Minggu, 05 Juli 2009

Mengucap Syukur Dalam Damai

II Korintus 2:3

Surat Paulus yang kedua kepada jemaat di Korintus adalah surat yang penuh dengan air mata. Paulus berkata bahwa ia menulis bahkan dengan mencucurkan air mata bagi jemaat di Korintus. Namun satu hal yang menarik adalah surat ini diawali dengan sebuah ucapan syukur yang tak terhingga kepada Allah Bapa yang penuh belas kasihan dan yang menjadi penghibur bagi Paulus.

Dalam keadaan hati yang hancur ia menulis surat ini, namun ia masih bisa mengucap syukur. Sesuatu yang mustahil untuk dilakukan, namun itulah kenyataannya. Paulus mampu melakukannya bukan karena ia cukup hebat dan cukup mampu untuk itu, tapi karena ia cukup merasakan ada damai yang sejati jauh di lubuk hatinya yang paling dalam. Kedamaian yang tidak bisa direnggut oleh situasi, oleh kesedihan bahkan oleh apapun.

Damai sejahtera yang didapatnya dari Allah ini, memampukan Paulus untuk mengucap syukur sekalipun dalam keadaan yang teramat sulit dan mustahil untuk mengucap syukur. Paulus tetap merasa terhibur sekalipun ia tengah menangis, penghiburan itu datang dari Allah, yang memberikan damai sejahtera dalam hati Paulus.

Kita pasti tidak lebih hebat dari Paulus karena kita pun menghadapi masalah. Situasi seperti apa yang sedang kita alami sekarang ini? Apakah kita tengah menangisi sesuatu? Kecewa dengan seseorang, seperti yang dirasakan Paulus terhadap jemaat Korintus? Apakah kita tengah sakit hati pada orang lain? Masih terasakah damai di hati kita? Hanya damai dari Allah yang dapat memampukan kita untuk mengucap syukur pada Allah Bapa dan sumber kedamaian. (CW)

Selengkapnya...