Minggu, 10 Mei 2009

KETIKA SEORANG BERPENYAKIT KUSTA BERTEMU TUHAN YESUS (Lukas 5:12-16)

24 Agustus 2008 …

Dia adalah penderita kusta, penyakit yang sangat menakutkan, menjijikkan dan dianggap dosa oleh orang-orang di sekitarnya. Bahkan menurut peraturan agama, apabila di tubuh manusia ada penyakit kusta maka imam harus menyatakan bahwa hal tersebut najis. Itu berarti pengidapnya harus dikucilkan sampai dinyatakan sembuh oleh para imam berdasarkan beberapa peraturan yang ketat (Imamat 13-14). Selama dia belum dinyatakan sembuh, dia harus menjauhkan diri dari orang-orang di sekitarmu.

Dalam penderitaannya dia melihat seluruh tubuhnya telah dipenuhi oleh penyakit ini. Semua hal yang dialaminya membuat hatinya tertekan. Hidup tidak lagi berharga, tetapi dia masih hidup. Dia masih memiliki nafas yang sama dengan orang lain. Rasanya harapan menikmati kehidupan hanya sampai hari ini saja, karena untuk tiba di esok hari rasanya masih terlalu, bahkan sangat jauh.

Bila hari menjelang Sabat, dia tepekur sendiri mengingat keluarga atau orang-orang yang sehat bersiap diri menikmati hari peristirahatan setelah sepanjang minggu bekerja. Dia membayangkan indahnya berada di bait Allah dan menyembah Allah yang suci. Tetapi setiap kali mengingat hal tersebut dia makin merasa betapa najisnya dia. Betapa berdosanya dia. Betapa tidak layaknya dia di hadapan Tuhan yang suci.

Pada suatu hari dia melihat orang-orang berbondong-bondong menuju ke rumah ibadat. Dari percakapan mereka dia mendengar bahwa ada seorang Guru yang begitu istimewa yang tidak hanya mengajar tetapi juga membuat mujizat dengan menyembuhkan orang-orang sakit yang datang pada-Nya. Mendengar semua itu, hatinya berbunga. Penyakit tidak lagi menjadi sesuatu yang menyakitkan baginya. Ternyata masih ada harapan memiliki kesempatan untuk hidup seperti orang lain dan menikmati masa hidup bersamaan dengan hadirnya sang Mesias.

Beberapa saat setelah itu dia juga mendengar bahwa Yesus sedang berada di bukit dan akan memasuki kota di dekatnya. Dia berpikir inilah saatnya bertemu Mesias. Dia tidak lagi peduli apabila orang-orang akan mengusirnya atau bahkan akan melontarinya dengan batu. Dia ingin menyembah Mesias sebagai tanda bahwa dia tidak melupakan Tuhan dalam kenajisannya.

Dia ingin pada saat Yesus turun dari bukit, dia dapat melihat-Nya dan menyapa-Nya untuk menyampaikan hormat dan permohonan. Dan ketika rombongan besar orang mulai terdengar menuruni bukit dia tidak sabar lagi untuk segera sampai di kota tetapi dia sadar bahwa dia tidak seharusnya berada di dalam kota dan di tengah kerumunan orang banyak. Maka diarahkannya kakinya ke pinggiran kota dekat gerbang jalan yang akan dilalui Yesus untuk menunggu Yesus di sana.

Dia tidak takut dan tidak peduli lagi menghadapi orang-orang yang membencinya. Dia hanya peduli pada Mesias dan dirinya. Dia sangat yakin Mesias akan menerimanya dan mampu menyembuhkan penyakit yang dideritanya.

Saat orang ramai tiba, dia melihat Yesus. Diterobosnya kerumunan orang-orang dan di depan Yesus dia tersungkur sujud bukan hanya sebagai tanda hormat tetapi adalah tanda dia menyembah Mesiasnya.

“Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku”, suaranya bergetar penuh hormat dan harapan. Tiba-tiba Yesus menjamahnya dan berkata, “Aku Mau. Jadilah engkau tahir”.

Dia kaget. Bagaimana mungkin seorang yang suci seperti Yesus mau menyentuh dirinya yang najis? Bagaimana mungkin Yesus tidak tahu bahwa orang seperti dia tidak layak disentuh bahkan oleh orang yang berdosa sekalipun? Selagi dia berpikir, tiba-tiba dia melihat tubuhnya telah tahir. Penyakitnya lenyap.

Kemudian dia mendengar perintah Yesus kepadanya, “Jangan beritahukan kepada siapapun tentang hal ini. Pergilah, perlihatkan dirimu kepada imam dan persembahkanlah korban pentahiranmu, persembahan seperti yang diperintahkan Musa sebagai bukti bagi mereka”.

Dia tahu bahwa Yesus menghendaki dia menjadi orang yang mentaati perintah Tuhan dan tidak menghendaki orang lain yang akan menyampaikan kesembuhannya kepada para imam. Dia sendiri yang harus menjadi saksi kuasa Yesus yang telah terjadi atas dirinya. Tetapi dalam sukacitanya dia tidak dapat menahan diri untuk tidak menceritakan kepada orang lain seperti yang Yesus perintahkan. Dia menceritakan apa yang dialaminya kepada semua orang yang dijumpainya dan tanpa sadar dia akhirnya membuat Yesus sibuk mengurus orang-orang sakit yang datang pada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar