Minggu, 26 April 2009

ORANG PERCAYA YANG BERKATA-KATA

01 Juni 2008 …

Di antara makhluk hidup, manusia memiliki keistimewaan dalam berkata-kata. Tidak seperti binatang yang terbatas dalam menyampaikan apa yang dikehendakinya, manusia dapat dengan leluasa menyampaikan maksudnya karena dia dapat merangkai kata-kata menurut keinginannya. Dan kata-kata yang digunakannya terus berkembang sesuai dengan apa yang sedang dan akan dihadapinya.

Dengan kata-kata manusia menyampaikan maksudnya dan melalui kata-kata yang diterimanya manusia memahami apa yang disampaikan sesamanya. Kata-kata menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan kata-kata, manusia membentuk saling pengertian dan menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang bahkan menyebarkan pengetahuan. Tetapi dengan kata-kata juga manusia menyebarkan perpecahan, permusuhan bahkan menghambat pemikiran sesamanya.

Sebagai makhluk yang mulia, manusia dapat mendengar dan memahami Allah karena selain menggunakan alam sebagai sarana berkomunikasi, Allah juga menggunakan kata-kata dalam menyampaikan maksud-Nya kepada manusia. Seharusnya tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak dapat memahami maksud Allah karena Allah menyampaikannya dalam kata-kata yang tepat. Tetapi manusia telah mengabaikan kata-kata Allah dan berontak kepada-Nya.

Sejak pemberontakan manusia, setiap kata yang terucap dari Allah maupun dari sesama manusia tidak lagi dapat dipahami manusia dengan benar. Manusia harus berusaha memahaminya karena setiap manusia telah memiliki persepsi masing-masing. Setiap kali manusia menerima satu kata setiap kali itu juga dia memahami berdasarkan pemahamannya sendiri sehingga sering terjadi salah pengertian.

Pemberontakan manusia mengakibatkan hubungannya dengan Tuhan menjadi rusak sehingga pemahaman manusia terhadap sesuatu menjadi terbatas. Dan hal ini muncul pertama kali pada saat manusia terpedaya oleh kata-kata iblis yang pintar merusak pemahaman manusia akan kata-kata Tuhan. Iblis memutar balikkan apa yang dikatakan Tuhan dan manusia akhirnya harus menanggung akibatnya.

Sejak manusia terpedaya oleh iblis dan memberontak kepada Tuhan, sejak itu juga kata-kata manusia tidak lagi semata hanya melahirkan sesuatu yang positif tetapi telah menjadi sesuatu yang mempengaruhi pola pikir dan tindakan manusia yang dapat menjadi pendorong atau perusak. Manusia terpaksa harus berjuang untuk dapat menggunakan kata-kata yang baik jika berhadapan dengan Tuhan dan dengan sesamanya.

Perjuangan manusia ini bukan tidak dipahami Tuhan. Justru Tuhan dalam kemurahan-Nya tetap menggunakan kata-kata dalam berhubungan dengan manusia. Tuhan juga memberikan kemampuan kepada manusia untuk dapat memahami yang disampaikan-Nya. Tetapi apabila manusia tidak mentaati apa kata Tuhan maka dia akan sulit memahami maksud Tuhan selanjutnya dalam hidupnya.

Pada saat Tuhan mengatakan bahwa manusia yang berontak kepada-Nya dapat memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan hanya dengan menerima karya Tuhan dalam Yesus Kristus, maka seharusnya manusia memahaminya demikian. Manusia harus membuang prasangkanya karena Tuhan menyampaikan maksud-Nya dengan kata-kata sederhana yang biasa digunakan manusia. Dia tidak menggunakan kata-kata yang asing dan membingungkan.

Pada saat manusia menerima kata-kata Tuhan dan melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya maka manusia dapat memahami kembali apa yang Tuhan katakan. Manusia yang menerima kata-kata Tuhan (selanjutnya disebut sebagai orang percaya) adalah manusia yang harus menggunakan kata-kata Tuhan dalam kehidupannya. Dan dengan demikian dia dapat membuat sesamanya mengenal Tuhan dari apa yang tampak dari kata-katanya.

Orang percaya adalah orang yang mengetahui dengan benar bahwa kata-kata dari Tuhan tidak pernah bersentuhan dengan dosa. Kata-kata Tuhan kudus karena Dia kudus dan setiap perkataan-Nya adalah berkat bagi orang lain. Kata-kata Tuhan adalah mulia sehingga setiap kata dari-Nya adalah kemuliaan bagi nama-Nya dan orang percaya harus menggunakan kata-kata yang memuliakan Tuhan. Apabila yang terjadi sebaliknya maka itu berarti orang percaya tersebut tidak menggunakan kata-kata Tuhan yang telah diterimanya.

Tidak menggunakan kata-kata dari Tuhan sama artinya dengan mengabaikan kasih Tuhan karena kata-kata-Nya juga ungkapan kasih-Nya. Pada saat orang percaya berkata-kata, kata-katanya harus lahir dari kasihnya kepada Tuhan dan kepada sesamanya. Orang percaya harus dapat dikenali dari kata-kata yang diucapkannya. Maka orang percaya adalah orang yang berkata-kata mewakili Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar