Minggu, 26 April 2009

BUKAN SAYA TIDAK BERBEBAN

Saya melihat banyak hal yang selalu menggugah saya dalam kehidupan sebagai orang percaya, terutama kehidupan para hamba Tuhan. Saya sangat mengerti apa artinya hidup dalam kekurangan karena saya pernah mengalaminya pada masa awal saya menjadi seorang kristen. Maka ketika saya diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menikmati berkat-Nya saya bertekad untuk membaginya dengan beberapa orang hamba Tuhan yang saya kenal.

Saya bersyukur karena saya dapat melaksanakan komitmen saya sekalipun apa yang saya lakukan masih sangat sedikit. Saya melakukannya bukan karena saya ingin menerima sesuatu tetapi karena saya ingin melakukan kehendak Tuhan semata. Saya berharap Tuhan berkenan menguatkan komitmen ini untuk kemuliaan-Nya.

Setelah komitmen ini berjalan beberapa waktu, saya mengalami hal yang tidak saya duga sebelumnya. Ternyata saya belum siap menghadapi hal yang tidak saya pahami. Saya berpikir, jika saya berkomitmen memberi persembahan maka itu berarti saya yang akan menentukan tindakan saya terhadap komitmen tersebut. Tetapi ternyata saya salah.

Jika saya terlambat mengirimkan persembahan yang telah saya janjikan, saya ditelepon dan ditanyai komitmen saya. Hal ini terjadi berkali-kali bahkan persembahan yang seharusnya diberikan pada bulan berikutnya telah diminta sebelum bulan tersebut tiba. Bahkan tidak jarang saya dihubungi pada tengah malam saat saya istirahat.

Berkali-kali saya harus menjelaskan dan berkali-kali pula saya merasa bersalah. Saya merasa telah berhutang dan sedang dituntut. Saya sedih karena tidak mungkin menarik komitmen saya tetapi saya merasa terpojok. Saya tidak tahu harus berbuat apa, sementara itu saya malu berkonsultasi dengan hamba Tuhan yang lain.

Apakah ini memang seharusnya dialami oleh seseorang yang berkomitmen membantu hamba Tuhan? Atau apakah beban saya telah luntur sehingga saya mulai membuat perhitungan apa yang sedang saya lakukan? Apakah saya telah melakukan kesalahan?

Sebenarnya, saya bukan tidak berbeban dalam pelayanan tetapi saya menjadi bingung dengan apa yang sedang saya alami. Saya takut disalahpahami. Maka saya berharap Tuhan memberi saya hikmat agar tidak merusak iman saya dan tidak menjadi batu sandungan dalam pelayanan. Yang pasti saya tidak berani mengubah komitmen saya. (M)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar