akan berakibat pada kekekalan. Orang tidak percaya akan menikmati penderitaan dalam kekekalan karena terpisah dari Tuhan. Sebaliknya orang percaya akan menikmati hidup bahagia bersama dengan Tuhan.

Bagi orang percaya, kehidupan bersama dengan Tuhan sudah dimulai ketika dia masih berada dalam waktu yang terbatas dalam dunia. Ketika dia tidak menggunakan waktunya sesuai dengan yang dikehendaki Tuhan, maka pada saat dia memasuki waktu kekekalan dia tidak akan memiliki waktu lagi untuk mengubah apa yang telah dilakukannya dan ini akan membuatnya merasa kehilangan kesempatan karena tidak memuliakan Tuhan di waktu yang terbatas di antara orang-orang yang tidak percaya.

Tuhan menyatakan bahwa segala sesuatu ada waktunya. Artinya manusia termasuk orang percaya tidak dapat mengubah waktu. Yang dapat dilakukannya hanyalah mempergunakan dan mengisi waktu yang telah Tuhan sediakan. Kesempatan menggunakan waktu dengan mengisinya dengan hal-hal yang akan dinikmatinya dalam kekekalan telah Tuhan sediakan saat ini. Jika orang percaya tidak menggunakannya dengan tepat maka orang percaya akan dirugikan dan tidak bertanggungjawab atas anugerah Tuhan.

Tuhan dapat masuk ke dalam waktu manusia dan ada saatnya manusia akan dimasukkan dalam waktu-Nya Tuhan yaitu kekekalan. Maka orang percaya yang telah mendapat jaminan akan masuk ke dalam waktu-Nya Tuhan, saat ini seharusnya mengisi waktu yang sementara ini dengan hal-hal yang berhubungan dengan kekekalan. Sehingga pada saat tiba waktu-Nya Tuhan, orang percaya akan masuk dengan sukacita.

Selama masih di dunia ini, Paulus mengingatkan orang percaya; “Pergunakanlah waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat” (Efs 5:16).

Selengkapnya...

Memberinya Kesempatan 30 Menit

Karena sakit, saya tidak dapat mengikuti ujian salah satu mata kuliah dan akibatnya saya harus bertemu dengan dosen yang mengajarkan mata kuliah tersebut. Sayangnya dosen tersebut tidak begitu kenal dengan saya, maka saya benar-benar dibuat sport jantung. Saya tidak dilayani di kantornya tetapi disuruh menemuinya di rumahnya untuk melaksanakan ujian tersebut.

Karena saya tahu dosen saya tersebut tidak seagama dengan saya maka pada saat tiba di depan rumahnya dengan canggung saya memberi salam menurut kebiasaan mereka. Dia menyambut saya dengan ramah. Sesaat rasa canggung saya lenyap. Ternyata dia seorang yang ramah dan akrab tidak seperti yang saya temui di kampus.

Saya tidak langsung disodori tugas untuk ujian saya tetapi dia mengajak saya ngobrol dengan akrab. Mungkin karena nama saya tidak berbau kristen maka arah pembicaraannya langsung ke kelemahan dan kebobrokan orang-orang kristen yang diketahuinya. Dia bicara begitu berapi-api dan memuntahkan semua kegeramannya terhadap orang kristen.

Saya benar-benar pusing dibuatnya. Saya heran, mengapa dia sebagai seorang dosen, tidak dapat melihat setiap peristiwa dengan objektif. Selain itu saya berada dalam posisi yang sulit karena saat ini saya datang untuk ujian. Telinga saya hampir tidak mampu lagi menerima semua yang dia katakan.

Saya benar-benar bergumul selama kurang lebih tiga puluh menit membiarkan dia berbicara tentang saudara-saudara seiman saya bahkan sebenarnya tentang saya sendiri. Saya tidak dapat mengiyakan semua yang dia katakan, maka sayapun menyatakan pengakuan saya.

“Pak, saya adalah orang kristen dan saya tidak memungkiri sebagian apa yang Bapak katakan.” Mendengar pengakuan saya, dia tersentak dan gelagapan.

Spontan pembicaraan yang tadinya menjelekkan orang kristen langsung berubah. “Tapi memang orang kristen itu baik. Moral mereka sangat tinggi. Saya punya teman-teman yang baik …”

Saya diam saja karena saya berpikir ujia saya pasti batal. Tetapi ternyata tidak. Saya lulus dengan baik. Saya hanya menyesal mengapa membiarkan dia berbicara selama tiga puluh menit untuk menjelekkan orang kristen. (Mufty)

Selengkapnya...

ORANG PERCAYA YANG SABAR

27 Juli 2008 …

Sabar itu subur, demikian ungkapan umum yang ada di sekitar orang percaya. Sabar, adalah kata yang sering diungkapkan setiap kali ada orang yang tertimpa musibah atau masalah sebagai tanda memberi kekuatan dan penghiburan. Demikian juga jika melerai orang yang sedang bersitegang karena dalah pengertian atau karena sesuatu hal.

Alkitab menyatakan sabar atau kesabaran sejajar dengan kata, ‘tinggal, bertahan, menanggung, tetap dan tekun’. Dan kata-kata ini berhubungan dengan suatu masalah yang dihadapi manusia. Kata ini jarang, bahkan tidak pernah muncul pada saat manusia dalam keadaan normal apalagi dalam keadaan gembira.

Sebenarnya sabar hanya cocok dikenakan pada Tuhan karena itu adalah salah satu sifat-Nya. Alkitab menyatakan kesabaran Tuhan nyata pada saat manusia ciptaan-Nya berontak pada-Nya. Kesabaran Tuhan adalah kesabaran dalam kekekalan-Nya. Artinya Dia sabar karena Dia tidak terhingga. Dia tetap dan tidak berubah. Tidak ada yang dapat mengubah Dia, sedangkan manusia selalu berubah. Tidak heran jika untuk sabar manusia harus diperintahkan Tuhan.

Pada saat manusia (Adam dan Hawa) jatuh ke dalam dosa, Tuhan menunjukkan kesabaran-Nya. Dia tidak langsung melenyapkan manusia meskipun saat itu Dia berhak melakukannya dan bisa saja Dia menciptakan manusia baru yang lebih taat pada-Nya. Tetapi tidak dilakukan-Nya. Mengapa? Karena Dia sabar. Dia tidak dapat diubah oleh apapun, termasuk oleh pelanggaran manusia terhadap aturan-Nya. Dengan sabar Dia mencari manusia dan menantinya berbalik kembali serta memberi kesempatan manusia untuk melihat kesabaran-Nya.

Tetapi manusia memang tidak pernah sadar bahwa dia memiliki Tuhan yang sabar. Manusia tidak sabar dalam menempuh hidupnya. Manusia lebih senang dengan cara hidup yang tidak tetap. Seperti manusia (Adam dan Hawa) tidak sabar dalam menahan diri dari godaan iblis yang membuatnya berontak kepada Tuhan, manusiapun tidak sabar atau tidak tekun dalam mentaati Tuhan.

Manusia lebih memilih bertindak sendiri daripada sabar menanti apa yang telah Tuhan siapkan baginya. Manusia tidak sabar menunggu tindakan Tuhan, padahal manusia tidak mampu bertahan dalam menanggung penderitaan akibat dari melawan Tuhan. Dan jika Tuhan tidak sabar, bukankah Dia dapat saja mengabaikan manusia dan bahkan menghukumnya saat itu juga?

Tuhan menunjukkan bahwa Dia tetap sabar terhadap semua tindakan manusia sampai suatu saat nanti Dia harus menunjukkan bahwa manusia akan menerima akibat dari ketidaksabaran manusia mendengar dan menerima kebaikan Tuhan. Tuhan telah menunjukkan bahwa sekalipun dosa telah memisahkan diri-Nya dengan manusia dan mengharuskan Dia mengusir manusia dari taman Eden tetapi Dia masih memberikan kesempatan kepada manusia untuk menlanjutkan kehidupannya di bumi.

Dalam sifat-Nya ini Tuhan menyelamatkan manusia dan setiap orang yang percaya kepada-Nya diberi-Nya kemampuan untuk hidup dalam kesabaran dalam menanti penggenapan janji-Nya. Orang percaya dapat dan harus bersabar dalam menjalani kehidupan di antara orang-orang yang tidak percaya. Orang percaya harus menunjukkan sifat Tuhan dalam diri-Nya kepada dunia agar dunia tahu bahwa ada Tuhan yang peduli pada manusia yang berdosa.

Orang percaya menjadi simbol kesabaran Tuhan. Itu sebabnya orang percaya harus menyadari dan dapat menjawab pertanyaan, ‘mengapa Tuhan tidak langsung membawanya ke sorga ketika dia menerima keselamatan dari Tuhan?’ Dengan demikian orang percaya akan terus bertahan dalam berbagai godaan yang mencoba membuatnya mengeluh dan tetap tekun berdiri menanggung berbagai masalah dalam kehidupannya.

Ketika orang percaya berada dalam kesulitan dan merasa seolah Tuhan meninggalkannya, pada saat itu sebenarnya Tuhan sedang menempatkan dalam diri orang percaya bagian dari sifat Tuhan yaitu kesabaran. Sifat ini memang bukan sifat manusia secara natural, tetapi adalah sifat Tuhan yang dikenakan kepada milik kepunyaan-Nya. Dan sifat ini seharusnya muncul pada saat orang percaya memandang masalah dalam hidupnya sebagai sesuatu yang tidak dapat membuatnya gagal mencapai penggenapan keselamatan dalam sorga.

Orang percaya yang menyadari bahwa dirinya terletak sifat Tuhan yang sabar adalah orang percaya yang akan membagi pemahaman atau kesadarannya tersebut kepada saudaranya yang lain. Demikian sehingga setiap orang percaya dapat menerapkan kehidupan yang penuh kesabaran, termasuk dalam membimbing orang lain yang hidup dalam tekanan.

Orang percaya yang sabar menanggung segala sesuatu adalah orang percaya yang menyadari benar apa artinya janji Tuhan. Dia tidak pernah goyah dan tidak akan mengecewakan Tuhannya.

Selengkapnya...

Timothy

Anak ketiga, itulah posisinya dalam nomor urut keluarga. Urutan yang menurut terori beberapa orang adalah urutan yang banyak kali terabaikan karena selalu dianggap telah memahami apa yang harus menjadi aturan dalam keluarga. Teori ini memang seperti teori yang lain, tidaklah benar 100%, tetapi memiliki kebenaran yang unik.

Orangtua biasanya memberikan banyak sekali aturan dan didikan kepada anak sulung, dan ketika anak kedua lahir, semangat memberikan aturan dan pendidikan masih tetap berapi-api. Sedangkan pada saat anak keempat dan seterusnya lahir, anak yang sulung telah mampu menjelaskan peraturan-peraturan yang berlaku dalam keluarga. Anak ketiga berada di posisi pada saat orangtua mulai mengabaikan pendidikan dan aturan, sementara kakak-kakaknya belum cukup mampu mengajarkan dan menjadi contoh dalam menerapkan aturan-aturan yang ada. Di posisi ini biasa sang anak akan menjadi seorang yang rela mengalah kepada kakak-kakak yang tidak mampu dilawannya dan mengalah demi adik-adik yang sangat dikasihinya.

Teori di atas memang tidak cukup berpengaruh dalam kehidupan Timothy karena dia selalu menjadi perhatian dan curahan kasih sayang. Dia juga sangat memperhatikan saudara-saudaranya dan ceria menjalani hidupnya. Teori tidak berhak mengatur hidupnya. Dialah yang hidup, dan kehidupannya adalah anugerah Tuhannya.

Dia telah melewati masa yang cukup sulit dalam hidupnya. Dia mengalami saat tidak dapat melangkahkan kakinya dalam keceriaan. Dia harus diam sendiri, karena kakinya patah. Hari-hari itu adalah ujian yang harus dijalaninya tanpa harus mengeluh, dan dia lulus. Dia dapat kembali bercanda dengan cerianya kehidupan menjelang remaja. Dia dapat berlari berkejaran bersama sahabat-sahabatnya. Baginya kesulitan telah berlalu dan kini dia bebas. Meskipun masih ada deretan kesulitan dan ujian yang terbentang di hadapannya, tetapi dia masih tetap berada dalam kehidupan dari Sang Pemilik Kehidupan.

Ketika beberapa saat yang lalu dia menghadapi ujian akhir di sekolahnya, dia tidak mungkin menghindar, apalagi melarikan diri. Ujian ini adalah ujian yang akan membuka masa depannya. Ujian ini adalah pengulangan atas semua yang ada di pengertiannya dan tergantung pada dirinya sendiri,karena ada Tuhan di sisinya dalam kesetiaan, dan dia berhasil lulus.

Selengkapnya...

ORANG PERCAYA YANG HIDUP KUDUS

20 Juli 2008 …

Pada saat orang berdosa menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya maka pada saat itu dia menjadi milik Tuhan. Dia berpindah dari mati kepada hidup. Dia menjadi manusia baru yang memiliki hidup kekal. Dia sudah dipindahkan dari kehidupan dalam dosa kepada kekudusan sehingga dia pasti akan menikmati kehidupan yang mulia di sorga yang kudus.

Alkitab mencatat bahwa orang percaya adalah orang-orang kudus. Maka seharusnyalah orang percaya menunjukkan sikap dan tingkah lakunya sebagai orang-orang kudus. Ini bukan sebuah tuntutan tetapi adalah sebuah fakta. Tidak ada alasan bagi orang percaya untuk tidak hidup kudus karena ia telah memiliki status sebagai orang kudus. Tetapi yang menjadi masalah dalam kehidupan orang percaya dalam hubungan dengan kekudusan adalah bahwa dia masih hidup dalam natur dosa. Memang dia telah memiliki status kudus tetapi alam kehidupannya masih di lingkungan yang dikuasai oleh dosa. Artinya selain status, segi hidupnya yang lain masih memiliki natur dosa.

Ini adalah masalah dalam kehidupan orang percaya. Dia telah memiliki status sebagai orang kudus tetapi secara praktis atau dalam hidup kesehariannya dia masih berjuang untuk tidak melakukan dosa. Seharusnya memang dia tidak perlu berjuang karena pada saat dia menerima status sebagai orang kudus status itu diperolehnya karena anugerah Tuhan semata bukan akibat dari perjuangannya. Mengapa sekarang dia harus berjuang untuk hidup kudus? Mengapa Tuhan tidak menganugerahkannya sekaligus?

Manusia, termasuk orang percaya mengira Tuhan memberikan anugerah hanya terbatas pada perubahan status dari orang berdosa menjadi orang kudus di mata Allah. Maka rasanya wajar jika orang percaya mengajukan pertanyaan dan sudah sepantasnya mendapat jawaban yang wajar. Dan jawaban yang harus didapatkan orang percaya adalah dari Tuhan yang telah menganugerahkan status kudus tersebut. Manusia termasuk orang percaya memang tidak memahami bahwa sebenarnya sebelum pertanyaan tersebut diajukan, Tuhan telah terlebih dahulu menyatakan apa yang harus dipahami manusia.

Orang percaya yang mengajukan pertanyaan di atas adalah orang percaya yang tidak memahami bahwa anugerah Tuhan itu tidak terbatas. Tuhan adalah Tuhan yang Mahabesar dan berlimpah dengan anugerah. Bukankah orang percaya memiliki Tuhan yang lebih besar dari dosa? Apakah Tuhan yang demikian tidak mampu memberikan anugerah kepada orang kudus untuk hidup kudus di tengah natur dosanya? Siapa yang dapat mengukur apalagi membatasi anugerah Tuhan?

Orang percaya harus menyadari dan memahami bahwa kepadanya Tuhan juga menganugerahkan kemampuan untuk hidup kudus. Karena pada saat dia masih status berdosa, dia tidak memiliki kemampuan untuk hidup menyenangkan Tuhan sehingga apapun yang dilakukannya tidak pernah dikenan Tuhan. Tetapi ketika dia diselamatkan atau dikuduskan, dia dianugerahkan kemampuan untuk hidup kudus dan Tuhan berkenan atasnya. Maka yang dihadapi dan harus dijalani orang percaya setelah memperoleh status sebagai orang yang telah dikuduskan adalah dia harus hidup mentaati Tuhan yang telah menguduskannya. Orang percaya telah dianugerahkan kemampuan untuk hidup kudus dan dengan kemampuan itu Tuhan menuntut orang percaya untuk hidup dalam ketaatan.

Orang percaya tidak harus menjaga statusnya karena itu adalah bagian Tuhan. Yang harus dilakukan orang percaya adalah bahwa dia harus menunjukkan kepada sesamanya bahwa dia telah menerima status sebagai orang kudus. Dan status itu diperolehnya oleh anugerah Tuhan semata, dengan demikian dia menjadi saksi Tuhan dan menjadi alat Tuhan untuk menarik orang berdosa ke dalam anugerah Tuhan tersebut. Inilah yang disebut sebagai kehidupan yang harus dimenangkan orang percaya.

Tuhan tidak akan menuntut ketaatan dari orang-orang belum dikuduskan-Nya karena mereka tidak memiliki hubungan dengan-Nya. Mereka tidak atau belum menjadi bagian dalam kekudusan yang Tuhan anugerahkan. Tetapi orang percaya yang telah dikuduskan adalah orang-orang yang dapat memahami hal-hal kudus yang dimiliki dan yang dikehendaki Tuhan. Sehingga orang percaya harus menjalaninya.

Tuhan tidak sekedar menganugerahkan kepada orang percaya kemampuan untuk hidup kudus tetapi juga agar orang percaya hidup dalam kekudusan. Hidup dalam persekutuan yang berbeda dengan dunia yaitu persekutuan dengan sesama orang percaya untuk saling menguatkan dan saling membantu. Hidup dalam kekudusan ini adalah hidup dalam kedamaian satu dengan lain dan menjadi gambaran kepada orang yang belum percaya apa yang dimaksud Tuhan dengan kekudusan.

Selengkapnya...

Minggu, 03 Mei 2009

Apokrifa: Kisah Petrus dan Paulus

Pada saat Kaisar Nero berkuasa, murid-murid Tuhan giat mengabarkan kasih Tuhan, yang menimbulkan kemarahan rakyat dan Nero. Oleh seorang tukang sihir bernama Simon yang sangat dibanggakan Nero, Paulus dan Petrus diminta dijatuhi hukuman mati karena Petrus menantang Simon dengan mengatakan bahwa sihirnya tidak akan berguna di hadapan Petrus.

Simon dan Nero menantang Petrus dengan cara menunjukkan sihirnya dengan cara terbang dari sebuah menara. Pada saat Simon sedang memperagakan sihirnya, Petrus berdoa sehingga Simon jatuh ke tanah dan tubuhnya terbelah menjadi empat bagian. Kejadian ini semakin menambah murka Nero yang akhirnya menangkap Petrus dan memenjarakannya untuk dihukum mati.

Sebelum pelaksanaan hukuman, Petrus berhasil melarikan diri ke luar kota Roma. Di gerbang kota Roma dia bertemu dengan seorang pria yang akan memasuki kota tersebut.

Petrus : Tuan, ke manakah Tuan hendak pergi? (Bhs. Latin : Quo vadis domine?)
Pria : Aku pergi ke Roma untuk disalibkan.

Mendengar suara pria tersebut Petrus sadar bahwa itu adalah suara Tuhan Yesus.

Petrus : Tuhan, bukankah Engkau hanya sekali disalibkan?
Tuhan : Karena engkau melarikan diri maka Aku akan menggantikanmu.
Petrus : Tuhan, aku akan kembali untuk pergi memenuhi perintah-Mu.
Tuhan : Jangan takut, Aku menyertaimu.

Kemudian Petrus kembali ke Roma dan dengan sukacita menjalani hukuman matinya. Ketika hendak disalib, Petrus meminta agar dia disalib terbalik dengan kakinya di atas, karena dia tidak layak disalib seperti Tuhannya.

Kepada orang percaya dia berkata, "Janganlah bersedih, melainkan bersukacitalah karena hari ini aku telah menerima hasil pekerjaanku."

Marsellus, seorang yang terkenal pada waktu itu, mengambil jenazah Petrus secara diam-diam dan menempatkannya di sebuah gua tempat orang Kristen beribadah (Katakombe) bersama-sama dengan jebazah Paulus dan menjaganya selama satu setengah tahun sampai kuburan bagi mereka dibangun. Jenazah Petrus dikuburkan di Vatikan, sedangkan jenazah Paulus dikuburkan di Via Ostia.

Pada akhir abad kedua, Gayus, Imam di Roma, mendirikan monumen di kuburan Petrus dan Paulus, namin pada tahun 258 kerangka Petrus dipindahkan ke Katakombe San Sebastiano, kemudian pada tahun yang sama, di Vatikan didirikan sebuah Basilika (sebuah gedung untuk orang Kristen, setelah agama Kristen diakui pemerintah), dan Basilika tersebut diberi nama Basilika Petrus. (Dikutip dari Apokrifa: Kisah Petrus dan Paulus

Selengkapnya...

ORANG PERCAYA YANG BERSUKACITA

13 Juli 2008 ...

Jika seseorang menata miliknya dengan apik dan indah, orang lain akan dapat dengan mudah menyimpulkan bahwa pemilik atau penata tersebut adalah seorang yang penuh keceriaan. Dia pasti seorang yang melakukan atau memperlakukan miliknya dengan ceria dan sukacita. Tetapi jika seseorang mendapati sesuatu berantakan dan tidak teratur maka dapat dipastikan orang tersebut tidak memiliki hati yang ceria atau sukacita. Dia pasti akan dinilai sebagai seorang yang sangat sibuk dan mungkin dengan terpaksa harus mengabaikan miliknya.

Orang percaya harus selalu menyadari bahwa dia dimiliki dan memiliki Tuhan Pemilik alam raya bahkan alam yang akan datang. Tuhannya adalah Tuhan yang mengatur seluruh alam dengan aturan-Nya sendiri dan semuanya berjalan dalam kontrol-Nya. Dia tidak pernah serampangan melakukan sesuatu karena Dia selalu melihat sesuatu dalam keindahannya sendiri. Dia menata milik-Nya dan melihatnya dalam sukacita-Nya.

Jika manusia melihat keindahan dirinya sebagai ciptaan Tuhan maka sebenarnya manusia dapat dengan mudah memahami bahwa Tuhan yang menciptakannya adalah Tuhan sumber keindahan. Dan dengan demikian dia dapat membayangkan dengan sesederhana mungkin bahwa pada saat Tuhan menciptakannya pastilah Tuhan menciptakannya dalam suasana yang ceria dan sukacita. Tuhan menempatkan bulan dan bintang-bintang pada tempat yang tepat sehingga cahaya lembutnya dapat dinikmati dalam ketenangan malam. Dia menata lembah dan aliran sungai dengan riak air yang mengalir tempat ikan-ikan berenang. Demikian juga ketika dia menempatkan pepohonan rindang dan bebungaan tempat burung-burung berkicau.

Semua keindahan yang ditata Tuhan menunjukkan betapa Dia menciptakannya dengan sukacita dan untuk sukacita. Dia menempatkannya dan merawatnya agar ciptaan-Nya terutama manusia menikmatinya dalam sukacita. Dapat dikatakan bahwa sukacita dalam kehidupan manusia adalah anugerah Tuhan yang telah dikerjakan-Nya pada saat penciptaan langit dan bumi dan seisinya.

Memiliki Tuhan yang mengatur segala sesuatu dengan indah adalah anugerah terindah dalam hidup orang percaya. Dengan hanya menikmati keindahan ciptaan Tuhan di luar diri orang percaya saja sudah dapat dipastikan bahwa orang percaya akan bersukacita, apalagi menikmati karya Tuhan dalam hidupnya. Hal ini menunjukkan bahwa sukacita tidak seharusnya tersembunyi dalam diri orang percaya.

Sukacita orang percaya tidak akan terselubung dalam kehidupan yang menurut kacamata orang yang tidak percaya adalah kehidupan yang penuh perjuangan sehingga tidak ada waktu untuk melihat indahnya kuasa Tuhan. Orang percaya memang tidak hidup dalam dunia yang berbeda dengan orang tidak percaya, tetapi orang percaya berbeda dalam melihat dan menikmati hidup. Orang percaya memang berjuang, tetapi perjuangannya bukan tanpa sukacita, karena orang percaya tahu bahwa hidupnya adalah keajaiban ciptaan Tuhan yang dianugerahkan dari kesukacitaan.

Orang percaya harus menyadari bahwa di dunia ini dia hidup sementara dan tidak ada satupun kuasa yang dapat melepaskan dia dari kasih Tuhannya. Kesementaraan dunia ini adalah kenikmatan yang sementara sehingga adalah suatu kerugian jika dia tidak menjalaninya dengan sukacita. Tetapi orang percaya tidak pernah terikat oleh kesementaraan dunia ini.

Orang percaya memiliki kepastian hidup kekal sehingga kehidupan dalam dunia ini adalah kehidupan yang dipersiapkan baginya oleh Tuhan untuk menikmati kehidupan kekal bersama dengan Tuhannya. Apapun yang terjadi dalam kehidupannya selama di dunia ini tidak dapat membatalkan bahkan tidak dapat menunda saat dimana dia harus beralih menikmati kehidupan yang sesungguhnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan yang sementara ini, orang percaya mengalami banyak sekali hambatan dalam menikmati sukacita dari Tuhan. Orang percaya banyak kali menderita atau mengalami pergumulan yang berat tetapi karena dia berada dalam kehidupan yang sementara maka itu berarti pergumulan dan penderitaanpun adalah sementara. Sedangkan sukacita bukanlah hal yang sementara karena sukacita adalah anugerah dari Tuhan yang kekal. Sukacita telah ada bersama-Nya dalam kekekalan dan ditunjukkan-Nya pada saat Dia menciptakan alam semesta.

Dalam kehidupan sementara ini Tuhan tahu bahwa orang percaya banyak kali terhambat dalam menikmati dan membagikan sukacitanya, maka Tuhanpun memerintahkan orang percaya agar tetap bersukacita dalam segala hal. Perintah ini tidak berarti bahwa orang percaya memilikinya sehingga tidak layak jika tidak dinikmati. Orang percaya yang bersukacita adalah orang yang menikmati kehidupan dari Tuhan.

Selengkapnya...

Rasanya Ibadah Kali Ini Akan Sepi

Ketika memasuki ruangan ibadah dan menatapi deretan kursi kosong yang berderet teratur, dari hati muncul rasa yang bercampur aduk antara sukacita dan kekuatiran. Sukacita karena Tuhan telah memberikan tempat ini untuk dipakai sebagai tempat memuliakan dan melayani-Nya. Kuatir karena kami sangat menyadari kemampuan dan kekurangan kami dalam pelayanan ini.

Kami seperti seorang anak yang diberi mainan baru. Kami bergantian membersihkan lantai dan kursi. Dan tanpa letih kami berulang kali mengatur kembali letak kursi agar semua kelihatan rapi dan nyaman. Kami begitu takut ada yang salah sehingga akan membuat orang lain tidak nyaman.

Dari semua yang kami lakukan sebenarnya perasaan kami sedang bergolak. Rasanya kursi-kursi ini terlalu banyak dan ruangan ini terlalu luas jika dibandingkan dengan jumlah anggota jemaat dalam persekutuan kami. Maka bagaimana mungkin tempat ini akan terisi? Bagaimana mungkin kami dapat beribadah dengan gegap gempita seperti yang dimiliki oleh persekutuan lain di sekitar kami?

Kami tidak memiliki pelayan yang cukup ahli dalam pelayanan. Kami tidak memiliki pengarah acara yang berkharisma atau pemusik yang terlatih dan pemimpin pujian yang mumpuni. Maka wajar jika kami merasa ibadah kali ini sepi.

Kami menyadari kekurangan kami dan apa yang kami miliki. Kami juga sadar bahwa kami sedang berada di situasi yang sangat menggoncangkan perasaan kami. Kami membayangkan bagaimana susahnya saudara-saudara seiman kami mengubah kebiasaan dalam hal waktu, situasi dan sikap. Mereka pasti akan mengalami banyak pertentangan dan kami tidak tahu apa yang akan mereka putuskan.

Tetapi kami sudah ada di sini. Kami tidak mungkin berdiri tanpa berbuat sesuatu atau mundur apalagi lari. Di sini kami telah diberi kesempatan oleh Tuhan untuk melakukan sesuatu bagi kemuliaan-Nya. Maka kami harus menyatakan, 'mengapa kami ada, apa yang kami percayai, apa yang sedang kami lakukan dan apa yang akan kami lakukan ke depan'.

Kami akan saling bahu membahu mengangkat beban, tidak peduli berapa jauh perjalanan yang harus kami tempuh. Kami akan melakukan apa yang harus kami lakukan sekalipun itu tidak sempurna. Jikapun suasana ibadah akan sepi, kami tetap akan beribadah. (GAA-Tng)
Selengkapnya...