Jumat, 03 April 2009

Senyuman Dan Rasa Sakit

Perjalanan ke tempat persekutuan selalu merupakan suasana yang menyenangkan. Senyum dan tawa menjadi menu yang tidak pernah sepi dari sukacita. Jalanan yang berliku dan berlubang bukanlah halangan yang harus membuat senyuman lenyap dalam keluhan. Apalagi bila tempat yang dituju adalah rumah saudara dalam iman yang sama. Saudara yang sama-sama bertumbuh dalam kasih Tuhan sumber kasih yang tulus.
Tetapi perjalanan kali ini memberikan pelajaran yang cukup pahit jika dilihat dari apa yang terjadi. Perjalanan yang seharusnya berakhir dengan damai dalam sekejap berubah ketika kesakitan bertahta di atas tubuh yang ternyata mulai rapuh dimakan usia. Beberapa detik yang harusnya memunculkan teriakan sukacita karena berjumpa dengan orang-orang terkasih ternyata menjadi terikan kesakitan yang tiba-tiba menerjang.
Beberapa detik yang seharusnya menjadi detik kebahagiaan berubah menjadi detik yang penuh kepanikan. Tubuh yang tadinya tegar menantang gelombang jalanan yang baru dilalui, terkapar tatkala pintu rumah yang dituju tinggal beberapa meter lagi. Ternyata tubuh manusia tidak dapat menahan kerapuhan usia yang makin uzur.
Kesakitan yang tiba-tiba muncul bukanlah sesuatu yang direncanakan tetapi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Dan kepanikanpun tidak dapat dicegah. Wajah-wajah pucat menyatu dengan keringat yang deras tercurah akibat ketakutan yang menghantam tak karuan adalah bukti kepanikan yang garang bertahta.
Melihat seseorang terkapar karena sakit adalah pukulan telak ke dalam nurani yang merasa bersalah. Tak ada yang dapat turut merasakan kesakitan seseorang yang ada di hadapan sesamanya. Yang ada hanyalah perasaan seakan turut merasakan sesuatu yang dialami orang lain. Kesakitan datang begitu cepat tetapi berlalunya sangat lamban membuat penderitaan menjadi tekanan yang terasa sangat berat.
Ternyata persekutuan adalah perasaan yang sama entah itu dalam sukacita ketika seseorang lahir ke dunia, atau ketika seorang tua terkapar menahan sakit. Ternyata saudara sedaging adalah saudara ketika sukacita bertahta dan juga ketika kesakitan menerpa. Persekutuan memang tidak berubah entah dalam senyum maupun dalam sakit. (Ketika Wawu terkapar menahan sakit)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar