Kamis, 30 April 2009

Kami Baru Dapat Menyampaikan, “Terima Kasih”

Hari masih sore, matahari masih tergantung tenang di kejauhan yang jauh. Kami berdiri sejenak di tangga menuju pintu sebelum membuka pintu yang terkunci. Rasanya ada yang aneh dalam hati kami karena kami tidak pernah membayangkan bisa berada di sini.

Perlahan kami memasuki ruangan dan menaiki tangga menuju ruangan yang diperuntukkan bagi kegiatan ibadah kami. Ruangan ini berisi 50 buah kursi dan sebuah mimbar. Beberapa saat kami tidak dapat berkata-kata tetapi hati kami penuh sukacita bahkan rasanya airmata akan jatuh menitik jika kami tidak dapat menahan perasaan.

Di luar matahari sudah tidak tampak lagi pada saat tirai jendela terurai. Malam telah bertamu membungkus persada. Dingin mulai membungkus alam dan pendingin di ruangan inipun menemani kami seolah menyatakan bahwa dia akan membuat kami nyaman saat memuja Tuhan.

”Tuhan memang luar biasa!”, pekik salah seorang dari kami. Matanya berkaca tetapi senyumnya mengembang ceria. Kami saling melempar senyum yang muncul dari rasa bangga dan takjub yang luar biasa pada karya Tuhan dalam persekutuan kami. Dan kami bergantian berdoa sambil menduduki semua kursi yang ada dan membayangkan sukacita jemaat ketika menikmati persekutuan sesama anak Tuhan.

Hari menjelang malam dan beringsut makin jauh ke larut yang hening tanpa kata. Kami masih menikmati suasana yang kami sendiri tidak tahu bagaimana harus menggambarkannya. Kami hanya dapat menikmatinya dengan perasaan yang penuh kekaguman pada kuasa Tuhan yang telah memberikan semua ini.

Malam ini kami hanya berlima, tetapi besok pagi kami bersama saudara-saudara seiman yang telah setia bersama kami dalam pelayanan yang cukup panjang dan penuh pergumulan akan mulai beribadah minggu di tempat ini. Besok kami akan duduk dengan sukacita dan berbakti dengan damai untuk mengagungkan Tuhan.

Ketika malam makin larut, kami melangkahkan kaki meninggalkan ruangan dan gedung ini untuk kembali esok hari dengan sukacita dan perjuangan yang harus kami menangkan. Hari ini kami telah melihat kuasa Tuhan dalam pelayanan kami. Tuhan telah menggerakkan anak-anak-Nya untuk mengijinkan kami melayani di tempat ini tetapi kami baru dapat menyampaikan, “Terima kasih!” Baru kata itu yang kami miliki, tetapi itu dari hati dan jiwa kami. (GAA Tng)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar