Minggu, 26 April 2009

KHOTBAH PANJANG YANG BARU SAJA BERAKHIR

15 Juni 2008 …

Setelah menjadi seorang Kristen, dia memiliki kerinduan untuk mengenal Tuhan dengan benar dan melayani-Nya dengan setia. Kerinduannya berkobar dengan benderang di tengah pergumulan hidup yang menghadang. Kadang pergumulan hidupnya membuatnya harus melihat kembali kasihnya terhadap orang-orang yang sangat berjasa dalam hidupnya tetapi harus disisihkannya sejenak karena cintanya kepada Tuhan Yesus Juruselamatnya.

Ketika kehidupan terus berjalan dia menjalaninya dengan kedamaian penyerahan kepada Tuhannya. Dan kedamaian itu tampak dalam kebeningan hidupnya. Bening yang menampakkan alur-alur derita sepanjang tapak yang terbentang di seluruh hamparan hidupnya yang menjadi sebuah khotbah dan dibaca orang-orang yang ada di sekitarnya.

Maka ketika dia tiba di saat yang tidak pernah dia bayangkan, saat penderitaan datang menari-nari di hidupnya, dia terdiam. Diamnya adalah renungannya dalam perjalanan. Diamnya adalah saat dimana orang-orang di sekitarnya menatap imannya. Menatap kedamaian yang bening terhampar yang dia miliki bersama Tuhannya.

Penderitaannya berhasil membuat dia tidak menyadari bahwa dia sedang berkhotbah ketika bertahta amgkuh dalam dirinya. Derita dan sakitnya adalah khotbah yang berbicara tentang tekad hidup yang kuat dan tidak sudi menyerah. Tentang alunan sikap hidup dan cinta yang bertebaran dari hatinya. Dan tentang kehidupan beriman pada Juruselamat yang harus kokoh sekokoh-kokohnya.

Dalam sakit yang panjang yang makin sakit, khotbahnya terus menggugah setiap hati yang tertegun menatap tajamnya penderitaan yang menikamnya. Dia mengarahkan siapapun yang terpana pada perjuangannya kepada kenyataan bahwa dalam menjalani hidup dia hanyalah tapak yang menapak ke arah yang tidak dilihatnya tetapi pasti akan tiba di sana dalam ketenteraman yang tidak dapat diusik siapapun.

Kadang di tengah khotbahnya dia menaikkan pujian kepada Tuhannya yang berjalan bersamanya dan dengan penuh kasih menggendongnya ketika harapan mulai goyah dan tuntutan kebahagiaan mengintip tak terasa. Dia menaikkan pujian ketika tangan Tuhannya membelainya saat dia merasa sendirian karena pendengar khotbahnya sibuk dengan diri mereka sendiri. Mereka bukan tidak memperhatikannya tetapi karena ada banyak hal di sekitar khotbahnya yang menarik mereka untuk segera menerapkan apa yang sedang mereka pahami.

Kadang di tengah khotbahnya dia memejamkan matanya dan menaikkan doa kepada Bapa sorgawinya yang setia mengusap airmatanya ketika kepedihan hatinya mengusik perlahan tanpa kata. Dia menaikkan doa saat pendengar khotbahnya mulai resah dalam keletihan mereka. Dia menyapa Bapanya saat Bapanya tersenyum ketika dia juga mulai resah. Dan pada saat seperti itu dia mendengar suara Bapanya mengatakan, ”Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau, jangan bimbang, sebab Aku ini Allahmu: Aku akan meneguhkan, bahkan menolong engkau dengan tangan kanan-Ku dan membawa kemenangan” (Yes 41:10).

Kadang dia beringsut mengubah arah tatapannya agar pendengar khotbahnya bisa fokus menikmati kebenaran yang bersinar dari deritanya. Kadang dia berhenti sejenak mengatur intonasi detak hatinya ketika sakit dari lukanya mencubiti rasanya. Dan kadang dia merasakan khotbahnya harus dia selesaikan tetapi dia tidak memiliki kuasa untuk itu.

Tetapi pada saat khotbahnya akan berakhir dia ingat saat suara jiwanya mengalunkan harapan dan pujian; ketika dia melayangkan matanya ke gunung-gunung dan menanti pertolongan Tuhan yang menjadikan alam dan semesta raya. Tuhan yang tidak pernah membiarkan kakinya goyah dan senantiasa menjaganya tanpa pernah terlelap karena sesungguhnya penjaganya tidak pernah tertidur.

Tuhan menaunginya di sebelah tangan kanannya sehingga matahari tidak dapat menyakitinya pada waktu siang atau bulan pada waktu malam. Tuhan adalah penjaganya pada waktu kecelakaan mengintai nyawanya sehingga ia dapat menjalani kehidupannya dalam damau sepanjang masa (Mzm 121).

Dan akhirnya khotbahnya pun berakhir setelah bertahun-tahun bening hidupnya dinikmati orang-orang terkasih. Dia telah selesai menunaikan tugas dan pulang ke rumah Tuhannya. (Ni Made Welly P.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar