Sabtu, 11 April 2009

Ketika Simon Seorang Farisi Bertemu Tuhan Yesus (Lukas 7:36-50)

02 Maret 2008 ...

Setiap orang yang berpapasan dengannya selalu akan memberinya hormat karena dia adalah seorang Farisi yang dihormati di daerahnya.

Dalam pergaulannya dengan orang-orang terpandang dia tidak menghadapi kendala tetapi dengan seorang rabi yang bernama Yesus, dia benar-benar dibuat bingung. Rabi Yesus ini berbeda dengan rabi yang lain karena Yesus begitu berani menegur dosa siapa saja termasuk para cendekiawan Israel. Di balik itu Yesus juga senang berteman dengan orang-orang biasa atau rakyat jelata termasuk dengan orang-orang berdosa.

Dia tahu bahwa Yesus adalah seorang tukang kayu dari keluarga yang biasa saja tetapi karena Yesus mampu mengajar dengan menarik maka Dia dihormati oleh orang banyak. Untuk membuat orang banyak lebih mengenalnya dan mengetahui bahwa dia sederajat dengan Yesus, maka dia mengadakan pesta dan mengundang Yesus turut serta dalam jamuan makan yang diselenggarakannya.

Maka ketika hari perjamuan tiba, dia menunjukkan sikap sebagai seorang tuan rumah yang memiliki status sosial yang lebih tinggi dari orang yang dia undang. Dia tidak menerima Yesus dengan kebiasaan yang berlaku di Israel. Dia tidak menyambut Yesus dengan membasuh kaki setiap tamu, memeluk pundak mereka atau meminyaki kepala setiap tamu sebagai tanda hormat dan sukacita. Dia berpikir, bukankah Yesus juga tidak menerima kebiasaan tersebut ketika Dia duduk makan dengan orang-orang berdosa?

Ketika dia sedang menikmati suasana bersama dengan Yesus, tiba-tiba di depan pintu berdiri seorang perempuan yang sangat dikenalnya memiliki reputasi tidak terpuji dan seharusnya tidak boleh masuk ke dalam rumahnya, apalagi mengganggu suasana makannya bersama para tamu. Dia berharap Yesus akan mengusir perempuan tersebut dan dengan demikian dia telah memiliki teman yang ternyata tidak menyukai perempuan yang berdosa.

Tetapi ternyata Yesus tidak mengusir perempuan tersebut. Dia menjadi gerah dan mengomel dalam hati. Bagaimana mungkin ada nabi yang mau membiarkan kesuciannya dikotori oleh seorang perempun yang berdosa, apalagi di hadapan orang banyak? Dalam hatinya dia menyimpulkan bahwa ternyata Yesus tidak tahu apa-apa soal martabat dan harga diri. Ternyata Yesus bukanlah nabi seperti nabi-nabi yang ada di Israel.

Dia tersentak, ketika Yesus menegurnya dan mempersilahkan dia menjawab sesuatu yang seharusnya sederhana bagi seorang berpendidikan seperti dirinya. Dia menjawab dengan ragu karena dia mulai menyadari arah pertanyaan dan pernyataan Yesus tersebut.

Yesus memang membenarkan pendapatnya tetapi Yesus memuji tindakan perempuan yang berdosa. Dia sadar bahwa Yesus sedang menyatakan bahwa yang penting dalam kehidupan bukanlah pendapat yang benar, tetapi yang paling penting adalah hati yang benar jika sikap hati jauh lebih berdosa daripada perempuan yang dianggap berdosa yang datang ke rumahnya tanpa diundang.

Dia benar bahwa Yesus bukan nabi seperti nabi-nabi yang ada di Israel tetapi dia keliru dalam hal pengetahuan Yesus. Yesus bukan hanya tahu siapa perempuan itu dari penampilan dan sikapnya, tetapi Yesus juga tahu apa yang ada di hati setiap orang yang hadir di situ. Ternyata dia dan semua orang dalam rumahnya yang sama-sama makan bersama Yesus belum mengenal Yesus dengan benar. Pada awalnya dia berharap akan mendapatkan kesempatan untuk membuat Yesus sadar bagaimana caranya hidup sebagai orang yang dihormati tetapi ternyata dia sendiri yang disadarkan Yesus bahwa dia belum tahu bagaimana hidup sebagai orang yang terhormat di mata Tuhan.

Ketika dia berpikir bahwa Yesus akan mengusir perempuan tersebut dan dengan demikian dia tidak dapat menyatakan kepada orang lain bahwa Yesus juga membedakan orang, ternyata dia salah. Yesus memang menyuruh perempuan itu pergi, tetapi dengan kata-kata yang tidak pernah dipikirkan atau digunakan oleh pemimpin agama manapun di Israel.

"Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat."

Dan perempuan itupun pergi dengan sukacita bukan sebagai orang yang ditolak tetapi sebagai orang yang diterima dalam pengampunan. Sementara dia sendiri terdiam dalam kekalahan. Ternyata Yesus tidak setara dengannya. Yesus jauh di atas semua yang dia miliki, Yesus memiliki kasih dan kuasa pengampunan bukan hanya sebagai nabi Tuhan tetapi sebagai Tuhan sendiri. Enth apalagi yang harus dilakukannya tetapi yang pasti pertemuan dengan Yesus telah memberikan sesuatu dalam hatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar