Minggu, 14 Juni 2009

Allah Bersukacita

Mazmur 104:31

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan yang sementara ini, orang percaya mengalami banyak sekali hambatan dalam menikmati sukacita dari Allah. Orang percaya banyak kali menderita atau mengalami pergumulan yang berat tetapi karena dia berada dalam kehidupan yang sementara maka itu berarti pergumulan dan penderitaan pun adalah sementara. Sedangkan sukacita bukanlah hal yang sementara karena sukacita adalah anugerah Allah yang kekal.

Sukacita telah ada bersama Allah dalam kekekalan dan ditunjukkan-Nya pada saat Dia menciptakan alam semesta. Perhatikanlah apa yang terjadi ketika Allah selesai menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. Kata yang ada dalam Alkitab adalah, Allah melihat bahwa semuanya baik. Bukankah itu suatu sukacita?

Dalam kehidupan sementara ini Allah tahu bahwa orang percaya banyak kali terhambat dalam menikmati dan membagikan sukacitanya, maka Allah pun memerintahkan orang percaya agar tetap bersukacita dalam segala hal. Perintah ini tidak berarti bahwa sukacita harus dicari atau dibuat tetapi adalah tanda bahwa orang percaya memilikinya sehingga tidak layak jika tidak dinikmati. Orang percaya yang bersukacita adalah orang yang menikmati kehidupan dari Allah.

Apapun yang terjadi dalam kehidupan orang percaya selama di dunia ini tidak dapat membatalkan bahkan tidak dapat menunda saat dimana dia harus beralih menikmati kehidupan yang sesungguhnya. Allah bersukacita untuk semua yang ada bersama-Nya karena sukacita-Nya adalah kemuliaan-Nya. (SP)

Selengkapnya...

Damai Sejahtera Allah

1 Korintus 1:3

Kita sering sekali menggunakan kata syalom dalam percakapan sehari-hari. Bahkan kadang-kadang kata itu tidak lagi memiliki makna sama sekali, hanya sekedar sebuah salam pembuka dalam pidato, khotbah atau bahkan ketika kita bertemu dengan saudara seiman.

Dalam setiap suratnya, Paulus selalu menggunakan kata yang sama sekalipun dalam bahasa yang berbeda. Karena kata damai dalam bahasa Ibrani adalah syalom sementara dalam bahasa Yunani adalah "eirene". Dua kata ini bukan kata sifat. Namun justru adalah kata benda yang menggambarkan satu situasi. Damai sejahtera hanya satu, tidak ada damai sejahtera yang lain. Dan dalam setiap kata damai sejahtera yang digunakan Paulus dalam semua suratnya selalu menyatakan bahwa itu dilakukan oleh Yesus Kristus.

Jadi, damai sejahtera itu hanya ada dalam Yesus. Damai sejahtera itu hanya diberikan oleh Yesus. Damai sejahatera itu hanya berasal dari Yesus saja. Dalam pengertian bahwa orang-orang di luar Yesus tidak mungkin mengalami damai sejahtera. Hanya mereka yang ada dalam Yesus saja yang akan mampun merasakan damai yang sejati dari Yesus.

Yang menjadi masalah adalah realita sekarang justru sebaliknya. Orang yang ada dalam Yesus tidak menyadari kalau mereka memiliki damai itu, dan justru mereka yang di luar Yesus yang berpikir mereka dalam damai. Keadaan yang menyedihkan memang, karena kita seharusnya menjadi contoh yang nyata tentang damai sejahtera yang sejati dan bukannya malah meragukan Allah yang telah mengaruniakan damai sejahtera itu. (CW)

Selengkapnya...

Memuliakan Allah

Yesaya 43:7

Mengapa kita harus memuliakan Allah? Apakah Allah pantas untuk kita muliakan? Atau apakah Allah kurang mulia sehingga manusia harus memuliakan-Nya?

Jika kita membuat atau membeli sesuatu barang, maka tujuannya adalah supaya kita bisa menggunakan barang tersebut untuk kebutuhan kita. Ketika Allah menciptakan manusia, tujuan-Nya adalah supaya manusia yang ia ciptakan dapat memuliakan Dia. Allah adalah pencipta kita sehingga Dia pantas kita muliakan, pantas kita puji, pantas kita agungkan dan pantas kita sembah.

Kita memuliakan Dia bukan berarti Dia kurang mulia, jikalau kita memuliakan Dia maka Dia tidak terpengaruh apa-apa. Kalau kita memperhatikan, matahari memiliki sumber cahaya sendiri dan kalau kita menggunakan kaca untuk memantulkan sinarnya ke tempat yang agak gelap maka cahaya itu akan menerangi tempat yang agak gelap itu, tetapi kalau kaca itu dipantulkan ke matahari maka matahari tidak terpengaruh atau bertambah terang.

Ilustrasi ini menggambarkan bahwa jikalau manusia memuliakan Allah maka Allah tidak bertambah mulia tetapi manusia wajib untuk memuliakan Allah karena Allah adalah pencipta. Paulus mengatakan muliakanlah Allah dengan tubuhmu, karena tubuhmu adalah bait Allah (Roma 12:1, 1 Kor 3:16). Kadang-kadang kita sebagai orang percaya lupa bahwa tubuh kita ini adalah bait Allah dan Allah berdiam di dalam kita, artinya kemanapun kita pergi, apapun yang kita lakukan dalam kehidupan setiap hari, Allah ada bersama-sama dengan kita.

Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memuliakan-Nya. (AW)

Selengkapnya...

Orang Percaya Hendaklah Bercahaya

Filipi 2:15

Manusia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada alam ini jika tidak ada cahaya. Sekarang pun manusia merasa tidak nyaman jika pada siang hari tiba-tiba mendung tebal menutupi angkasa dan langit menjadi kelabu. Apalagi bila pada malam hati lampu tidak menyala. Pada saat seperti itu manusia selalu menyadari bahwa dia selalu memerlukan cahaya sebagai penerang.

Manusia tidak hanya membutuhkan cahaya yang berhubungan dengan inderanya (fisik) tetapi juga dengan kehidupan rohaninya. Jika cahaya yang berhubungan dengan fisiknya dapat dipenuhi oleh sesuatu yang dapat ditangkap oleh fisik, maka cahaya rohani hanya dapat dipenuhi oleh sesuatu yang rohani, dan itu adalah Tuhan. Tuhan adalah sumber cahaya yang dapat ditangkap oleh fisik maupun oleh rohani manusia. Kegelapan karena dosa hanya dapat disibak oleh Tuhan yang berkuasa atas dosa dengan cara membuka tirai kegelapan dan menciptakan hubungan dengan Dia sumber cahaya tersebut.

Setiap orang yang telah memiliki hubungan dengan Tuhan memiliki cahaya yang harus dipantulkan kepada sesamanya yang dibelenggu kegelapan. Dia tidak boleh hanya menjadi penerima tetapi tidak menjadi penyalur. Ini adalah keharusan, karena orang percaya tidak sepantasnya menahan cahayanya untuk dirinya sendiri. Dia harus terus bercahaya (Mat 5:16, Flp 2:15). Dan cahaya itu adalah kesaksian hidupnya yang memuliakan Allah.

Jika hari ini kita bertanya, "Apakah kita sedang memancarkan cahaya Tuhan ataukah kita sedang menghalangi orang lain melihat cahaya kemuliaan Tuhan dalam diri kita karena kesaksian hidup kita yang jelek?" (SP)

Selengkapnya...

Bersukacita Karena Menderita! Mungkinkah?

Kolose 1:24

Sekilas membaca judul renungan kita kali ini mungkin adalah hal yang biasa. Bukanlah sesuatu yang mengejutkan jika kita mendengar bahwa kita harus tetap bersukacita sekalipun kita ada dalam penderitaan. Khotbah-khotbah bernada seperti ini adalah makanan kita setiap hari. Apalagi ketika kita memikirkan betapa beratnya beban dan persoalan yang kita hadapi di dunia yang serba sulit ini.

Tapi mari kita membacanya dengan lebih seksama. Renungan kali ini bukanlah mengajar kita agar tetap bersukacita sekalipun dalam penderitaan, tapi Kolose 1:24 menulis tentang "bagaimana bersukacitanya seorang Paulus karena ia boleh menderita". Apakah kita telah melihat perbedaan dengan jelas?

Ketika merenungkan bagian ini, ingatlah bahwa orang percaya tidak hanya harus rela bersukacita dalam penderitaan yang kita hadapi tapi juga harus "mampu" bersukacita karena kita menderita dalam pelayanan. Dengan kata lain penderitaan kita adalah alasan mengapa kita harus bersukacita.

Jika saat ini kita sedang dalam sebuah penderitaan karena pelayan kita dan rasanya sulit sekali untuk tetap mengucap syukur atau bersukacita karena penderitaan kita, maka mari kita mulai dengan menjadikan penderitaan kita sebagai alasan untuk bersukacita. Saya percaya jika kita melihat penderitaan sebagai alasan untuk kita bersukacita maka kita pasti akan merasa terbeban dengan penderitaan itu. Di atas segalanya ingatlah bahwa ini adalah penderitaan dalam pelayanan, bukan penderitaan karena kebodohan kita sendiri. (CW)

Selengkapnya...

Allah Mahaada

Yeremia 23:23

Seseorang pernah ditanya, "Mengapa engkau di sini?", dengan santai dijawabnya, "Karena aku tidak di sana". Jawaban ini menyatakan bahwa manusia tidak dapat berada di tempat yang berbeda pada saat yang sama. Teknologi mungkin dapat membuat manusia mengetahui apa yang terjadi di suatu tempat sekalipun dia berada di tempat lain, tetapi entah kapan teknologi dapat membantu manusia berada di tempat yang berbeda pada waktu yang bersamaan. Mungkin manusia harus bekerja lebih keras lagi untuk menciptakan teknologi yang dapat mengubah tubuh manusia dan materi menjadi non materi.

Manusia berbeda dengan Allah karena Allah bukan materi seperti manusia. Allah tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Bukan hanya karena Dia adalah Roh tetapi Dia sempurna. Malaikat juga adalah makhluk roh tetapi malaikat tidak sempurnaa sehingga tidak dapat berada di tempat yang berbeda pada saat yang sama. Demikian juga dengan iblis. Iblis membodohi manusia dengan bertindak seolah-olah dia dapat berada di tempat yang berbeda pada saat yang bersamaan. Iblis tidak mahaada sehingga manusia tidak pantas takut apalagi menghormatinya setara dengan Allah.

Allah yang tidak terbatas dan yang sempurna adalah Allah yang tidak hanya menciptakan dunia materi tetapi adalah Allah yang juga menciptakan segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Allah inilah yang menciptakan ruang dan waktu dan tidak terikat olehnya. Maka hari ini jika kita menghadapi sesuatu, ingatlah bahwa Allah kita tidak terbatas.

Dia ada di sini dan selalu menolong kita. (SP)

Selengkapnya...

Alasan Utama Bersukacita

Lukas 10:20

Jika kita bertanya pada diri kita sendiri, apakah yang menjadi alasan kita bersukacita? Bukan sumber sukacita tapi alasan utama mengapa kita bersukacita? Apa kira-kira yang akan menjadi jawaban kita? Apa hal pertama yang akan terlintas dalam pikiran kita?

Mungkinkah itu karena kita merasa dikasihi, diterima atau mungkin karena dibelikan sesuatu oleh seseorang? Mendapat banyak uang, mungkin? Kita mungkin akan berkata bahwa itu hanyalah alasan sekunder dan kita mulai mencari alasan lain yang lebih tepat. Tapi sebenarnya inti sukacita kita berhubungan dengan suasana kita. Mungkin kita akan mengatakan karena Tuhan ada di samping kita, karena Ia mengasihi kita dan sederetan alasan yang berhubungan dengan apa yang kita rasakan.

Namun ada satu bagian Alkitab yang menyebut alasan utama mengapa kita harus bersukacita dan sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang kita rasakan adalah karena nama kita terdaftar di Sorga. Wow!!! Betapa hebatnya hal itu.

Adakah orang yang bersukacita karena ia memiliki KTP? Mungkin tidak ada. Orang percaya juga sering melupakan hal ini. Kita cenderung mengutamakan perasaan dikasihi dan diterima oleh Allah dan mengabaikan fakta bahwa nama kita tercatat di sorga. Karena kita adalah warga sorga, maka kita harus bertindak sebagai orang-orang sorga. Dan salah satu ciri orang sorga adalah bersukacita dalam segala keadaan!

Mari bersukacita bukan karena terikat pada satu situasi yang kita rasakan tapi bersukacita karena siapa diri kita di dalam Kristus. (CW)

Selengkapnya...

Minggu, 07 Juni 2009

Sukacita Karena Ketaatan Saudara Seiman

Roma 16:19

Kita sering mendengar berita tentang saudara seiman kita yang diintimidasi bahkan dianiaya oleh orang-orang yang tidak percaya. Mereka diusir dari tempat mereka beribadah atau tempat mereka belajar Alkitab sehingga mereka harus mengungsi dan belajar atau beribadah di tempat terbuka dan di jalanan.

Kita pasti sedih atau mungkin juga geram mendengar dan melihat semua itu. Tetapi ketika saudara-saudara kita tersebut tetap kuat dan tidak pernah kendor menyembah Tuhan, maka ada sesuatu yang mengalir dalam hati kita. Sesuatu itu adalah sukacita.

Kita bangga memiliki saudara seiman yang taat, kuat dan tetap bergantung pada Tuhan. Kita merasa kecil dan tidak punya apa-apa ketika membandingkan diri kita dengan mereka. Mereka adalah anak-anak Tuhan yang luar biasa yang berdiri di garis depan dalam pelayanan. Mereka pantas menjadi pembagi sukacita dari Tuhan sepantas mereka mengalami penderitaan. Mereka berhak menerima kemuliaan karena telah menjadikan setiap orang percaya bersukacita.

Semoga pada suatu saat nanti ada juga saudara seiman kita yang bersukacita karena kita mentaati Tuhan dengan sungguh-sungguh. Dan semoga kita tidak perlu berteriak, "bersukacitalah" apabila kita telah memperlihatkan ketaatan kita dan karena mereka telah mengerti bahwa kita adalah orang-orang yang taat pada Tuhan. Dan mereka pun bersukacita. (YW)

Selengkapnya...

Tuhan Menyapa Kita Hari Ini

Yohanes 1:14

Ketika kita melihat dua orang sahabat saling bersalaman dan menyapa "Hallo, apa kabar?", bagaimana perasaan atau penilaian kita terhadap mereka? Apakah kita juga pernah bertemu dengan seseorang dan menyapanya dengan akrab? Atau pernahkah kita disapa disertai senyuman dari seseorang yang asing bagi kita?

Sebagai manusia yang tidak diciptakan untuk hidup sendirian, kita selalu memiliki perasaan bahagia jika disapa seseorang dengan sopan dan ceria. Sebaliknya kita juga sering mengekspresikan suasana hati kita dengan menyapa orang lain. Sukacita dalam saling menyapa yang ada pada kita sebenarnya bermula dari Allah kita.

Allah Pencipta menyapa kita dengan menggunakan keindahan alam sehingga kita tahu Dia ada. Dia juga menyapa kita dengan Alkitab. Bahkan Dia tidak hanya menyapa kita tetapi menyapa semua manusia bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan menghadirkan Anak-Nya Yang Tunggal hidup di antara manusia.

Dia menyapa manusia karena Dia peduli. Dia mau manusia mengetahui bahwa Dia selalu ada untuk menjadi sahabat dalam situasi apapun dan Dia berkuasa melepaskan manusia dari berbagai masalah. Tetapi sayang sekali sapaan Tuhan tersebut diabaikan sebagian besar manusia, padahal Tuhan menyapa dengan firman-Nya setiap saat.

Dia ingin kita tahu bahwa hari ini Dia sedang berkata, "Aku mengasihimu". Dia telah memberikan kita kemampuan dengan banyak cara untuk menyapa-Nya. Dan Dia pun ingin kita menyapa-Nya dengan doa kita. (SP)

Selengkapnya...

Menjadi Seperti Yesus

Efesus 1:19

Apakah kita suka mendekorasi atau menata sesuatu menjadi menarik dan indah? Apabila kita mempunyai kamar atau rumah sendiri, kita akan mendekorasinya seindah mungkin. Kita akan mendekorasinya dengan baik dan tidak akan berhenti sebelum kamar atau rumah kita itu nyaman dan indah. Kita akan mengubah beberapa bagian dan mungkin akan membuang bagian-bagian yang tidak perlu atau menambahkan sesuatu kepada sesuatu yang kita anggap masih kurang.

Begitu juga dengan Allah. Ketika kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, Roh Kudus ada di dalam hati kita. Ketika Roh Kudus berada di dalam hati kita, Dia akan mulai mengubah hati kita, Kebencian diganti dengan kasih. Dukacita diganti dengan sukacita. Rasa tidak aman diganti dengan damai sejahtera. Dinding-dinding kemarahan dibongkar dan banyak hal dilakukan ketika Dia menata hati kita.

Ketika hati kita ditata, prosesnya tidaklah menyenangkan, apalagi yang harus dibongkar adalah hal yang kita banggakan atau yang kita minati. Pada saat itu akan terjadi sesuatu yang menyakitkan kita karena kita enggan melepaskan apa yang kita banggakan atau minati tersebut. Kita merasa sedang dilukai, padahal sedang diobati.

Allah mempunyai cara penataan hati yang sempurna bagi kita. Allah mau supaya kita menjadi indah, dan Dia tidak akan berhenti sebelum rancangan-Nya selesai. Allah berkuasa mengubah hati karena Dia adalah pemilik kita. Tujuan-Nya menata kehidupan kita adalah karena Dia mau supaya kita menjadi seperti yang diingini-Nya. (YW)

Selengkapnya...

Kata-Kata Hari Ini

Kolose 4:6

Pada waktu kita melihat dan mendengar seorang anak kecil belajar mengucapkan sesuatu, kita selalu tersenyum sekalipun kita tidak mengerti apa yang dimaksudkannya. Dan ketika dia mampu mengucapkan sesuatu yang membuat kita mengerti, betapa bahagianya kita. Kita senang mendengar setiap kata yang keluar dari mulut kecilnya, sehingga tidak jarang kita juga turut serta berkata-kata seperti yang diucapkannya.

Rasanya kita tidak pernah memarahi seorang anak kecil yang dengan cadelnya mengucapkan sesuatu. Kita tidak pernah merasa bahwa apa yang dia ucapkan adalah sesuatu yang tidak benar. Kita bahkan tidak pernah bosan mendengar segala ocehannya. Sepertinya kita sadar bahwa ketika seumur dia kitapun selalu mengeluarkan perkataan yang membuat orang lain gembira dan tidak merasa tersinggung apalagi tersakiti.

Tetapi bagaimana setelah kita telah menjadi dewasa dan menjadi seperti sekarang ini? Masihkah kita senang mendengar kata-kata yang terucap dari mulut seseorang yang telah lancar berbicara sama seperti kita senang mendengar seorang bocah bicara? Masihkah orang lain senang mendengar kata-kata kita? Atau perlukah kita kembali menjadi seperti seorang anak yang sedang belajar mengucapkan sesuatu?

Rasanya kita harus selalu belajar mengeluarkan kata-kata yang menjadi berkat bagi orang lain, karena itu adalah kehendak Tuhan. Hendaklah sejak hari ini, kata-kata kita senantiasa penuh kasih dan tidak hambar sehingga kita menjadi berkat bagi orang lain. (SP)

Selengkapnya...

Beribadah Dengan Sukacita

Mazmur 100:2

Kita telah memahami bahwa orang percaya harus memuliakan Allah atau menyembah Allah lebih daripada orang-orang lain yang menyembah allah mereka. Hal ini harus dilakukan karena orang percaya memiliki Allah yang benar. Dia adalah satu-satunya Allah yang menyatakan diri kepada manusia sebagai pemilik alam raya dan semua yang ada di dalamnya.

Renungan hari ini mengajak orang percaya untuk beribadah kepada Allah dengan sukacita. Ibadah itu terjadi karena orang percaya memahami dengan benar bahwa Allah adalah satu-satunya, pemilik dan pelindung, baik dan kasih setia-Nya untuk selama-lamanya (Maz 100:3,5). Tidak ada allah yang setara dengan Allah yang dimiliki orang percaya karena Dia tidak hanya menerima ibadah orang percaya tetapi Dia juga menjadikan orang percaya bersukacita karena Dia mengkomunikasikan kebenaran-kebenaran tentang-Nya.

Tetapi, ketika orang percaya beribadah maka ibadah tersebut dijalankan bukan hanya karena orang percaya memahami kebenaran yang dinyatakan Allah. Adalah tidak benar jika orang percaya beribadah hanya berdasarkan pemahamannya. Jika hanya berdasarkan pemahaman, maka bisa saja pemahamannya salah. Itulah sebabnya ibadah orang percaya adalah obadah karena Allah benar dan apa yang dinyatakan-Nya adalah benar.

Allah adalah benar dan kebenaran-Nya adalah mutlak sehingga orang percaya yang memahami ini adalah orang percaya yang tahu kepada siapa dia beribadah dan dia akan beribadah dengan sukacita. (YW)

Selengkapnya...

Pujian Hari Ini

Mazmur 145:1-3

Dunia dengan alat komunikasinya yang canggih sekarang ini telah menguasai kita dengan menjejali berita bermuatan gosip dan kritikan bahkan umpatan terhadap orang lain. Kita telah menjadi biasa dengan berita miring yang membangkitkan rasa benci dan permusuhan sehingga tanpa disadari kita lupa bahwa ada bagian dalam hidup kita yang terabaikan. Bagian itu adalah kemampuan memberikan pujian pada sesuatu atau seseorang.

Kita mungkin tidak lagi menyadari bahwa sebenarnya kita selalu merasa senang memberikan pujian kepada orang lain. Hal tersebut tampak jelas ketika kita memuji dengan gemas seorang bayi yang menggemaskan. Atau semangat yang menggebu dari para remaja yang memuji setinggi langit orang yang diidolakannya.

Memberi pujian akan membuat wajah berseri karena hati akan mengenyahkan perasaan yang menyakitkan. Tidak heran jika dalam kehidupan manusia, Tuhan memberikan suatu kemampuan untuk memuji. Kemampuan memberi pujian ini penting terutama untuk diarahkan kepada-Nya bukan hanya karena Dia senang mendengarnya tetapi supaya kita menikmati dampak dari pujian tersebut.

Maka marilah mulai memberikan pujian terutama kepada Tuhan. Marilah mulai memuji Tuhan dengan nyanyian sekalipun itu hanya dalam hati ketika kita sedang membaca renungan ini. Percayalah kita tidak pernah akan kekurangan sesuatu jika kita memuji apalagi memuji Tuhan. (SP)

Selengkapnya...

Kekuatan Dan Sukacita

1 Tawarikh 16:27

Setiap orang mempunyai cara yang berbeda menghadapi permasalahan dalam kehidupannya. Ada yang menggunakan kekuatan tinjunya, kekuatan orang tuanya ataupun kekuatan uangnya. Ketika kita menjadi tua, sudah pasti kita akan kalah dalam bertinju, ketika orang tua kita tidak ada lagi maka kekuatan kita juga hilang, ketika uang kita habis, kekuatan kita juga habis. Masalah datang silih berganti dan tidak peduli apakah kita sedang kalah, kehilangan atau kehabisan.

Semua yang kita banggakan tidak cukup, tidak sempurna dan selalu berubah. Padahal kita perlu dan membutuhkan kekuatan yang cukup, sempurna dan tidak berubah untuk menghadapi permasalahan dalam hidup kita. Nah, jika sudah seperti ini, pertanyaannya sekarang adalah di mana kita mendapatkan kekuatan yang seperti itu? Jawabannya adalah tempat Allah.

Di tempat Allah ada kekuatan. Karena Allah adalah Mahakuasa, maka kuasa-Nya tidak terbatas, kuasa-Nya sempurna dan kuasa-Nya tidak berubah. Tidak hanya kekuatan untuk menghadapi masalah, di tempat Allah juga ada sukacita. Di situ ada keagungan dan semarak yang tidak pernah ada dan tak akan ada di tempat lain termasuk di tempat yang dianggap ada allah lainnya.

Ketika kita datang kepada Tuhan dalam doa, kita berada di tempat Allah. Kita bicara dengan Allah berhadap-hadapan dan mencurahkan segala pergumulan kita. Pada saat itu kita menerima sukacita dan kekuatan karena kita berada pada sumbernya. Mari kita ke tempat Allah dengan beriman kepada-Nya. (YW)

Selengkapnya...

Kamis, 04 Juni 2009

Sukacita Karena Diajak Beribadah

Mazmur 122:1

Beberapa orang di antara kita senang menikmati suasana pesta. Motivasi kehadiran dan kenikmatanpun berbada-beda. Ada yang senang diperhatikan dan dipuji, ada juga yang senang bertemu dengan orang-orang yang dikenal dan lama tidak bertemu dan lain sebagainya. Demikian juga ada di antara kita yang senang mengajak orang lain untuk menikmati suasana indah dan ceria. Motivasinya pun berbeda-beda.

Hal yang samapun terjadi dalam kehidupan beribadah atau ke persekutuan atau ke gereja. Ada yang sangat senang menikmati persekutuan dan ada juga yang sangat senang mengajak orang lain. Motivasinya pun berbeda-beda dan nyaris tidak terlihat karena bersembunyi dengan rapi di balik sikap yang ada.

Daud dalam nyanyian ziarahnya menyatakan bahwa dia bersukacita ketika ada orang yang mengajaknya ke rumah Tuhan. Sukacitanya muncul karena dia memiliki motivasi yang benar. Dia memahami bahwa di rumah Tuhan adalah tempat dia dan orang-orang bersyukur kepada Tuhan dan memohon kesejahteraan bagi mereka. Di situ dia ingin berbuat baik bagi saudara-saudara sebangsanya dengan berbagi berkat. Tidak heran jika dia bersukacita ketika bersama dengan saudara-saudaranya berada di rumah Tuhan.

Hari ini, apakah kita juga memiliki sukacita yang sama dengan Daud? Apakah kita bersukacita ketika ada orang yang mengajak kita beribadah? Ataukah kita dengan sukacita mengajak orang lain beribadah dan bersama mereka menikmati persekutuan dengan Tuhan? (SP)

Selengkapnya...

Pilihlah Hal Yang Benar

Yosua 24:15

Semua orang pasti pernah berhadaoan dengan yang namanya membuat keputusan. Sadar atau tidak setiap pagi hari waktu bangun dari peraduan kita sudah mengambil keputusan untuk bangun, kemudian mengambil keputusan untuk mandi dan sebagainya. Tapi hal-hal seperti itu mungkin bukan keputusan yang berat untuk diputuskan walaupun sebenarnya sangat penting dan sangat berpengaruh pada kehidupan kita.

Apakah kita memutuskan untuk memilih hal yang benar ketika kita diperhadapkan pada pilihan yang sulit? Atau kita berpikir ... ya namanya juga manusia, jadi tidak menjadi masalah apabila salah memilih karena itu kan manusiawi. Atau kita sama sekali tidak tahu harus memilih sesuatu dengan tepat sehingga kita tidak bisa memutuskannya. Kebingungan kita menentukan pilihan sebenarnya secara tidak sadar untuk beberapa saat, kita sudah mengambil keputusan untuk tidak memilih.

Sebagai orang percaya dan dikasihi Allah, dalam menghadapi banyak pilihan yang harus kita putuskan, kita pun harus menentukan apa yang akan kita pilih. Dan yang pasti kita harus memutuskan untuk memilih hal yang berkenan kepada Allah, hal yang memuliakan Kristus karena itu adalah pilihan sudah pasti benar. Ketika kita bangun pagi hari, pilihan yang sudah pasti benar untuk kita pilih adalah pilihan yang sama dengan yang dipilih Yosua yaitu "beribadahlah kepada Tuhan".

Jika Yosua telah menentukan pilihannya, kitapun dapat memilih hal yang benar. Marilah kita memilih untuk beribadah kepada Tuhan setiap hari. (YW)

Selengkapnya...

Sukacita Karena Perbuatan Tuhan

Mazmur 92:5

Sebagai orang percaya kita harus selalu menyadari bahwa kita dimiliki dan memiliki Tuhan pemilik alam raya bahkan alam yang akan datang. Tuhan kita adalah Tuhan yang mengatur seluruh alam dengan aturan-Nya sendiri dan semuanya berjalan dalam kontrol-Nya. Dia tidak pernah serampangan melakukan sesuatu. Dia menata milik-Nya dan melihatnya dalam keindahan dan sukacita-Nya. Sehingga kitab Kejadian mencatat semua yang diciptakan-Nya sebagai "sungguh amat baik".

Selain melihat keindahan alam manusiapun dapat melihat keindahan dirinya sebagai ciptaan Tuhan dan dengan itu pun manusia dapat dengan mudah memahami bahwa Tuhan yang menciptakannya adalah Tuhan sumber keindahan. Dengan demikian dia dapat membayangkan dengan sesederhana mungkin bahwa pada saat Tuhan menciptakannya pastilah Tuhan menciptakannya dalam suasana ceria dan sukacita.

Semua keindahan yang ditata Tuhan menunjukkan betapa dia menciptakannya dengan sukacita dan untuk sukacita-Nya sendiri. Dia menempatkan dan merawat agar ciptaan-Nya terutama manusia yang menikmatinya bersukacita. Dapat dikatakan bahwa sukacita dalam kehidupan manusia adalah anugerah Tuhan yang telah dikerjakan-Nya pada saat penciptaan langit dan bumi dan segala isinya. Dan sukacita itu menjadi milik orang percaya yang memiliki Tuhan.

Maka benarlah perkataan pemazmur, "Tuhan telah membuat aku bersukacita dengan pekerjaan dan perbuatan tangan-Nya". (SP)

Selengkapnya...

Sukacita Karena Firman Tuhan

Nehemia 8:11

Nats Alkitab kali ini memberikan pelajaran tentang apa yang dialami orang Israel. Mereka adalah satu-satunya bangsa di dunia yang memiliki Allah yang benar dan memiliki kitab Taurat. Tetapi mereka tidak menikmati kebenaran-kebenarannya selain kerna memang mereka banyak kali tidak mematuhinya, pada saat itu mereka juga mengalami serangan dari bangsa-bangsa di sekitar mereka. Karena hal inilah maka mereka tidak lagi menyadari bahwa kitab Taurat yang mereka banggakan tersimpan di rumah Tuhan.

Kitab tersebut telah rusak dan baru ditemukan kembali pada masa pemerintahan raja Yosia (2 Taw 34). Dan pada waktu Nehemia menjadi Bupati dan Ezra menjadi imam, kitab Taurat dibacakan dan diberi penjelasan. Orang Israel yang telah lama hidup dalam tekanan dan begitu merindukan Allah menjadi sangat terharu sehingga dengan segera menyembah Allah (Neh 8:7,10).

Sesuatu yang luar biasa terjadi pada saat mereka mendengar Firman Tuhan. Mereka sangat terharu, sehingga mereka harus diingatkan bahwa ketika mereka memahami Firman Tuhan mereka tidak boleh berdukacita tetapi mereka harus bersukacita. Firman Tuhan seharusnya menghadirkan sukacita dan bukan sebaliknya.

Nah, apakah kita juga seperti orang Israel yang merindukan dan menerima Firman Tuhan? Apakah kita bersukacita ketika memahami kebenaran Firman Tuhan? Jika belum atau tidak, maka hari ini adalah saatnya kita memulainya. Bersukacitalah karena kita memiliki dan memahami Firman Tuhan. (YW)

Selengkapnya...

Mengapa Harus Bersukacita?

Roma 12:12

Dr. Billy Graham pernah mengatakan; "sukacita adalah karakter illahi yang memampukan anak-anak Tuhan melewati masa-masa sukar". Lebih lanjut dikatakannya, sukacita membuat kita tetap dalam keadaan sehat, baik jasmani maupun rohani. Tetapi pertanyaan yang biasa dilontarkan adalah "bagaimana saya bisa bersukacita, sementara saya berada dalam keadaan krisis yang amat sukar?". Alkitab mengajarkan walaupun dalam keadaan sukar tetaplah bersukacita. Orang percaya yang didalamnya Kristus ada pasti dapat bersukacita.

Dalam Alkitab, ada banyak tokoh yang tetap bersukacita sekalipun di tengah krisis yang menekan kehidupan mereka. Salah satu contohnya adalah Paulus. Dia tetap bersukacita sekalipun dalam penjara. Rahasia sukacitanya adalah karena dia ada dalam Kristus.

Siapapun kita pasti suatu saat akan meninggalkan dunia ini, tetapi selama kita masih hidup di dunia ini maka banyak persoalan dan kesulitan hidup yang akan kita hadapi. Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa selama di dunia ini orang percaya akan bebas dari persoalan, permasalahan dan kesulitan hidup. Tetapi janji Tuhan, jika kita meninggalkan dunia ini kita pasti ke sorga. Ini adalah pengharapan kita dan kalau kita selalu mengingat hal ini, maka akan membuat kita tetap bersukacita walaupun keadaan kita sulit. Dalam Kristus kita mempunyai pengharapan kekal.

"Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga." (Luk 10:20). (AW)

Selengkapnya...

Doa Hari Ini

1 Tesalonika 5:17

Sebagai orang percaya, saudara pasti selalu berdoa, begitu juga (mungkin) orang lain yang saudara kenal. Tetapi jika kepada saudara atau orang yang saudara kenal ditanya apa alasan berdoa, maka jawabannya tidak akan persis sama. Bahkan mungkin ada orang berdoa tanpa tahu mengapa dia harus berdoa.

Biasanya dalam berdoa kita mencurahkan segala macam perasaan, kekaguman, permohonan dan janji kita kepada Tuhan. Tetapi jika diamati maka akan didapati bahwa doa kita paling banyak berisi permintaan sehingga dapat disimpulkan bahwa alasan berdoa kita adalah karena kita ingin meminta sesuatu kepada Tuhan. Jarang sekali kita menyadari bahwa alasan yang sangat penting mengapa orang percaya harus berdoa adalah karena berdoa adalah perintah Tuhan. Artinya, jika orang percaya tidak berdoa maka dia melanggar perintah Tuhan dan itu artinya dia melakukan dosa (1 Yoh 3:4).

Tuhan Yesus memberikan contoh bagaimana seharusnya berdoa. Dia berdoa untuk menjalankan perintah Bapa-Nya dan menyerahkan permohonan-Nya pada kehendak Bapa-Nya bukan untuk menyenangkan hati-Nya atau untuk memenuhi kehendak-Nya. Demikian juga ketika Dia mengajar murid-murid-Nya berdoa.

Jadi, jika kita berdoa hari ini, berdoalah dengan sukacita bukan hanya karena ingin meminta sesuatu dari Tuhan, tetapi karena mau taat pada-Nya. Jika itu yang kita lakukan maka kita akan siap menerima semua jawaban doa kita. Kita akan bersyukur dalam segala hal karena kita berada dalam kehendak-Nya. (SP)

Selengkapnya...

Sukacita Yang Sempurna

Filipi 2:2

Pernahkah kita membaca artikel dalam sebuah majalah atau koran yang tidak ada sambungannya? Pernahkah kita melihat lukisan yang tidak selesai? Atau bagaimana jika kita mendengar lagu yang tidak selesai dinyanyikan? Atau mungkin khotbah yang tidak selesai? Atau yang lebih dekat mungkin sinetron yang nggak ada endingnya? Apa yang kita rasakan?

Ketika berada dalam penjara, Paulus tetap bersukacita karena ia menyadari bahwa itu terjadi akibat dari tindakannya membela Injil. Namun dalam bagian ini, Paulus menempatkan sukacita sebagai objek. Dan objek itu harus lengkap. Paulus meminta jemaat Filipi untuk menyempurnakan sukacitanya bukan karena sukacita yang ia rasakan itu belum sempurna, namun ia ingin menikmatinya secara utuh.

Dalam menjalani hidup sehari-hari pun kadang-kadang kita diperhadapkan dengan situasi, keadaan dan kondisi yang kerap kalo mencuri sukacita kita, sekalipun sukacita itu tidak bergantung pada sesuatu yang fana, namun karena kita pada dasarnya adalah manusia yang fana, jadi kita membiarkan keadaan mempengaruhi sukacita.

Sukacita yang lengkap bukan hanya sesuatu yang kita rasakan. Tidak hanya sebatas itu saja, karena sukacita yang seutuhnya adalah berhubungan dengan apa yang kita rasakan, yang kita pikirkan dan apa yang kita lakukan. Bersukacitalah secara utuh dan lengkap. Tunjukkan sukacita itu lewat apa yang kita rasakan, apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan. (CW)

Selengkapnya...

Berkat Tuhan Hari Ini

Ratapan 3:22,23

Alkitab memberikan pernyataan bahwa Tuhan yang kita sembah bukan Tuhan yang hanya berjanji akan memberikan berkat, tetapi Tuhan yang telah dan selalu memberikan berkat. Dia tidak berjanji dan setelah itu tenggelam dalam kesibukan-Nya sehingga akhirnya melupakan apa yang Dia janjikan. Atau berjanji tetapi setelah itu kehabisan persediaan bahan untuk memenuhi janji-Nya.

Berkat Tuhan tersedia setiap hari ketika kita memasuki hari baru, atau saat kita terlelap dalam peristirahatan kita (Maz 127:2) dan kita tidak menyadari bahwa kita selalu menerimanya. Kita jarang bersyukur untuk berkat-berkat ini, mungkin karena kita telah terbiasa dengan berkat sehingga hal tersebut tidak lagi menyentuh perasaan kita. Seperti kita terbiasa bernafas sehingga lupa bahwa nafas yang ada pada kita adalah berkat atau rahmat Tuhan yang selalu baru setiap hari.

Seharusnya kita menyadari bahwa sebenarnya kita tidak layak menerima berkat dari Tuhan, tetapi karena kasih-Nya maka semuanya bisa terjadi. Berkat Tuhan yang selalu baru setiap hari tidak pernah ditarik-Nya kembali karena Dia bukan Tuhan yang selalu memperhitungkan apa yang Dia berikan. Dia memberikan dalam kekayaan anugerah-Nya sehingga sudah sepantasnya kita bersyukur dan mengasihi-Nya lebih dari apapun.

Tuhan tidak hanya memiliki berkat, tetapi Tuhan juga memiliki hari. Semuanya adalah milik-Nya, maka apapun yang ada pada kita, itu adalah dari Tuhan sumber segala berkat. Apakah layak kita meragukannya? (SP)

Selengkapnya...

Menghadapi Persoalan Dengan Sukacita

Filipi 4:4

Krisis ekonomi di USA telah menyebabkan krisis global, dan hampir seluruh negara kita ikut merasakan dampaknya. Berdasarkan data yang ada jumlah karyawan yang diPHK mencapai 250 ribu orang sedangkan di seluruh dunia mencapai jutaan orang. Hal ini menimbulkan persoalan yang serius dan mempengaruhi semua bidang kehidupan, termasuk orang percaya.

Memang dalam menghadapi persoalan orang percaya berbeda dengan orang belum percaya. Bagi orang percaya persoalan atau kesulitan akan dihadapi dengan sukacita. Alkitab, (PB maupun PL) mencatat 150 kali kata "Sukacita". Kata sukaria yang masih serumpun dengannya dicatat sebanyak 24 kali. Tentunya ini merupakan hal yang serius dan patut mendapat perhatian dari kita semua.

Dalam bahasa Ibrani, sukacita diterjemahkan "simkha"; berasal dari kata kerja "sameakh". Yang berarti kegembiraan yang berlimpah yang bisa dilihat secara lahiriah oleh orang yang di sekitar kita. Juga berarti, kegembiraan yang keluar dalam hati seseorang di saat-saat sukar dan tidak mungkin bergembira.

Sedangkan dalam Perjanjian Baru sukacita menggunakan kata Yunani khah'ee-ro; berasal dari kata kerja "khara". Kata lain yang masih mempunyai arti yang sama adalah "agalliasis" yang berarti sukacita yang besar, yang tak tertahankan lagi, sukacita yang meluap setiap saat dan tidak dipengaruhi oleh kondisi buruk yang ada di sekitarnya. Maksudnya, apapun yang terjadi tetap bersukacita, sekalipun pada saat yang tidak mendukung dan menguntungkan secara pribadi. (AW)

Selengkapnya...

Kedaulatan Allah Dan Penciptaan

Yesaya 45:12

Ketika Allah menciptakan alam semesta dan segala isinya, Dia tidak meminta pendapat dari luar diri-Nya. Dia juga tidak harus memesan atau mengambil sesuatu di tempat lain sebagai bahan awal atau bahan pelengkap untuk menciptakan alam semesta. Semua berasal dari diri-Nya sendiri dan digunakan sesuai dengan rencana dan kehendak-Nya. Dia menciptakan dengan kuasa-Nya yang tidak terhingga sehingga semua patuh dan bergantung pada-Nya.

Dia tidak meminta nasihat siapapun karena tidak ada sesuatu entah benda atau pribadi yang ada bersama-Nya ketika Dia menciptakan alam semesta, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Tidak ada sesuatu yang dapat menyatakan bahwa ada pihak lain yang turut serta dalam penciptaan atau merasa membari bantuan kepada Allah. Allah sendiri yang melakukan dan Dia berdaulat menciptakan apa yang menurut-Nya baik dan untuk kemuliaan-Nya.

Semua yang dia ciptakan diatur-Nya berdasarkan sifat-Nya sendiri karena Dia bebas dari apapun. Dia juga tidak meminta pertolongan pihak lain untuk memelihara ciptaan-Nya karena Dia sendiri yang melakukannya, sehingga apapun yang berhubungan dengan penciptaan berarti berhubungan dengan Allah entah manusia mempercayai-Nya atau tidak.

Orang lain boleh saja meragukan allah mereka atau mungkin mencoba menentang kewibawaannya karena itu memang pantas. Tetapi bagi kita Allah adalah Allah yang berdaulat, dalam menciptakan dan memelihara kita. (SP)

Selengkapnya...

Orang Yang Berbahagia

Roma 4:7

Apakah definisi kita tentang orang berbahagia? Atau apa yang terlintas dalam benak kita ketika kita berkata bahwa ia adalah orang berbahagia? Apakah kita mengidentifikasikan sebagai orang yang punya banyak uang? Orang yang memiliki kekuasaan hebat? Atau barangkali mereka yang menjadi orang-orang populer?

Firman Tuhan mengidentifikasikan orang yang berbahagia dengan cara yang unik. Roma 4:7-8 adalah definisi Alkitab tentang orang yang berbahagia. Dengan jelas bisa dilihat bahwa kebahagiaan itu tidak tergantung pada harta, kekuasaan ataupun popularitas. Orang yang berbahagia adalah otang yang diampuni pelanggarannya, ditutupi dosa-dosanya dan tidak diperhitungkan oleh Allah kesalahannya. Itulah definisi orang yang berbahagia.

Intinya adalah kebahagiaan itu tidak tergantung pada sesuatu yang fana. Dan segala sesuatu yang ada di bawah kolong langit ini adalah fana. Jadi, tidak ada jaminan kebahagiaan di bawah kolong langit ini. Kebahagiaan itu hanya terletak pada Allah saja. Allah satu-satunya yang tidak fana. Dan dalam bagian ini semua hal yang dikaitkan dengan kebahagiaan itu adalah berhubungan dengan keselamatan yang telah Allah sediakan bagi kita.

Adalah berbahagia apabila pelanggaran kita telah diampuni, adalah berbahagia apabila dosa kita telah ditutupi dan adalah berbahagia apabila kesalahan kita tidak diperhitungkan oleh Allah. Jika kita termasuk dalam bilangan itu, maka tidak ada alasan fana yang bisa membuat kita tidak berbahagia. Mari kita bersukacita karena Allah saja. (CW)

Selengkapnya...

Kedaulatan Allah

Yesaya 43:10-13

Sifat Allah yang berdaulat adalah sifat yang banyak diabaikan manusia ketika manusia menuntut sesuatu dari Tuhan. Manusia percaya bahwa Allah itu Mahakuasa, Mahakasih dan kudus serta tidak berubah tetapi manusia mengabaikan kebenaran kedaulatan-Nya. Kesalahan mendasar dari pengabaian ini adalah karena manusia tidak memahami dan menghormati kedaulatan Allah.

Kedaulatan artinya kepala, keutamaan, yang tertinggi. Ini berarti Dia melaksanakan hak-Nya untuk melakukan apa yang dikehendaki-Nya atas ciptaan-Nya. Kedaulatan mula-mula berbicara tentang kedudukan Allah sebagai Pribadi yang utama di alam semesta, kemudian tentang Allah adalah pemilik kuasa tertinggi di alam semesta. Dengan kedaulatan-Nya Allah memerintah seluruh ciptaan-Nya dan untuk itu Dia Mahatahu, Mahakuasa dan bebas dari apapun.

Seandainya ada sesuatu hal bahkan yang paling kecil sekalipun yang tidak diketahui-Nya maka berakhirlah kedudukan-Nya. Dan seandainya ada sedikit kuasa yang tidak ada pada-Nya maka berakhirlah kekuasaan-Nya. Allah akan menjadi sesuatu yang sama saja dengan sesuatu yang lain karena ternyata Dia memiliki kekurangan. Tetapi hal itu tidak demikian. Allah adalah Allah dan hanya Dia. Tidak ada yang setara dengan Dia.

Allah berdaulat adalah Allah yang bebas melakukan apapun yang Dia kehendaki tanpa harus tergantung pada sesuatu yang lain kecuali Allah berhubungan dengan sifat-Nya yang lain seperti kasih dan kebaikan-Nya. Apakah kita mau menghormatinya sekarang? (SP)

Selengkapnya...

Membenci Kejahatan

Matius 5:39

Bolehkah orang kristen melawan orang yang berbuat jahat kepadanya? Kalau ada yang berbuat jahat pada kita, atau berlaku tidak adil, bagaimana sikap dan perlakuan kita? Mengapa Tuhan Yesus mengajarkan tidak boleh membalas orang yang berbuat jahat pada kita? Mengapa kalau pipi kanan kita ditampar harus berikan juga pipi kiri?

Untuk mengerti hal ini, kita harus mengerti bahwa ajaran Kristus tidaklah sama dengan "Pasifisme" (faham yang melarang segala bentuk kekerasan dalam segala situasi) yang mempengaruhi Mahatma Gandhi dengan ajaran "Ahimsa" dalam perjuangannya. Prinsip Gandhi adalah "Satyagraha" (tenaga kebenaran) yaitu usaha memenangkan hati lawannya dengan teladan penderitaan yang diderita dengan sukarela. Negara dibayangkan Gandhi ialah Penjara-penjara diubah menjadi sekolah, dakwa mendakwa diganti dengan perundingan damai.

Pandangan Pasifisme tidaklah Alkitabiah! Makna sesungguhnya dari panggilan untuk tidak melawan yang dimaksud Alkitab bukan tawaran untuk berkompromi dengan dosa atau iblis. Kata To Ponero (yang jahat) dalam bahasa Yunani yang digunakan dalam Matius ini adalah maskulin, dan bukan netral. Artinya orang kristen bukan dilarang untuk melawan kejahatan pada umumnya, tetapi dilarang untuk melawan orang yang jahat/berbuat jahat.

Jadi kejahatan harus kita benci, tumpas dan hancurkan tetapi orang yang melakukannya tetap kita harus kasihi. Jadi prinsip utamanya adalah kasih sebagai ganti membenci, orang yang mengasihi akan membalas kejahatan dengan kebaikan. (AW)

Selengkapnya...

Allah Yang Mahabahagia

1 Timotius 1:11

Kita sangat mengetahui bahwa Allah kita Mahatahu, Mahakuasa dan Mahahadir, demikian juga dengan Maha-maha yang lainnya. Tetapi ungkapan bahwa Allah mahabagia, jarang diketahui apalagi disebut dalam ibadah orang percaya, padahal kebahagiaan adalah berasal dari Dia dan tidak mungkin Dia tidak bahagia.

Jika kita melihat kisah penciptaan yaitu ketika Tuhan Allah menciptakan langit dan bumi, kita dapat merasakan bahwa Dia melakukannya dengan perasaan bahagia yang tiada tara. Dia menempatkan semuanya untuk kebahagiaan-Nya, termasuk ketika Dia menciptakan manusia. Di balik itu Dia juga menghendaki agar manusia menikmati kebahagiaan dalam kehidupan sehingga Dia menempatkan manusia di Eden yang berkelimpahan dengan segala hal yang membahagiakan.

Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, hal tersebut menghilangkan kebahagiaan manusia, tetapi Allah masih menganugerahkan keselamatan kepada manusia dengan kabar yang membahagiakan yaitu bahwa manusia yang berdosa masih dapat kembali kepada-Nya. Demikian juga Dia membuat malaikat di sorga bersorak gembira ketika orang yang terhilang kembali kepada-Nya. Termasuk ketika Dia membuat kita bahagia saat menerima sesuatu dari-Nya, apalagi ketika kita menerima keselamatan.

Pernahkah kita pikirkan bahwa jika Allah sebagai Pencipta tidak bahagia, dapatkah kita sebagai ciptaan merasakan kebahagiaan? Dapatkah kita membahagiakan orang lain yang kita kasihi? Saat ini apakah kita bahagia karena memiliki Allah yang Mahabahagia? (SP)

Selengkapnya...

Berdiri Teguh

Filipi 4:1

Bagian awal dari Filipi 4:1 yang menjadi nats kita kali ini adalah sapaan dan mahkotanya. Kemudian dalam bagian selanjutnya Paulus meminta agar jemaat Filipi berdiri teguh. Kita bisa membayangkan tiang yang tertancap ke tanah, kita juga bisa membayangkan batu karang yang kokoh, atau bisa juga kita bayangkan sebuah pohon berdiri teguh. Namun bisakah kita membayangkan "kita" yang berdiri teguh?

Firman Tuhan mengajar dan mendorong kita untuk berdiri teguh dan jangan goyah sekalipun dalam situasi dan kondisi yang membuat kita goyang bahkan seandainya kejatuhan dan kegoyahan itu wajar buat kita. Untuk ini, tentu saja kita tidak mampu melakukannya. Apalagi jika dalam pelayanan, kita berhadapan dengan bukan hanya situasi dan kondisi yang mengoyahkan kita tetapi justru berhadapan dengan sesama anak Tuhan yang membuat kita goyang. Namun, apakah itu mustahil terjadi?

Untuk berdiri teguh, kita memang tidak bisa melakukannya sendirian tetapi kita pasti bisa jika kita bersandar pada Allah. Bukan kita yang berdiri teguh tetapi kita bergantung dan berpegang pada sesuatu yang tidak tergoyahkan. Dan berita hebatnya adalah bahwa kita tidak hanya berpegang pada-Nya, namun Ia juga memegang kita jika kita berserah pada-Nya.

Hanya saja ada masalah yang paling berbahaya dalam kehidupan kita saat ini yaitu apakah mungkin kita sedang menjadi penyebab orang lain goyah. Apakah demikian? (CW)

Selengkapnya...

Senin, 01 Juni 2009

Tuhan Menempatkan Gunung-gunung

Amos 4:13

Jika hari libur tiba, orang-orang yang setiap hari sibuk di kota-kota besar sering menggunakan waktu mereka untuk berada di luar kota dan menikmati indahnya alam pegunungan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa jika kita berada di atas sebuah gunung dan menikmati keindahannya, kita akan merasakan betapa luarbiasanya alam ini dan betapa agungnya sang Pencipta alam raya.

Kita menikmati ciptaaan Tuhan dan kita tidak tahu bagaimana Dia melakukannya atau darimana Dia mendapatkan ilham untuk menatanya sehingga menjadi demikian indah. Tetapi dari apa yang telah diciptakan-Nya kita dapat mengetahui bahwa Dia memiliki hikmat yang sangat luar biasa termasuk ketika pertama kali Dia memisahkan daratan dan lautan (Kej 1:9-10).

Seandainya Dia hanya memisahkannya tanpa menciptakan perbukitan dan gunung-gunung maka kita akan dengan mudah dapat membayangkan bahwa ketinggian daratan akan sama dengan ketinggian air bahkan dapat dipastikan bahwa air sewaktu-waktu akan menggenangi daratan. Dan yang namanya daratan tidak akan tetap ada. Betapa hebatnya Dia menempatkan gunung-gunung untuk mempertegas adanya daratan.

Dari keindahan pegunungan, Pemazmur mengetahui bahwa pertolongan yang dia butuhkan datang dari Tuhan yang telah menciptakan semuanya (Maz 121:1-2). Gunung-gunung yang diciptakan Tuhan menjadi pengingat bahwa Tuhan selalu ada dan memisahkan daratan dari lautan, demikian juga akan selalu memisahkan kita dari masalah ketika kita merasa tidak ada yang akan menolong kita. (SP)

Selengkapnya...

Dedikasi

1 Korintus 15:58


Kuantitas dan kualitas waktu yang kita berikan kepada suatu perkara akan menunjukkan seberapa besar perhatian, prioritas dan dedikasi kita kepadanya. Orang yang setiap hari berolahraga, pastilah orang yang memprioritaskan kesehatan tubuhnya. Orang yang suka berdoa dan membaca Alkitab pastilah orang yang memprioritaskan hubungannya dengan Tuhan. Suami yang selalu menyediakan waktu makan atau berkumpul bersama-sama dengan istri dan anak-anaknya, pastilah suami yang berdedikasi tinggi terhadap keluarganya.

Nelson Mandela adalah pemimpi pembebasan kaum kulit hitam dari politik Apartheid yang diberlakukan orang kulit putih Afrika Selatan. Dia telah mendedikasikan waktu, tenaga pikiran bahkan kebebasannya sendiri, demi persamaan hak orang kulit hitam. Ia dikenal bukan karena ia ganteng atau berkharisma, tetapi karena kurang lebih 20 tahun menghabiskan waktunya di penjara. Semua dilakukannya dengan dedikasinya yang penuh pada keadilan.

Dedikasi yang penuh berbicara tentang mengalokasikan semua sumber daya yang kita miliki kepada satu prinsip yang kita pegang dan kita yakini. Sehingga terkadang menuntut kita berkorban. Karena orang yang berdedikasi penuh tidak pernah hitung-hitungan. Sekarang pertanyaan bagi kita apakah kita adalah orang yang berdedikasi dalam melakukan pekerjaan Tuhan? Apakah kita adalah orang yang berdedikasi penuh dalam melakukan persekutuan atau ibadah dengan Tuhan? Kita tahu bahwa jerih payah yang kita lakukan untuk pekerjaan Tuhan, tidak akan sia-sia. (AW)

Selengkapnya...