Sabtu, 04 April 2009

Ketika Ibu Mertua Petrus Bertemu Tuhan Yesus (Lukas 4:38-39)

10 Februari 2008 ...

Dia berbaring lemas di pembaringan. Panas tubuhnya melebihi biasanya dan dia menggigil membuat seluruh tubuhnya seperti tidak memiliki kekuatan apa-apa. Seharusnya penyakit ini tidak menjadi penghalang baginya karena penyakit ini hanyalah penyakit biasa yang biasa dialami orang-orang di sekelilingnya. Tetapi karena fisiknya telah mulai rapuh dimakan usia maka penyakit yang bagi orang lain dianggap ringan, baginya adalah sesuatu yang sangat menyiksa.

Dalam kesakitannya, dia mendengar suara orang yang gaduh di depan rumahnya. Seperti ada tamu yang akan mampir di rumahnya. Tetapi kenapa gaduh? Dia bertanya kepada orang yang ada di dekatya, "Siapa yang datang?" Mereka menjawab sepintas dan langsung berlalu, "Guru Yesus datang bersama Petrus dan teman-temannya".

Wow, Yesus datang di rumahnya. Dia senang sekali dan ingin beranjak untuk menyambutnya tetapi seluruh tubuhnya terasa kaku. Dia tidak dapat mengangkat tubuhnya meski hanya untuk turun dari ranjangnya. Da mencoba lagi tetapi tidak mampu. Demam telah mengikatnya dengan ganas. Dan dia mulai kehilangan kesabaran. Dia mengeluh. Kapan lagi dia dapat melihat Yesus dan menjamu tamu istimewa ini?

Dia berharap ada orang yang dapat membantunya untuk sekedar berdiri dan menyapa Yesus, tetapi semua orang telah meninggalkannya karena mereka lebih ingin melihat dan mendengar Yesus. Selagi berharap dalam sakitnya yang menyiksa, tiba-tiba ada yang menyapanya. Dia belum pernah mendengar suara ini sedekat ini. Suara yang didengarnya meneduhkan hatinya. Dia membuka matanya melawan rasa sakit dan dalam pandangan yang masih samar dia melihat seorang muda dengan wajah yang teduh penuh kasih menatapnya dengan tulus. Dia seperti belum menyadari bahwa apa yang sedang terjadi saat ini benar-benar terjadi.

Sebelumnya dia tidak dapat meminta orang menyampaikan rasa sakitnya kepada Yesus, tetapi teryata mereka telah melakukannya. Dia tidak tahu bahwa orang-orang yang tadinya seolah mengabaikannya adalah orang-orang yang telah membantunya menyampaikan keadaan dirinya kepada Yesus. Bahkan dia tidak tahu bahwa tanpa diberitahu oleh siapapun sebenarnya Yesus tahu bahwa dia sedang sakit. Dia hanya tahu Yesus adalah seorang guru tetapi dia belum tahu bahwa Yesus mempunyai kuasa melenyapkan penyakit seperti yang sedang dideritanya, bahkan untuk penyakit yang lebih parah sekalipun.

Dia baru saja ingin mengatakan sesuatu karena Yesus telah datang ke tempatnya, tiba-tiba Yesus memegang tangannya. Dia merasakan genggaman tangan Yesus memberikan kekuatan kepadanya. Tangan itu seolah memberi perintah kepada sakit demam yang sedang dideritanya untuk pergi dan jangan mengganggu dia lagi. Tiba-tiba saja dia menjadi segar dan dapat bangkit bukan hanya untuk duduk tetapi untuk berdiri bahkan untuk bekerja. Yesus tidak memerlukan sesuatu sebagai wadah untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Yesus juga tidak memerlukan waktu yang lama untuk membuatnya sembuh. Yesus menunjukkan Dia berkuasa atas penyakit, sehingga dengan satu hardikan penyakit itupun lenyap.

Dia tidak dapat mendengar pengajaran Yesus sebelumnya, tetapi saat ini dia mengalami sesuatu yang melebihi apapun dari apa yang pernah didengarnya. Suatu pengalaman yang begitu indah di hari tuanya. Orang-orang yang menyaksikan kejadian yang menimpanya pun terpesona oleh kuasa Yesus.

Maka tanpa membuang-buang waktu dia pun segera menjamu Yesus dan semua orang yang menyertai-Nya. Dia bekerja dengan sukacita yang luar biasa. Dia menggunakan kesehatan yang diberikan Yesus sebagai kesempatan untuk melayani tanpa perlu diminta Yesus. Baginya melayani Yesus adalah suatu kebanggaan karena dapat menunjukkan kepada semua orang bahwa di hari tuanya dia masih dapat berjumpa dengan Yesus sekaligus melayani Yesus yang telah menyembuhkan sakitnya.

Dia tidak melayani Yesus dengan kata-kata, tetapi melalui dia, orang-orang tidak hanya mendengar tentang Yesus dan kuasa-Nya, tetapi langsung melihat dan mengalaminya sendiri. Kepada Simon Petrus menantunya dia tunjukkan bahwa dia juga melayani Yesus seperti yang dilakukan juga oleh Simon Petrus sehingga dia dengan berani mengambil keputusan menjadi pengikut Yesus.

Meskipun pada awalnya dia terhalang untuk melayani Yesus karena sakit demam yang dideritanya, tetapi Yesus melenyapkan penghalang tersebut sehingga dia dengan leluasa dan sukacita melayani Yesus bukan hanya sebagai Guru, tetapi sebagai Tuhan. Tangan Yesus yang telah menyentuhnya adalah tangan yang akhirnya terluka di kayu salib karena dosa manusia, tetapi tangan itu tidak hanya melenyapkan demam yang menimpa manusia tetapi melenyapkan dosa orang yang percaya kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar