Saya bersyukur karena saya dapat melaksanakan komitmen saya sekalipun apa yang saya lakukan masih sangat sedikit. Saya melakukannya bukan karena saya ingin menerima sesuatu tetapi karena saya ingin melakukan kehendak Tuhan semata. Saya berharap Tuhan berkenan menguatkan komitmen ini untuk kemuliaan-Nya.
Setelah komitmen ini berjalan beberapa waktu, saya mengalami hal yang tidak saya duga sebelumnya. Ternyata saya belum siap menghadapi hal yang tidak saya pahami. Saya berpikir, jika saya berkomitmen memberi persembahan maka itu berarti saya yang akan menentukan tindakan saya terhadap komitmen tersebut. Tetapi ternyata saya salah.
Jika saya terlambat mengirimkan persembahan yang telah saya janjikan, saya ditelepon dan ditanyai komitmen saya. Hal ini terjadi berkali-kali bahkan persembahan yang seharusnya diberikan pada bulan berikutnya telah diminta sebelum bulan tersebut tiba. Bahkan tidak jarang saya dihubungi pada tengah malam saat saya istirahat.
Berkali-kali saya harus menjelaskan dan berkali-kali pula saya merasa bersalah. Saya merasa telah berhutang dan sedang dituntut. Saya sedih karena tidak mungkin menarik komitmen saya tetapi saya merasa terpojok. Saya tidak tahu harus berbuat apa, sementara itu saya malu berkonsultasi dengan hamba Tuhan yang lain.
Apakah ini memang seharusnya dialami oleh seseorang yang berkomitmen membantu hamba Tuhan? Atau apakah beban saya telah luntur sehingga saya mulai membuat perhitungan apa yang sedang saya lakukan? Apakah saya telah melakukan kesalahan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar